7. MU

165 3 0
                                    

"Besok papa pulang?" Tanya Iren girang saat papanya mengabari jika ia akan pulang lebih cepat.

"Iya sayang, papa sudah pesan tiket pesawatnya. Papa juga udah siapin oleh-oleh banyak untuk anak gadis papa ini"

Terpancar wajah bahagia dari Iren, begitu juga sang papa. Iren bersyukur dirinya masih bisa memperbaiki yang lalu, dan Iren terus bertekad akan terus menyayangi papanya dan mengerti papanya.

"Kamu udah sholat ashar?"

Iren mengangguk.
"Sudah pa"

"Syukurlah, papa masih ada kerjaan sedikit. Papa tutup dulu ya sayang, papa janji setelah pekerjaan selesai papa telfon Iren lagi"

"Iya pa, semangat papa kerjanya"

"Iya sayang, assalamu'alaikum"

"Wa-waalaikumsalam"

Iren tergagap ketika menjawab salam dari papanya. Mungkin ini kali pertamanya kembali menjawab salam seseorang. Sebelum telepon dimatikan Deon tersenyum dan mengucap syukur atas perubahan anak gadisnya itu.

Iren kembali merebahkan tubuhnya, di benaknya tiba-tiba melesat ke arah mama nya.

Mamanya dulu adalah sosok mama yang Iren banggakan karena tidak ada mama hebat selain mamanya, Iren selalu merasa dilindungi oleh mama dan papanya. Namun itu dulu, sebelum neneknya-ibu dari mama nya datang kerumah mereka dan satu minggu setelahnya dengan sangat tiba-tiba mamanya pergi dari rumah tanpa ada yang tau bahkan papanya.

Flasback!
Seorang gadis kecil tengah bermain di kamarnya dengan seorang asisten rumah tangga yang sudah ditugaskan untuk menjaga gadis kecil itu.

"Bi, boneka ilen bagus kan?" Tanya Iren kecil pada bi marsih

"Bagus sekali non, bentuknya hello kitty ya? Anak bibi juga suka hello kitty" Jawab bi marsih lembut.

"Anak bi malsih suka boneka juga?" Tanya Iren lagi

Bi marsih tersenyum lalu mengangguk.

"Ilen mau ketemu sama anaknya bi malsih, ilen mau kasih boneka-boneka ilen buat anaknya bi malsih bial bisa main baleng" Ucap Iren semangat.

"Nanti kapan-kapan bibi ajak anak bibi main bareng ya sama non iren"

"Asyikkk ilen punya temen balu"

Iren tertawa girang, sampai-sampai ia berlari dan melompat-lompat saking bahagianya.

"Hati-hati non, nanti jatuh"

Tak!

Suara kaki terpentok meja, iren merasa kakinya langsung berdenyut lalu detik kemudian tangisan iren menggelegar di kamarnya.

"Astaghfirullah, non iren gapapa non?" Tanya bi marsih khawatir dengan kaki anak majikannya itu.

"Huaaaa, satit bi malsih, hiks kaki ilen satit" Racau iren sambil memegangi kakinya.

"Biar bibi gendong ya, non duduk dulu di kasur nanti bibi balik lagi buat ambil es batu ya non" Ucap bi marsih kemudian menggendong iren dan mendudukkan nya di bibir kasur kamar iren.

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang