16. MU

127 0 1
                                    

"Iren udah nikah"
"FAHMI!"

Ucapan Fahmi dan teriakan Iren ber dominan membuat suara Fahmi kalah dengan suara teriakan Iren.

Semua orang kini memperhatikan Fahmi, Iren dan juga gravin.
"Fahmi, lo apa-apaan sih?" Ucap Iren yang kini berdiri di samping Fahmi.

Fahmi terkekeh dan menoleh ke arah Iren.
"Kenapa? Apa yang salah? Gue cuma ngasih tau yang sebenarnya ke mereka" Jawab Fahmi santai.

"Lo mau ngasih tau apa hah?" Tanya Iren dengan nada ancam nya.

"Kenapa ren? Kenapa gue ga boleh kasih tau ke mereka?" Tanya Fahmi lagi.

Iren menggeleng kan kepalanya lirih. Fahmi berdecak. "Terserah lo ren. Suatu saat nanti semuanya akan tau" Ucap Fahmi kemudian keluar dari kelas membuat teman-teman gravin bersorak.

"Huuu! Sok tau!"

Gravin masih menatap Iren dengan intens, terlihat dari mata Iren yang begitu cemas dan panik seakan Iren takut sesuatu.

"Kamu kenapa?" Tanya gravin pada Iren. Iren menoleh ke arah gravin dan menggeleng lalu tersenyum.

"Gapapa ko, kamu kesini ngapain?" Tanya Iren.

"Beneran gapapa?" Tanya gravin memastikan.

"Iya, gapapa ko" Jawab Iren meyakinkan.

"Ya udah, ke kantin yuk! Aku tau kamu pasti laper kan?" Tanya gravin dan diangguki oleh Iren. Iren, gravin dan teman-temannya berjalan menuju kantin. Teriakan iri dari para kaum hawa terdengar di setiap koridor namun tidak mereka hiraukan. Iren masih terus berfikir apakah ini salah? Apakah Iren salah jika ia kembali dengan orang yang ia cintai? Apakah Iren salah jika hatinya memilih untuk kembali dengannya sementara dirinya sudah diikat oleh seseorang, Iren melirik cincin yang ia kenakan di jari manisnya, cincin sebagai tanda terikat nya Iren dan Zaid. Iren melepas cincin itu dan menaruhnya di kantong rok sekolahnya.

"Maafin gue Zaid, tapi gue benar-benar masih mencintai gravin bukan lo" Batin Iren.

Gravin, ternyata mata lelaki itu tidak lepas dari gadis yang berjalan di sampingnya itu. Gravin melihat Iren yang menyimpan cincinnya ke dalam rok, dan gravin melihat raut wajah Iren yang seperti merasa bersalah. Ada apa dengan gadisnya itu. Gravin menggenggam tangan Iren membuat Iren menoleh ke arah gravin.

"Are you okey baby?"

****

Iren masuk ke dalam rumahnya, ia melihat Zaid yang duduk di sofa ruang tamu dengan laptop yang dipangku oleh lelaki itu. Matanya fokus ke arah laptop, namun setelah kedatangan Iren pandangan lelaki itu beralih ke arah istrinya.

"Salam nya mana?" Tanya Zaid membuat Iren menghela nafas kasar.

Tak menjawab, Iren langsung masuk ke dalam kamarnya. Zaid merasa ada yang berbeda dengan gadisnya itu, apa Zaid memiliki salah pada gadisnya itu? Atau gadisnya itu sedang mempunyai masalah?

Zaid berdiri dan hendak menyusul istrinya, namun dering handphone miliknya membuat ia terhenti dan mengambil handphone yang tergeletak di sebelah laptopnya itu.

Banyu

"Assalamu'alaikum, hallo nyu"

".... "

"Iren? Ada, dia sudah pulang. Kenapa kamu bertanya tentang istri saya?"

"....."

"Saya tidak tahu, nanti akan saya tanyakan"

"......"

"Apa?! Kamu tidak sedang bercanda kan?"

"....."

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang