9. MU

169 3 0
                                    

Hari ini, Deon menyuruh Iren untuk memakai baju yang kemaren mereka beli di butik, tak lupa juga Deon menyuruh Iren untuk bermake-up tipis.

Iren sempet bingung, namun ia hanya menurut dan dengan dibantu oleh bunga, penampilan Iren sungguh sangat cantik.

Gamis berwarna abu dengan motiv brukat dibagian bawah, di bagian tengah ada semacam sabuk berbahan brukat, di bagian lengannya terdapat karet. Dipadukan dengan hijab berwarna senada dengan bajunya, membuat siapapun yang melihat Iren pasti sangat takjub.

"Gile, cantik bener sohib gue" Ucap bunga yang juga ikut membantu iren.

"Oh, jelas" Jawab Iren sombong.

"Nyesel gue muji lo kampret"

"Jangan setengah-setengah kalo muji"

"Gue sih yakin, kalo bang banyu ada pasti dia terpesona sama lo" Ucap bunga lagi.

"Abis ini gue boleh main kerumah lo ga? Kali aja pas gue dandan gini, abang lo langsung lamar gue" Ucap Iren bersemangat.

"Ngomong-ngomong soal lamar, tapi liat dari penampilan lo kaya yang mau lamaran? Emang acara apaan sih? Ko lo sampe disuruh pake hijab gini?" Tanya bunga membuat senyum Iren memudar.

"Bener juga, ko gue ga kepikiran"

****

"Mas, ini rambutnya keliatan. Hilal ko ga dibantuin sih mas nya buat dandan gitu loh" Omel Ummi hana pada hilal karena melihat rambut zaid yang tertutup peci berantakan.

"Maaf ummi, tadi hilal abis ke kamar mandi" Ucap hilal merasa bersalah.

"Sudah siap semua kah? Apa kita langsung jalan saja?" Tanya ummi hana yang sudah tidak sabar.

"Sabar ummi, liat tuh mas zaid. Mukanya tegang gitu, padahal baru melamar. Belum juga akad nanti" Ucap abah yang masih duduk di sofa melihat zaid yang seperti gugup.

"Rileks mas, jangan dibawa tegang" Ucap hilal menenangkan zaid.

"Zaid udah siap abah, ummi" Ucap zaid setelah merasa tenang. Ntah mengapa ia sangat gugup, ini pertama kalinya dia meminang gadis, dan ia tidak tahu niat baiknya ini akan diterima oleh gadis itu atau tidak? Karena melihat interaksi mereka berdua yang sedikit kurang baik membuat zaid sedikit overthinking. Zaid bahkan tau jika gadis ini menyukai sahabatnya.

Keluarga Zaid berjalan menuju keluar rumah sambil membawa beberapa seserahan yang tidak mewah dan tidak mahal, karena rumah Zaid dan gadis yang ingin di lamarnya ini berdekatan jadi mereka hanya berjalan beberapa langkah saja.

Saat sampai di depan gerbang rumah itu, Zaid memencet bel dan langsung dibuka oleh satpam rumah itu, keluarga Zaid masuk ke dalam pekarangan rumah dan ternyata di pintu utama sudah ada Deon dan bi marsih yang berdiri menyambut keluarga zaid.

"Assalamu'alaikum" Salam abah rahman dan menjabat tangan Deon.

"Waalaikumsalam, selamat datang pak kiayi dan sekeluarga" Sapa deon. Deon sudah tau jika keluarga zaid adalah keluarga dari pesantren.

"Terimakasih atas sambutannya pak Deon, semoga selalu dalam keadaan sehat untuk pak Deon dan sekeluarga" Ucap abah membalas sapaan Deon.

"Aamiin, mari masuk pak kiayi, bu nyai" Ajak Deon pada keluarga Zaid.

Abah mengangguk dan berjalan lebih dulu diikuti yang lain.

Deon mempersilahkan keluarga Zaid untuk duduk di tempat yang sudah di siapkan.

"Bi, tolong panggilkan Iren ya" Ucap Deon pada bi marsih.

"Baik tuan"

Sedangkan dikamar, Iren dan bunga tengah ketar-ketir karena papanya bilang jika memang acara ini adalah acara lamaran, itu artinya akan ada seseorang yang melamar Iren bukan? Tapi papanya tidak memberi tahu siapa yang melamar Iren ini, Iren ingin sekali menolak tapi dilihat dari wajah sang papa yang begitu senang saat ada yang melamar anaknya membuat Iren mau tidak mau juga harus ikut turut bahagia.

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang