20. MU

77 5 1
                                    

"mas zaid, tau kaos kaki pink yang kemaren aku taro di sepatu in-"

"nih, kayaknya istri saya ga naro di sepatu deh"

irene tersenyum sambil menerima kaos kaki dari zaid.
"makasih mas. aku lupa kemaren naro dimana hehehe"

"semua barangnya udah di masukin ke bagasi? ga ada yang tertinggal kan?"tanya zaid.

iren mengangguk dan sesekali membenarkan rambutnya.

"oh iya mas, nanti kita mampir beli gamis sama kerudung dulu kan? kan ga mungkin kalo aku pake baju kaya gini"

"iya sayang, ayok kita pamit dulu ke papa"

iren menggandeng tangan zaid menuju rumah sang papa yang hanya di seberang rumahnya.

papanya sedang duduk di teras sambil membaca koran dan ditemani segelas kopi hitam.
"wihhh papanya iren udah bergaya sekarang, duduk di teras sambil baca koran terus minumnya kopi item"

papa iren menatap iren dan zaid kemudian tertawa ringan.
"emangnya anak muda doang yang boleh santai? papa juga bisa dong"

"pa, saya dan iren izin pamit untuk beberapa hari tinggal di pesantren, karena di pesantren juga lagi membutuhkan tenaga jadi saya harus ikut membantu disana" izin zaid pada papa iren.

"iya nak zaid, bawa saja iren kemana pun kamu pergi tapi ingat kamu harus menjaganya"ucap sang papa

"papa tenang aja, suami iren pasti jagain iren ko"ucap iren.

"iyaa si paling bucin"

"ihhh iren ga bucin ya, yang bucin itu mas zaid"

"kok saya?"

"udah, papa aja yang bucin deh. sana kalian berangkat biar ga telat ke kapal nya, nyetirnya hati-hati aja asalkan sampai tujuan yaa, maaf papa ga bisa ikut antar kalian, papa titip salam aja buat umi dan abah"ucap papa iren.

"iya pa, kalo gitu kami pamit assalamualaikum "

"papa, iren pamit dulu yaa doain iren biar bisa jadi istri yang lebih baik lagi buat suami iren"ucap iren mencium tangan papanya dan papanya membalas dengan mencium kening iren.

"iya sayang, kamu jangan ngerepotin keluarga suamimu ya"

iren mengangguk lalu mereka kembali ke rumah mereka dan bersiap untuk pergi, tak lupa mereka mengunci pintu dan menaruhnya di tempat biasa.

#*#*#

Setelah 2 jam perjalanan menggunakan mobil, iren dan Zaid sampai di pelabuhan, karena mereka tidak ingin merepotkan orang pesantren untuk menjemput mereka sesampainya di sana jadi mereka memutuskan untuk membawa mobil sendiri dan memilih jalur laut.

Mobil mereka sudah masuk kedalam kapal besar itu dan mereka memilih istirahat agar ketika sampai nanti mereka tidak terlalu lelah.

4 jam lamanya akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, mereka melanjutkan perjalanan sekitar 1 jam untuk sampai di pondok pesantren milik keluarga Zaid.

Zaid sedari tadi diam sambil mendengarkan murotal di radio mobilnya, namun ia sedikit hilang fokus saat melihat wajah iren yang begitu khawatir, memang sedari mereka keluar dari pelabuhan iren selalu bertanya apakah ia pantas masuk ke dalam lingkungan yang suci itu? Apakah ia pantas disebut sebagai istri ustadz mereka karena penampilannya.

Zaid mengulurkan tangannya mengusap surai iren dengan lembut, "kamu ga perlu mikirin hal-hal yang ga akan terjadi sayang, inget ya jadi diri kamu sendiri dan jangan sungkan oke?" Ucap Zaid menenangkan hati iren.

Iren hanya tersenyum, ia melihat wajahnya yang kini sudah memakai hijab pashmina yang sisi sebelahnya ia lilitkan ke belakang, memang tidak terlalu menutup namun ia nyaman dengan ini, gamis berwarna pink soft yang ia dan Zaid beli sebelum ke pelabuhan.

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang