10. MU

181 4 0
                                    

Iren terdiam, ia masih bertengkar dengan pikirannya. Semua orang menanti jawaban dari Iren, begitu juga dengan Zaid yang kini sudah berani menatap Iren dengan tatapan harapnya.

Iren menunduk, Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam nya, rupanya itu sang papa. Papanya memberi dukungan penuh untuk Iren menerima lamaran dari Zaid ini.

"Papa selalu mendukung apapun keputusan kamu sayang" Ucap Deon lembut pada Iren.

Iren menghela nafasnya kemudian memberanikan diri melihat orang sekelilingnya dan matanya bertabrakan dengan netra Zaid.

"Iya, saya menerima lamaran ini" Ucap Iren. Semua orang mendesah lega, begitu juga dengan Zaid, ia tidak menyangka jika Iren menerimanya, padahal Zaid tau jika Iren ini lebih menyukai banyu sahabatnya. Semoga saja Iren tidak terpaksa dengan keputusannya.

"Tapi Iren mempunyai syarat" Ucap Iren membuat Deon menoleh pada anaknya.
"Iren"

"Iren tidak mau putus sekolah, Iren masih mau melanjutkan pendidikan Iren" Ucap Iren membuat semua orang terkekeh.

Iren dibuat bingung.
"Nak Iren tenang saja, kalaupun kalian menikah sekarang itu sama sekali tidak akan menganggu pendidikan nak Iren. Ummi yakin anak ummi bisa menahannya. Bukan begitu mas?"ucap ummi hana pada Zaid.

"Benar ummi"

"Nak iren" Panggil abah rahman lembut.

Iren menoleh ke arah abah rahman

"Maaf jika ini terlalu mendesak, abah ingin kalian menikah dulu secara agama hari ini, abah bukan tidak percaya dengan anak abah Zaid namun abah tidak tau kedepannya akan seperti apa, jika kalian sudah memiliki ikatan, abah akan lebih tenang jika kalian berduaan. Karena kalian sudah mempunyai status dan sudah tidak dosa jika bersentuhan atau melakukan hal berdua saja. Nak Iren siap?"ucap abah rahman.

Iren dan Zaid terkejut, Deon sedikit terkejut namun setelah mendengar penjelasan abah seperti nya itu bukan ide yang buruk, toh jika Iren dan Zaid sudah memiliki status mereka bebas mau melakukan apa saja? Dan Deon pun lebih tenang melepas Iren bukan?

"Bagaimana nak Iren? Pak deon?"

"Apa ini tidak terlalu cepat abah?" Tanya Iren sedikit ragu.

"Memang ini terlalu cepat. Tapi lebih cepat lebih baik bukan begitu pak deon?" Deon mengangguk.

"Papa serahkan semuanya sama kamu sayang, keputusan ada di tangan iren.

Iren mulai bingung, ia menatap para sahabatnya, bunga tersenyum yang berarti ia juga mendukungnya penuh, begitupun fahmi. Dan mata Iren melihat ke arah banyu yang juga tersenyum padanya. Padahal Iren berharap banyu lah yang melamarnya namun ternyata memang tidak berjodoh.

"InsyaAllah Iren siap" Ucap Iren mantap dengan keputusannya.

Deon menghela nafas lega, begitu juga dengan orang yang berada di ruang tamu ini.

Mereka mempersiapkan semuanya dengan seadanya, kini Zaid dan Deon sudah duduk berhadapan, tangan mereka saling berjabat.

Suasana mendadak menjadi tegang, di dalam hati Zaid berusah untuk tenang dan menghafal kalimat qobul.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan saudara Zaid Ghammar Al-Uzair bin Rahman Al-Uzair dengan anak kandung saya dan maskawin uang sebesar dua ratus ribu rupiah dibayar tunai"

"Saya Terima nikah dan kawinnya Irene Ravesya Maharani binti Deon khawarizmi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"ucap Zaid dengan satu tarikan nafas.

"Saksi sah?" Abah rahman bertanya.

"Sah"

"Alhamdulillah"

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang