Iren berbaring di kasur miliknya, matanya menatap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup, fikiran nya sudah tidak tenang. Apakah hari ini ia akan ditikam oleh seseorang yang berada di dalam kamar mandinya itu? Apakah hari ini adalah hari terakhir dia bergelar gadis? Iren tidak bisa berfikir jernih sekarang.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Zaid dari kamar mandi dengan style yang sederhana, menggunakan kaos berwarna hijau army dan sarung hitam motif batik.
Iren menatap kagum pada lelaki itu, melihat Zaid yang menyugarkan rambutnya membuat jantung Iren serasa berirama.
"Cakep" Gumam Iren tanpa sadar.
Zaid menatap Iren membuat Iren membuang pandangannya ke arah lain. Zaid berjalan ke arah Iren dan berdiri di samping gadis yang masih berbaring itu.
"Kamu sudah sholat?" Tanya Zaid dengan tutur kata yang lembut.
Iren menoleh dan menggeleng.
"Belum""Mau sholat bareng? Kamu sudah mandi kan?" Tanya Zaid dan diangguki Iren.
"Biar saya yang menyiapkan, kamu lebih baik berwudhu" Pinta Zaid.
Iren beranjak dari baringnya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah berada di dalam kamar mandi, Iren tak langsung berwudhu melainkan menatap pantulan dirinya di cermin.
"Kok gue tiba-tiba jadi penurut? Sejak kapan?"
Setelah beberapa detik terdiam akhirnya Iren melaksanakan perintah dari sang suaminya itu yaitu berwudhu. Setelah selesai baru ia keluar dari kamar mandi dan terlihat Zaid yang sudah menunggunya dengan duduk di atas sajadah. Sepertinya lelaki itu juga menyiapkan mukenah dan sejadah milik Iren. Iren segera bersiap dan memakai mukenah itu.
"Sudah siap?" Tanya Zaid menoleh ke belakang.
Iren mengangguk.
Zaid memulai takbir dan diikuti oleh Iren, bacaan surat al-fatihah terdengar merdu di setiap sudut kamar Iren, Iren begitu terpaku mendengarnya, bahkan sampai ia mengulang takbir karena saking tidak fokusnya.
Sholat mereka diakhiri dengan salam, setelah salam Zaid berbalik badan menatap Iren. Iren menatap Zaid dengan tatapan bingung, Zaid terkekeh dan mengulurkan tangannya di depan perempuan yang menjadi makmum dunia akhirat nya itu.
"Gamau salim sama suami?" Tanya Zaid membuyarkan lamunan Iren.
Iren terkesiap dan langsung menerima uluran tangan Zaid dan mencium nya. Namun ia tidak mencium tangan Zaid melainkan mencium tangannya sendiri karena Iren tidak ingin wudhu Zaid batal karena bibirnya menyentuh tangan Zaid.
"Ko ga dicium?" Tanya Zaid bingung.
"Hah? Apanya?" Tanya Iren bingung dengan pertanyaan yang terlontar dari suaminya.
"Ko kamu cium tangan kamu sendiri?" Tanya Zaid.
"Oh itu, kan biar wudhu nya ga batal" Jawab Iren cepat.
"Memang benar, tapi akan lebih baik jika dicium. Apalagi dicium sama istri, akan mendapat pahala, bukan hanya saya tapi kamu juga" Ucap Zaid.
"Jadi? Ulang? Gue males wudhu laginya" Ucap Iren
"Ya sudah tidak apa-apa, sekarang kita doa dulu abis itu dilanjut sholat dua rakaat ya" Iren mengangguk walaupun ia tidak tau apa itu sholat dua rakaat, yang ia tau sehabis sholat maghrib ya isya bukan?
Zaid berbalik dan mengucapkan doa yang biasa Zaid panjatkan selesai sholat, dan Iren yang tidak mengerti dengan doa yang dibacakan oleh Zaid hanya bisa mengaminkan.
Setelah selesai berdoa, Zaid mengajak Iren untuk melaksanakan sholat dua rakaat. Setelah selesai sholat dua rakaat, Zaid kembali membalikkan badannya menatap sejajar dengan Iren.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS USTADZ
Romance-Kedua mata ini, yang akan selalu aku tatap disetiap aku membuka mata dan menutup mata. Kedua pipi ini, yang akan selalu ku kecup di setiap kau berada di dekatku. dan bibir ini, yang akan selalu menjadi tempat favoritku yang ada diwajah cantikmu. ya...