17. MU

143 3 0
                                    

"IREN! SURUH SIAPA BERHENTI? CEPAT SELESAIKAN HUKUMAN KAMU! LALU MASUK KE KELAS" Teriak bu Rina selaku guru BK di sekolah Iren.

Iren mendengus, dan kembali berlari kecil mengelilingi lapangan yang panasnya tidak ada obat. Murid yang berjalan di samping lapangan sudah tidak heran dengan kejadian ini, karena memang Iren biasa terkenal dengan keterlambatannya. Tapi baru beberapa hari Iren terlihat rajin, dan sekarang kembali telat.

Diujung pojok lapangan terlihat sepasang kekasih yang tengah menonton adegan di depan mereka, sambil menikmati minum dan cemilan yang mereka beli di kantin tadi. Mata mereka masih terfokus pada seseorang yang berlari di lapangan.

"Biasa aja bee liatinnya, sampe gitu banget" Ucap Fahmi melihat Bunga yang begitu intens melihat Iren.

"Aku cuma ga habis pikir bu, ko ada orang sekeras kepala kaya Iren. Susah banget kalo dibilangin" Jawab Bunga dengan mimik wajah datar.

"Ya udah, ini makanan sebanyak ini mau bee abisin?" Tanya Fahmi melihat cemilan dan minuman banyak di samping mereka.

Bunga mendelik dan menggeleng, "Gak lah, ini buat Iren siapa tau aja dia capek abis lari" Jawab Bunga.

Fahmi terkekeh, walaupun hubungan Iren dan Bunga bisa di bilang sedang renggang namun kekasihnya ini tidak pernah melupakan yang namanya perhatian. "Ya udah, kita tunggu Iren nya, siapa tau dia haus" Ucap Fahmi dan diangguki oleh Bunga.

Di tengah lapangan sana, Iren harus berputar keliling lapangan sebanyak 20 kali, dan sekarang ia sudah di putaran 17, 3 kali putaran lagi maka hukumannya selesai. Namun, sepertinya Iren tidak bisa menyelesaikan 20 putaran itu, karena tiba-tiba tubuhnya lemas dan keringat dingin bercucuran.

Sementara bu Rina yang mengawasi di pinggir lapangan pun tidak menghiraukan wajah Iren yang seperti tidak kuat lagi. Bu Rina berfikir bahwa itu hanya akal-akalan Iren saja.

"GAK USAH DI MELAS-MELASIN GITU MUKANYA! SAYA TAU ITU AKAL-AKALAN KAMU DOANG KAN?!" Teriak bu Rina, cuma bu Rina yang bisa berteriak se semangat itu ketika menghukum muridnya. Padahal usia beliau sudah tidak muda lagi, alias lansia. Oh tidak, 58 tahun apa bisa di sebut lansia? YA!.

Iren berjongkok, ia sudah tidak kuat lagi melanjutkan 2 putaran itu, matanya sudah berkunang dan sayu. Yang ia butuhkan sekarang adalah minum dan..... Tidur.

Ia duduk di tengah lapangan berharap rasa pusing itu berkurang, namun saat duduk karena ia hanya berdiam membuat sinar matahari semakin membuat kepalanya pusing, tak mendengar teriakan di samping lapangan sana. Iren merasa ia ingin tidur sekarang, Iren memejamkan matanya dan tubuhnya ambruk di tengah lapangan yang terik ini.

"IREN!"

"BABY!"

Semua orang terkejut dengan teriakan itu dan langsung berbondong melihat ke arah lapangan. Terlihat Iren yang pingsan, Bunga dan Gravin yang sama-sama berlari ke arah Iren.

Gravin hendak menggendong tubuh Iren yang lemah itu, namun Bunga melarangnya dengan memberi tatapan tajam pada Gravin.

"Jangan pernah sentuh sahabat gue!" Tekan Bunga pada Gravin.

"Gak! Ini pingsan loh, sahabat lo butuh pertolongan sekarang. Gimana sih?" Decak Gravin menatap Bunga dengan kesal.

"Hahaha butuh pertolongan? Iren ga butuh pertolongan lo, gue juga bisa sendiri. Ayo bubu bantuin aku" Ucap Bunga kemudian mengangkat tubuh Iren dibantu oleh Fahmi dan beberapa petugas kesehatan. Ya! Bunga sudah memiliki firasat jika ini akan terjadi, jadi Bunga inisiatif untuk memanggil beberapa anak kesehatan untuk membawa Iren yang pingsan.

Sebelum pergi, Bunga kembali menatap Gravin. "Setelah apa yang lo lakuin terhadap Iren, jangan pernah sekali pun berfikir gue bakal biarin lo sama Iren kembali! Paham lo?!" Ancam Bunga kemudian menyusul Iren ke UKS.

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang