Setelah mengantarkan papanya ke bandara, Iren tak langsung pulang. Ia mampir dulu di sebuah cafe untuk sekedar merilekskan tubuhnya.
Iren duduk seorang diri sembari menunggu pesanannya datang.
Tak lama akhirnya pesanan Iren pun datang, Iren langsung menyeruput minumannya dan memakan cemilannya.
Saat matanya mengedarkan pandangannya, matanya menangkap seseorang yang baru saja masuk ke cafe.
"Bang banyu!" Panggil Iren saat banyu menoleh ke arahnya.
Banyu menyipitkan matanya, lalu menghampiri gadis yang memanggil namanya tadi.
"Bang banyu sendirian?" Tanya Iren saat banyu sudah mendekat ke mejanya.
"Eh-"
"Bareng sama aku aja bang, kebetulan aku sendirian juga disini" Tawar Iren.
"Tap-"
"Ih gapapa bang, duduk aja gapapa ko" Ucap iren lagi.
Dengan perasaan campur aduk banyu duduk di depan Iren, mau bagaimana lagi. Sahabat deket dari adiknya itu memaksanya.
"Bang banyu ga pesen?" Tanya Iren melihat banyu yang hanya diam.
"Em-"
"Siapa nyu? Loh-"
"Lo!"
Mimik wajah Zaid langsung berubah datar saat melihat temannya duduk dengan perempuan yang membuatnya uring-uringan itu.
"Lo kesini sama bang banyu?" Tanya Iren pada Zaid.
Zaid hanya berdehem. Ia belum berani untuk duduk.
"Hehe, duduk zai" Ucap banyu dengan sedikit meringis.Zaid duduk di samping banyu dan Iren.
"Lo udah pesenin?" Tanya banyu menghilangkan rasa canggung."Hm"
"Oh iya bang banyu, besok aku boleh main kerumah kan?" Tanya iren
Pertanyaan itu sukses membuat banyu ketar-ketir.
"Oh hah? Ohh iya boleh ko" Jawab banyu kikuk"Bang banyu kok kaya gugup gitu sih, kenapa? Karna deket sama aku ya?"
"Geer" Bukan banyu yang menjawab melainkan lelaki di sampingnya.
"Gue tanya bang banyu bukan lo" Ucap iren ketus. Jika dengan banyu iren menggunakan logat aku-kamu, tapi giliran dengan Zaid iren menggunakan logat gue-lo.
Zaid tak menanggapi, ia membuka handphone nya mencoba untuk tidak ikut mendengarkan obrolan kedua orang di depannya itu.
Sedangkan banyu sendiri sangat ketar-ketir. Banyu sesekali melirik Zaid yang mencoba memfokuskan diri pada handphone nya.
"Eum, oh iya zai gue lupa harus jemput bunga di tempat les nya. Gue pergi duluan ya. Ren saya duluan ya, assalamu'alaikum" Pamit banyu secara tiba-tiba.
Iren menatap sendu kepergian banyu, padahal Iren sudah tidak terlalu gugup saat berdekatan dengan banyu tapi banyu malah pergi.
Iren mendelik ke sampingnya, Zaid masih setia memainkan handphone nya dalam diam. Iren mulai bosan, lalu beranjak berdiri.
"Mau kemana?" Tanya Zaid dengan tatapan masih pada ponselnya.
"Kepo"
"Kalau begitu, saya pergi duluan. Assalamu'alaikum" Ucap Zaid kemudian pergi meninggalkan Iren yang berdecak sebal.
"Kenapa jadi gue yang ditinggalin gini sih?" Tanya Iren pada dirinya sendiri.
"Papa, Iren kangen"
****
![](https://img.wattpad.com/cover/331206240-288-k746286.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS USTADZ
Romance-Kedua mata ini, yang akan selalu aku tatap disetiap aku membuka mata dan menutup mata. Kedua pipi ini, yang akan selalu ku kecup di setiap kau berada di dekatku. dan bibir ini, yang akan selalu menjadi tempat favoritku yang ada diwajah cantikmu. ya...