3. MU

210 5 0
                                    

Iren, bunga dan Fahmi kini tengah berada di kantin sekolah. Semenjak mereka menginjak kelas 12 mereka bertiga memang selalu menjadi sorotan para siswa dan siswi bahkan guru-guru. Selain circle yang kece, mereka bertiga adalah murid paling pintar di sekolah. Jika ditingkatkan Iren ada urutan pertama, bunga di urutan kedua dan Fahmi di urutan ketiga. Mereka selalu berlomba-lomba agar mendapat posisi pertama, namun Iren memang tidak pernah bisa dikalahkan.

"Mau makan apa? Biar gue yang bayar" Ucap Iren pada kedua sahabatnya.

"Ya udah, biar gue yang pesenin" Ucap Fahmi.

"Gue nasgor deh, minumnya es teh manis anget" Ucap bunga dan langsung mendapat toyoran di kepalanya dari Fahmi.

"Mana ada es tapi anget bego" Hardik Fahmi.

"Ya udah typo doang elah"

"Lo pesen apa ren?" Tanya Fahmi.

"Samain aja kaya bunga"

"Emang sebelas dua belas ya lo berdua" Decak Fahmi dan langsung pergi memesankan makanan untuk kedua sahabatnya juga dirinya.

Iren dan bunga terkekeh karena sukses membuat Fahmi berdecak sebal.
"Kapan lagi kan kita bikin Fahmi kesel"

Iren hanya mengangguk.

Tak berselang lama akhirnya Fahmi kembali dengan nampan yang berisi makanan pesanan Iren dan bunga.

"Silahkan dinikmati tuan-tuan putri" Ucap Fahmi.

"Terimakasih pelayan"

"Najis"

****

Iren masuk ke dalam rumahnya, kali ini papanya sedang duduk di ruang tamu, tapi matanya masih fokus ke laptopnya.

"Iren, kamu sudah pulang sayang?" Tanya deon menyambut Iren.

Iren menghela nafasnya.
"Iya pa"

"Sini, duduk di deket papa. Papa mau bicara sama Iren" Ucap deon lembut membuat Iren duduk di samping papanya itu.

"Iren sayang sama papa kan?" Tanya deon.

Iren menyrengitkan alisnya, pertanyaan apa ini? Apa tidak ada pertanyaan lain selain itu?
"Kenapa papa nanya gitu?"

"Papa hanya bertanya sayang"

"sudah jelas Iren sayang papa, papa adalah papa Iren. Mana mungkin Iren ga sayang papa hanya saja. Iren seperti kehilangan sosok papa di hidup Iren, Iren kehilangan sosok mama dihidup Iren pa, Iren butuh kalian untuk memberi semangat buat Iren. Iren butuh papa sama mama untuk selalu ada di samping Iren" Ucap Iren dengan suara bergetar.

Deon terenyuh dengan keluh kesah anak kesayangannya itu, ia memang begitu tega memisahkan Iren dengan karin ibunya, namun Deon juga punya alasan hingga membuatnya melakukan ini semua.

"Iren kangen sama mama pa"

"Iren, bukannya papa menjauhkan kalian berdua. Papa hanya melakukan yang terbaik, papa melakukan ini karena itu yang terbaik untuk kalian. Papa sayang sama Iren, papa gabisa harus ngeliat anak gadis papa sedih kaya gini" Ucap Deon mengusap lembut kepala Iren.

"Lalu apa alesan papa? Papa selalu ngomong itu ke Iren tapi papa sama sekali ga pernah bilang apa alesan papa, Iren juga udah besar pa. Iren berhak tau, Iren juga berhak tau dimana mama Iren sekarang? Iren kangen sama mama pa" Ucap Iren kemudian ia berlari menuju kamarnya. Didalam kamar Iren menangis, ia begitu sangat merindukan mamanya.

Pikirannya tiba-tiba terlintas pada buku yang ia temui kemarin, tadinya ia ingin langsung membaca judul buku itu namun ia malah kelupaan. Iren menghapus air matanya dan duduk di kursi belajarnya.

Ia mengambil satu buku yang ada di tumpukan beberapa koleksi novelnya.
"KESUNYIAN TIDAK AKAN SELAMANYA"

"Siapa yang naro buku di depan pintu balkon gue?" Tanya Iren dengan alis mengkerut.

Ia membuka halaman satu dari buku itu.
Halaman dua, halaman tiga hingga di halaman empat ia menemukan secarcik kertas yang dilipat. Iren penasaran dan membuka lipatan kertas itu lalu membaca tulisannya.

'Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.'

[Q.S An-Nisa :28]

Iren membaca tulisan itu dan ia langsung tersadar bahwa selama ini ia begitu jauh dengan tuhannya. Pantas saja hatinya selalu gundah, itu pertanda bukan bahwa Tuhan ingin Iren mengadu keluh kesah padanya. Bukan Tuhan yang butuh kita, tapi kita yang butuh Tuhan.

Iren menutup kembali buku itu, ia melirik jam di samping tempat tidurnya.

"Masih bisa kan buat sholat ashar?" Tanya nya pada diri sendiri ketika melihat jam menunjukkan pukul 16.30WIB

Iren beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, ia mencoba belajar mengambil wudhu, jujur selama ini Iren sama sekali tidak pernah diajarkan berwudhu dan ia juga bahkan lupa terakhir kali ia berwudhu.

Iren mengikuti arahan dari Google tata cara berwudhu. Setelah selesai wudhu Iren mencari mukenah di lemarinya, namun tidak menemukan mukenah. Iren menghembuskan nafasnya lalu ingatannya tiba-tiba tertuju pada kamar neneknya, mungkin saja mendiang neneknya masih menyimpan mukenah? Iren langsung bergegas menuju kamar sang nenek yang ada di lantai satu, Deon yang masih berada diruang tamu hanya menatap anaknya dengan tatapan bingung namun ia dengan cepat tak menghiraukan walaupun ada rasa penasaran.

Iren mencari mukenah di lemari mendiang sang nenek, dan yah. Tak berselang lama mencari akhirnya Iren menemukan benda yang ia cari itu.

"Wangi nenek, jadi kangen nenek" Ucap Iren memeluk dan mencium mukenah neneknya itu. Saat hendak keluar dari kamar sang nenek matanya tak sengaja menatap sebuah Al-Qur'an berwarna emas yang begitu indah. Hati Iren tergerak untuk menyentuh kitab suci itu.

"Apa gue sekalian belajar Al-Qur'an ya?" Gumam Iren.

Tanpa berfikir panjang, Iren juga membawa Al-Qur'an itu dan kembali ke kamarnya. Deon melihat Iren yang berlari ke arah anak tangga setelah keluar dari kamar ibunya sambil membawa mukenah dan Al-Qur'an, Deon terkejut namun dia tetap melanjutkan pekerjaannya.

Iren telah sampai di kamarnya, ia kelihatan bingung bagaimana cara memakai mukenah ini, pasalnya mukenah ini berbeda dengan mukenah yang ada di gambar Google, jika di Google ada bagian bawahan dan atasan namun miliknya ini tidak ada bawahannya melainkan seperti baju yang memiliki lengan dan bawahnya yang begitu menjuntai kebawah.

"Ko beda sama yang di gambar? Cara makenya gimana?" Gumam Iren. Namun dengan tekadnya yang kuat akhirnya ia bisa memakai mukenah dengan lengan itu.

"Usholli fardhu asri arba'a rak'ataini fardu lillahita'al"

"Allahu Akbar"

Serangkaian bacaan sholat Iren baca dengan bantuan Google, walaupun masih acak-acak namun Iren bisa menyelesaikan hingga salam.

Iren membenarkan duduknya, tangannya menengadah.
"Ya Tuhanku, jujur jika aku sebenarnya malu menampakkan wajahku padamu, aku tidak pernah menganggapmu. Ya Allah ya rabb, terimalah sholatku walaupun bacaan ku masih banyak yang salah, tapi aku akan berusaha untuk memperbaiki nya. Bantu aku ya Allah, ya allah, maafkan aku yang melupakanmu karena terlalu terlena akan dunia. Namun seseorang menyadarkanku hari ini, walaupun aku tidak bertemu dengannya langsung, namun tulisan tangannya membuatku kembali kepadamu. Jika engkau berkenan, pertemukanlah hambamu ini dengannya ya Allah, hamba ingin berterimakasih padamu karena engkau telah mengirimkan seseorang dengan tulisan tangannya untuk menyadarkanku. Terimakasih ya rabb. Aamiin"

****

MAS USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang