Paginya, iren bangun setelah adzan subuh selesai berkumandang. Iren duduk dan mengumpulkan nyawanya, matanya sudah jelas melihat dan iren melihat suaminya yang sudah duduk diatas sejadah dengan tangannya yang memegang tasbih pertanda Zaid sedang berdzikir.
Iren beranjak dari kasur dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, iren keluar dengan style seragam sekolahnya. Menatap ke arah Zaid yang masih duduk di tempatnya namun di belakang Zaid sudah tergelar sejadah miliknya dan mukenah milik iren.
Iren tersenyum, ntah mengapa hatinya menghangat melihat perlakuan Zaid yang selalu membuatnya tak bisa berkutik.
"Kamu sudah wudhu?" Tanya Zaid menatap sang istri yang masih diam berdiri di depan pintu kamar mandi.
Iren mengangguk dan menyimpan handuknya di tempat biasa kemudian berjalan menuju sajadah nya lalu memakai mukenah miliknya, ralat! Milik neneknya.
Zaid berdiri dan menoleh kebelakang. Ia melihat ada beberapa anak rambut iren yang terlihat, mau tak mau Zaid membenarkannya tanpa menyentuh kulit iren.
"Kita sholat shubuh berjamaah, setelah itu dilanjut doa. Dan saya meminta kamu untuk membaca Al-fatihah sebentar. Jika bacaan kamu benar, saya akan memberikan hadiah untuk kamu" Ucap zaid mengusap lembut kepala iren.
"Beneran?" Tanya iren antusias.
Zaid tersenyum dan mengangguk.
"Beneran, sayang""Apaan sih, udah sholat! Ga usah banyak gombal" Ucap iren menutup wajahnya yang sudah memerah karena ulah Zaid.
"Lucu, saya suka saat melihat kamu salah tingkah" Ucap Zaid terkekeh.
"Berisik!"
Zaid membalikkan badannya dan memulai dengan niat lalu takbir, diikuti oleh iren.
****
"Shodaqallahul'aziim"
Zain tersenyum, begitu juga iren. Ia senang karena kali ini bacaannya tidak ada yang salah, walaupun hanya membaca Al-fatihah namun iren begitu bahagia.
Iren menatap Zaid dengan penuh harapan.
"Sudah, sekarang kamu siap-siap ke sekolah karena bentar lagi mau jam setengah tujuh" Ucap Zaid menatap istrinya.Bahu iren turun, senyumnya pun memudar. Wajah cerianya berganti dengan wajah masam pertanda ia sedang kesal.
"Ish, ko malah disuruh siap-siap sih?" Tanya iren kesal.
"Lalu? Kan kamu hari ini ke sekolah, apa yang salah?" Ucap Zaid terkekeh.
"Au ah, lo ingkar janji" Ucap iren kesal dan membuang mukanya.
Zaid memegang kedua pipi iren agar menatapnya. Setelah iren menatap nya tangan Zaid mencubit pipi iren membuat sang empu tambah kesal karena pipinya memerah.
"Ihh sakit, jangan dicubit dong" Ucap iren setelah tangan Zaid terlepas dari pipinya.
"Kamu pengennya saya cium kamu?" Tanya Zaid menggoda.
"Y-ya ga cium juga, tapi ga dicubit juga kan sakit" Jawab iren gelagapan.
"Mana yang sakit? Mau saya cium biar ilang sakitnya hm?"
"Ga! Ga usah, gue mau siap-siap aja. Males ladenin orang yang ingkar janji" Ucap iren dan hendak berdiri namun Zaid menahannya membuat iren hilang keseimbangan hingga posisi mereka sekarang wajah iren dan wajah Zaid begitu dekat. Tangan Iren bertumpu pada pundak Zaid dan tangan satunya digenggam oleh suaminya itu.
Detak jantung keduanya memompa begitu kencang, bahkan kini wajah Iren sudah merona karena terus ditatap oleh Zaid.
Iren dengan cepat menjauhkan wajahnya dan membenarkan duduknya, ia tak berani menatap Zaid.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAS USTADZ
Romance-Kedua mata ini, yang akan selalu aku tatap disetiap aku membuka mata dan menutup mata. Kedua pipi ini, yang akan selalu ku kecup di setiap kau berada di dekatku. dan bibir ini, yang akan selalu menjadi tempat favoritku yang ada diwajah cantikmu. ya...