Angel

687 81 22
                                    

Jeongguk berdiri tegak di atap salah satu gedung pencakar langit dengan mata yang tak berhenti menatap wanita didepannya.

Wanita itu berdiri dipinggir permukaan tembok dengan kedua tangan yang memegang erat pagar pembatas. Dia menangis hingga sesenggukan, hingga kedua matanya membengkak parah.

Jeongguk paham dan tau betul apa yang akan dilakukan wanita itu, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Diam dan menunggu adalah hal yang paling baik yang bisa dia lakukan untuk saat ini.

Wanita itu terus memandang ke arah bawah, sesekali dia akan mendongak ke atas untuk melihat langit malam yang begitu cerah hari ini. Hingga tak berselang lama, kedua cengkraman tangannya mengendur dengan perlahan. Rambut wanita itu bergerak tak beraturan karena terkena angin malam yang begitu dingin.

Jeongguk melihat jam tangannya yang dia pasang apik sekali di pergelangan tangan. Menghitung mundur waktu sesuai dengan pergerakan jarum jam, hingga wanita yang ada di sebrang sana akhirnya melompat dengan bebas setelah hitungan Jeongguk tepat di angka 1.

Jeongguk tentu mendengar suara ribut-ribut dari bawah sana, banyak orang yang berkerumun juga untuk melihat kondisi wanita itu. Tak perlu repot-repot untuk kesana, Jeongguk menghampiri wanita yang saat ini berdiri dibelakang pagar pembatas tadi, wajah dan tubuhnya sudah rusak tak beraturan. Bau amis darah tercium sangat menyengat dari tubuh wanita tadi.

"Kim Saebyul, 25 tahun" wanita tadi menoleh mendengar suara berat milik Jeongguk, wajah rusaknya terlihat ketakutan saat tubuh Jeongguk semakin mendekat kearahnya. "Meninggal karena bunuh diri pada 30 Mei 20XX" lanjut Jeongguk.

"Apa kau malaikat pencabut nyawa?" Tanya wanita itu, setiap ucapannya memuncratkan darah segar yang membuat Jeongguk enggan untuk lebih mendekat.

"Kau tak perlu tahu!" Tubuh Jeongguk berubah menjadi sosok besar, hitam. Di wajahnya hanya terdapat satu mulut dengan lidah panjang seperti ular. Wanita itu terkejut melihat penampilan Jeongguk. Dia hendak berlari, namun tangan besar Jeongguk segera menangkapnya. Satu genggaman tangan itu mampu menangkup seluruh tubuh wanita tadi.

"Kau tidak akan bisa bereinkarnasi setelah mengambil nyawamu sendiri. Jiwamu akan dilenyapkan di tempat penyiksaan, tanpa ada ampun dan rasa kasihan"

Wanita itu menjerit kesakitan setelah Jeongguk mengatakan kalimat tadi. Tubuhnya seakan dililit oleh ular besar yang menghancurkan seluruh tulang belulangnya.

Cengkraman itu semakin menguat disertai dengan hancurnya jiwa wanita itu yang mulai perlahan menghilang.

"Rasa sakit abadi untukmu, manusia"

Jeongguk kembali merubah dirinya ke wujud aslinya, lalu pergi dari atap gedung itu dalam sekejap mata. Tugasnya sudah selesai.

.......

Di musim panas seperti ini, memakan es krim potong sambil berjalan pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan. Mungkin.

Itu yang mungkin dipikirkan Kim Taehyung. Pelajar sekolah tengah atas ini tak henti-hentinya menatap kedua orang didepannya yang tak lain dan tak bukan adalah kedua kakaknya sendiri.

Kim Namjoon dan Kim Jimin.

Kedua kakaknya itu tengah asik menyeruput es krim stick yang diminum dengan cara dipatahkan di tengah bagiannya. Mereka bercanda dan tertawa sembari berjalan santai di trotoar jalan.

Mereka hendak pulang ke rumah setelah pelajaran sekolah yang membosankan. Namjoon berada di tahun ketiga sekolah, sedangkan Taehyung dan Jimin di tahun kedua. Mereka juga satu kelas.

"Taehyung, bawakan tas Jimin dia bisa kelelahan nanti" ujar sang kakak pertama sembari menyerahkan tas Jimin yang beratnya minta ampun. Jimin itu anak yang pintar, wajar saja jika isi tasnya berbeda dengan anak lain yang otaknya berkapasitas rata-rata.

LIFE   II   VOTTOM STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang