Angel 2

482 77 13
                                    

"Pasien atas nama Lee Ryumin, umur 35 tahun, meninggal pukul 04.00 dini hari pada tanggal 10 Juni 20XX, penyebab kematian serangan jantung"

3 orang yang yang berdiri disekitar jasad meraung menangisi kepergian orang tercinta mereka. Kedua orang yang tampak lebih tua dari lainnya seakan tak terima dengan takdir yang diberikan tuhan, nyawa anaknya diambil padahal umurnya masih muda.

Jeongguk berdiri disana, melihat semua proses kematian manusia yang akan dia antarkan ke alam baka.

Jiwa manusia itu bangun secara paksa, dia terlihat bingung mendapati kedua orang tua dan adiknya yang menangis pilu disamping raga tak bernyawanya.

Apa yang terjadi?

Raut wajahnya terlihat gelisah, dia mencoba untuk kembali masuk ke raga kosong miliknya. Berbaring, dan kembali memejamkan mata. Namun usahanya nihil, tak ada yang berubah sama sekali.

Tetes air mata mulai membanjiri kedua pipi tirus si jiwa yang telah dipanggil sang kuasa.

"Lee Ryumin. 35 Tahun, peyebab kematian serangan Jantung. Ikutlah denganku, tempat mu bukan disini lagi" Jeongguk berkata pelan dengan nada rendah, memberikan tekanan penuh kepada jiwa malang yang masih menginginkan melihat keluarganya.

"Bisa tolong beri aku waktu, 10 menit. Aku ingin melihat keluargaku terlebih dahulu" sanggahnya cepat.

Jeongguk memilih diam, dia menuruti apa yang dikatakan jiwa malang tersebut. Tidak ada catatan buruk yang berarti, hidup manusia itu hanya dihabiskan untuk bekerja demi keluarganya. Raga Jeongguk berubah menjadi sosok yang sangat tampan, kulitnya bersinar cerah, baju yang dia pakai berganti menjadi warna putih.

"Waktu mu sudah habis, ikut denganku sekarang"

Jiwa itu mengangguk paham. Walau tak rela, tapi dia masih sadar diri jika alamnya dan keluarganya sudah berbeda.

"Kau sangat tampan, apa kau benar malaikat pencabut nyawa" tanyanya disela perjalanan dalam dimensi lain di lorong rumah sakit.

"Aku menampilkan wujud terbaikku, karena kau bukan manusia pendosa. Jalanlah terus ke arah cahaya ini, kau akan sampai ditujuan mu nanti"

Sang jiwa manusia kembali mengangguk patuh, tak lupa dia juga mengucapkan terimakasih dengan Jeongguk. Setelah itu jiwa itu menghilang bersamaan dengan hilangnya juga cahaya putih disana.

Jeongguk kembali ke wujud aslinya, dia berjalan pelan di lorong rumah sakit. Masih ada jiwa yang harus dia antar di rumah sakit ini.

"Oh kau? Kita bertemu lagi"

Jeongguk tetap berjalan acuh, mengabaikan orang yang menyapanya sesaat.

"Hey, tunggu"

"Hey!"

"YAK! Aku bicara padamu"

Jeongguk mendengus sebal melihat remaja itu lagi. Dia membentangkan kedua tangannya di hadapan Jeongguk berniat menghadang. Warna hitam di sekeliling tubuhnya semakin mencolok.

"Kau yang waktu itu berbicara dengan kucing bukan?" tanya anak itu dengan tatapan polos.

Jeongguk tak menjawabnya, memilih menangkis tangan anak itu hingga tubuhnya sedikit terdorong membentur kursi tunggu. Tentu Jeongguk juga dapat mendengar anak itu merintih sakit. Tak peduli. Itu yang akan Jeongguk lakukan.

"Hey tunggu dulu" Anak itu kembali mengejarnya dan menahan tangan Jeongguk agar berhenti berjalan. "Kenapa buru-buru sekali sih?" lanjutnya.

Jeongguk memutar badannya dan langsung menatap anak itu nyalang.

LIFE   II   VOTTOM STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang