2

3.7K 369 4
                                    

Jaemin langsung memberitahu direktur rumah sakit yang bernama Lai Guan Lin itu untuk mengumpulkan semua dokter juga pekerja di lobby.

"Apa semuanya telah berkumpul?" Ucap Guan Lin tegas.

"Maaf direktur Lai." Ucap Haechan.

"Ada apa dokter Kim?"

"Dokter Son dan beberapa perawat lainnya tak bisa ikut karena saat ini mereka sedang melakukan operasi." Ucap Haechan.

"Bagaimana tuan? Apa tak masalah?" Ucap Guan Lin menatap jaemin, dan jaemin hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah datar.

"Baiklah, semuanya dengarkan saya. Selama beberapa hari ini tuan Na Jaemin lah yang akan mengawasi rumah sakit ini selain saya. Tuan Na Jaemin adalah adik ipar dari mendiang tuan Kim Young Hoon atau anak bungsu dari pimpinan Na Siwon." Ucap Guan Lin. Semuanya benar-benar kaget dan merekapun terpesona dengan jaemin yang walaupun berwajah datar sangat tampan itu.

"Pagi semuanya." Datarnya.

"Pagi tuan Na."

"Saya harap kalian tak terganggu dengan kehadiran saya. Dan tidak perlu pedulikan saya. Saya rasa hanya itu yang bisa saya sampaikan. Kalian bisa kembali bekerja." Ucap jaemin datar dan semuanya mulai membubarkan diri.

"Mari tuan Na saya akan antarkan ke ruangan Anda." Ucap Guan Lin dan jaemin hanya berjalan dengan wajah datarnya disebelah Guan Lin.

"Dokter yang sedang operasi itu."

"Ya tuan Na."

"Suruh dia menemui saya."

"Baik tuan Na." Ucap Guan Lin mengerti.








Di depan ruangan operasi.

Renjun keluar dan langsung berhadapan dengan keluarga pasien.

"Bagaimana keadaannya dokter?"

"Saya berhasil menyelamatkannya nyonya. Kau hanya perlu berdoa untuk kesembuhannya."

"Makasih dokter."

"Ne, kalau begitu saya bersih-bersih dulu." Ucap renjun lalu diapun membungkuk sekilas dan berhenti kembali karena Guan Lin berada dihadapannya.

"Ada apa direktur Lai?" Ucap renjun setelah membungkuk sekilas. Semua karyawan tau kalau direktur mereka itu mencintai renjun. Tapi tidak dengan dokter itu sendiri.

"Kau diminta menemui tuan Na diruangan pimpinan Na."

"Maksudnya pimpinan Na ingin bertemu saya?" Ucap renjun sedikit bingung.

"Bukan tapi anak bungsu pimpinan Na, tuan Na Jaemin. Karena mungkin tadi kau tak terlihat saat penyambutannya. Dia akan bertanggung jawab selama beberapa hari kedepan disini. Jadi, kau temui dia."

"Baik direktur Lai, saya permisi." Ucap renjun lalu membungkuk dan segera pergi. Guan Lin hanya menatap punggung itu dengan tatapan sendu nya

"Kapan aku bisa masuk kedalam hatimu dan mengambilnya renjun? Kapan aku akan bisa mengatakan dengan lantang padamu sebelum kau memberikan penolakan lewat ekspresi dan ucapanmu itu?"batin Guan Lin.








Ruangan pimpinan Na.

Renjun berada di depan ruangan itu dan diapun menarik nafasnya lalu menghembuskan kembali agar dia tenang baru mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

"Masuk!"

Ceklek.

Jaemin hanya menatap datar renjun yang menunduk dan masuk dengan sangat canggung sekali.

"Apa tuan memanggil saya?" Ucap renjun gugup.

"Ya, masuklah." Datar jaemin lalu renjunpun masuk dan mendekat pada jaemin sembari menunduk. Jaemin hanya menatap datar pria mungil yang terlihat cantik itu dan berhasil membuatnya tertarik seketika.

"Duduklah." Datar jaemin dan renjun langsung duduk dihadapan jaemin.

"Sudah berapa lama kau menjadi dokter disini?"

"2 tahun."

"Kau dokter bagian apa?"

"Aku dokter bedah."

"Aaa, nama mu?"

"Son Renjun."

"Baiklah kau bisa keluar."

"Ne?"bingung renjun.

"Saya bilang keluar. Apa kau punya masalah pada pendengaran?"

"Baiklah." Ucap renjun lalu diapun keluar dari ruangan itu dan memaki-maki jaemin dalam hatinya sendiri. Dia benar-benar tak suka dengan orang kaya karena itu hanya mengingatkannya pada sang ayah. Tapi, dia tak akan menganggapnya sebagai ayahnya lagi. Karena dalam hidupnya hanya ada ibunya. Hanya ibunya saja.











At. Tokoh happy cake.

Wendy membuka tokoh kue kecilnya itu dengan senyuman walaupun hatinya sangat sakit saat ini. Tapi, dia harus tersenyum dan bahagia mulai saat ini.

"Sekarang waktunya kau hidup bahagia Wendy hanya ada kau dan renjun. Hanya kalian berdua, semangat!" Ucap Wendy pada dirinya sendiri.

Tring!

"Selamat datang." Ucap Wendy tersenyum lalu diapun melihat wanita yang lebih muda bersama dengan kedua anak berumur 5 tahun itu.

"Ayo katakan padaku. Kalian ingin apa?" Ucap sang wanita yang sepertinya babysitter dari kedua anak itu.

"Aku ingin ini." Ucap yang laki-laki.

"Ini saja." Ucap yang perempuan.

"Ayolah tuan muda, nona muda jangan berkelahi." Ucap sang babysitter itu.

"Tapi aku maunya yang ini." Ucap keduanya bersamaan pada kedua cake yang berbeda.

"Ah aku tau, bagaimana jika cake ini. Ini rasa stroberi dan tiramisu. Aku tak menjualnya karena ini kesukaan anakku. Kalian mau yang ini saja?" Ucap Wendy memberikan cake yang sengaja dia buat untuk renjun, dan dia akan buatkan nanti saja.

"Hmm. Ini saja." Ucap keduanya dan Wendy langsung tersenyum lalu membungkuskannya.

"Maaf nyonya, padahal itu pasti untuk anakmu."

"Tak masalah. Asalkan anak-anak ini tak bertengkar lagian anakku tak akan marah karena dia sangat suka pada anak kecil." Ucap Wendy lalu memberikan cake yang telah dia bungkus itu.

"Berapa nyonya?"

"Kau bawa saja. Ini hadiahku untuk kedua anak menggemaskan ini." Ucap Wendy tersenyum sembari berjongkok dihadapan keduanya.

"Tapi nyonya."

"Tak masalah, bawa saja."

"Makasih nyonya, ayo tuan muda, nona muda, katakan apa?"

"Makasih halmonie." Ucap keduanya sembari tersenyum.

"Sama-sama nak." Ucap Wendy tersenyum lalu ketiga orang itu pergi sembari melambai pada Wendy yang ikut melambaikan tangannya.

"Aku harap, anakku mendapatkan keluarga yang hangat bukan keluarga sepertiku saat ini. Semoga anakku lebih beruntung dariku." Batin Wendy.

















See you soon.

Back To You (jaemren) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang