🎵| Author's playlist |🎵
Lover — Taylor SwiftHari ini adalah hari minggu. Hari dimana kebanyakan orang beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari entah itu bekerja, sekolah, ataupun kegiatan lainnya.
Hari dimana kebanyakan orang menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayang, entah itu pasangan, orangtua, saudara ataupun yang lainnya.
Tapi bagi seorang Jeffrey Fadhrizal Prakasa, hari minggu tidak ada bedanya dengan hari-hari lainnya.
Bagi Jeffrey, hari minggu tetaplah hari kerja. Ia tidak mengenal hari libur semenjak menggantikan Papi-nya selaku direktur utama perusahaan ini.
Dan sejak tiga tahun lalu, Jeffrey tidak pernah absen untuk selalu datang ke kantor pada hari minggu seperti sekarang. Disaat semua karyawannya menghabiskan waktu hari minggu mereka dengan bersenang-senang, hanya Jeffrey—sang bos yang menghabiskan weekend-nya dengan masuk kantor. SENDIRIAN.
Apa kata orang-orang diluaran sana? Bos sebenarnya adalah budak karena bos sebenarnya adalah kostumer.
Hah... ucapan itu benar sekali adanya.
Tapi Jeffrey tidak merasa kecewa karena tidak bisa menikmati waktu hari minggu mereka seperti yang lainnya, karena inilah tanggung jawab yang memang harus dipikulnya.
Laki-laki itu menghela nafas panjang, menatap jam dinding yang terpaku di tembok hadapannya.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Diluar sedang hujan lebat.
Sedari tadi Jeffrey sibuk mengurusi laporan keuangan Ecclés cabang Surabaya dan Medan, terdapat penurunan penjualan yang cukup signifikan pada barang-barang edisi eksklusif di kedua cabang tersebut.
Belum lagi, tadi Jeffrey sibuk menyiapkan materi meeting dengan calon pihak distributor merk Valnche yang memakan waktu hingga hampir jam makan siang, setelah selesai mempersiapkan materi, ia pun berinisiatif untuk mengajak Joanna makan diluar, di restoran dekat kantor Jeffrey—tahu bahwa Joanna pasti suntuk sendirian di rumah. Eh, baru setengah jalan ke tempat tujuan, Joanna bilang kalau dia harus membatalkan acara makan siang karena pihak rumah sakit menelfonnya, mengatakan kalau ada pasien gawat darurat dan mereka membutuhkan Joanna.
Akhirnya Jeffrey pun kembali ke kantor dengan tangan kosong dan akhirnya cuma ngemil roti minimarket.
"Hemm... enaknya malam ini makan apa ya?" Pikir Jeffrey, seraya mengecek pekerjaan anak buahnya.
Tiba-tiba ringtone handphone Jeffrey berbunyi, menandakan ada telefon masuk.
Tanpa melihat caller id-nya, laki-laki itu segera mengangkat telefon.
"Hey, Jo. Ada apa telefon?"
"Assalamualaikum,"
Jeffrey tertegun mendengar suara dari seberang sana.
Anjir! Ini mah bukan Joanna, melainkan Jessica.
Cepat-cepat Jeffrey mengecek kembali layar handphone-nya.
Sial, memang benar Jessica, astaga Jeffrey sangat amat malu.
"Waalaikumsalam, Mi. Tumben telefon Jeff?"
"Iya. Emang gak boleh Mami telefon kamu?"
"Boleh kok. Cuma ya tumben banget Mami telefon Jeff."
Jessica tidak langsung menjawab. Ada hening yang menyesakkan terbentang diantara mereka.
"Kamu ingat hari ini hari apa, Jeffrey?"
Alis tebal laki-laki itu mengerut.
Pertama, karena pertanyaan aneh yang dilontarkan Maminya. Kedua, karena kas pengeluaran dan pemasukan cabang Bandung tidak seimbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Shatter | COMPLETED
Romance⌊ Bagi pasangan suami istri, pembicaraan tentang anak seharusnya menjadi pembicaraan yang menyenangkan, bukan malah menyengsarakan. ⌉ Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Jeffrey dan Joanna; Ketiadaan anak dalam kehidupan pernikahan mereka membuat Jeff...