17 - ⌊ From A Different Point Of View ⌉

37 7 0
                                    

🎵| Author's playlist |🎵
Still — Niall Horan


Jeffrey menghela nafas panjang, sejujurnya ia belum siap bertemu dengan Joanna lagi.

Tapi satu bulan sudah berlalu sejak Maminya tiba-tiba datang dan pada akhirnya Jeffrey menceritakan permasalahannya dengan Joanna. Dan dalam kurun waktu sebulan ini, Jessica sudah tiga kali meneror anak semata wayangnya itu untuk mengajak bicara menantunya.

"Gimana sih kamu Jeff? Katanya mau ngajak baikan, tapi kalau kamunya diem-diem aja gini gimana Joanna bisa rujuk sama kamu," Sewot Jessica saat Jeffrey terakhir kali menelfonnya dua hari lalu.

Jadi disinilah Jeffrey berdiri, di depan pintu unit apartemen Joanna—sebuah unit two bedroom apartement mewah yang Jeffrey hadiahkan kepada Joanna sebagai hadiah pernikahan mereka yang ketujuh, tiga tahun lalu.

Sejujurnya Jeffrey juga tidak yakin bahwa perempuan itu menempati apartement ini dan tidak siap jika ternyata tidak ada Joanna di dalam sana.

Sejujurnya Jeffrey juga takut dengan keputusan yang akan Joanna ambil mengenai mereka berdua.

Jeffrey kembali menghela nafas panjang, menenangkan diri.

Yah, sejujurnya perkataan 'you will never know if you never try' benar adanya, bukan?

Setelah merasa lebih siap, Jeffrey pun segera memencet bel dengan tegang, berharap Joanna yang membuka pintu.

Laki-laki itu melirik arlojinya tidak sabaran sembari mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai—khas orang tidak sabaran.

Jam menunjukkan pukul 8, seharusnya sih Joanna masih ada di rumah sakit, tapi mungkin saja hari ini adalah hari keberuntungan Jeffrey.

Laki-laki itu memencet bel berkali-kali setelah ia mendapatkan kepercayaan dirinya.

Setelah menunggu lebih dari lima menit akhirnya pun ada yang membukakan pintu.

"Hai?" Sapa Joanna, tampak terkejut.

"Hai," Jefffrey tersenyum kikuk, menyerahkan sebuket bunga dahlia yang ia bawa, "Aku boleh masuk?"

Joanna mengangguk tipis, mempersilahkan.

"Kamu tahu aku tinggal di apartemen ini dari mana?" Tanya Joanna, menyuruh Jeffrey duduk di sofa.

"Hmmm... intuisi aja?" Balas Jeffrey, berpura-pura berpikir keras.

Joanna memutar bola matanya, tidak percaya.

Laki-laki itu menyunggingkan senyum miring, "Kamu gak lupa kan kalau aku kasih kamu apartemen ini buat hadiah anniversary kita tiga tahun lalu?"

"Yeah, you right." Joanna menghela nafas panjang—mengakui kekalahannya.

"Turns out I can always find you wherever you are though?" Jeffrey tertawa kecil, menggoda istrinya.

Ah... Jeffrey tidak salah kan? Joanna masih menjadi istrinya selama ia tidak menandatangani surat perceraian terkutuk itu.

Joanna tidak memberikan reaksi apa-apa, malah mengalihkan topik. "Kamu mau minum apa?"

"Apa aja." balas Jeffrey cepat, matanya menatap ke sekeliling ruangan apartement ini.

"Oke, tunggu sebentar." Joanna bangkit berdiri, menuju ke dapur.

Jeffrey tersenyum kecil, ternyata istrinya masih saja maniak kebersihan. Apartement ini masih sangat bersih dan terawat seperti baru dibeli kemarin sore.

Almost Shatter | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang