15 - ⌊ Dazed & Confused: Visiting Hour ⌉

41 7 0
                                    

🎵| Author's playlist |🎵
Visiting Hours — Ed Sheeran


Matahari mulai bergerak ke arah barat saat Jeffrey sampai di tempat itu.

Laki-laki itu mengecek sekilas penampilannya.

Ia membetulkan kerah baju yang sedikit tersingkap dan merapikan kemejanya.

Setelah selesai, ia pun mengecek arloji yang melingkar di tangan kirinya.

Waktu menunjukkan pukul 3 sore.

Setelah menarik nafas panjang, Jeffrey pun melanjutkan langkahnya masuk ke dalam tempat itu.

Tempat itu adalah rumah sakit. Lebih tepatnya adalah rumah sakit tempat Jasper dirawat sejak 3 tahun lalu.

Jeffrey segera menaiki lift menuju kamar rawat Jasper.

Semoga saja Jeffrey masih diterima untuk melakukan kunjungan selama satu jam kedepan.

"Permisi, apa saya masih bisa melakukan kunjungan untuk pasien kamar nomor 3255?" Tanya Jeffrey tersenyum kecil kepada para suster yang berjaga di resepsionis.

Salah satu suster yang sedang berjaga pun menganggukkan kepala, "Baik, Pak Jeffrey. Anda punya waktu satu jam untuk melakukan kunjungan."

Jeffrey mengangguk singkat, kemudian tidak membuang-buang waktu langsung menuju kamar Jasper.

"Hai, Pi." Sapa Jeffrey tersenyum sendu, begitu masuk ke dalam ruang rawat VVIP Jasper.

Tubuh kurus ayahnya itu terlihat menjadi semakin kurus sejak Jeffrey terakhir kali berkunjung kesini.

Ah, bodohnya dia. Memangnya kapan terakhir kali Jeffrey mengunjungi Jasper?

Rasanya seperti sudah lama sekali.

Kalau Jasper sadar saat ini pasti kepala Jeffrey sudah digetok sejak bermenit-menit lalu dan dijuluki anak durhaka.

Dulu Jeffrey rutin mengunjungi Jasper minimal satu minggu sekali, namun sejak masalah yang menimpa dirinya dan Joanna, jadwal kunjungan mingguannya menjadi berantakan karena laki-laki itu lebih memilih untuk menyibukkan dirinya di kantor—bahkan sampai jarang pulang ke rumah.

"Apa kabar Pi?" Tanya Jeffrey, tersenyum tipis, menarik kursi untuknya duduk disamping ranjang Jasper.

"Jeff harap Papi cepet sadar dan kita bisa main golf bareng lagi." Ucap Jeffrey, memulai monolognya.

Laki-laki itu tertawa kecil sendirian, sadar bahwa apa yang ia katakan terlihat mustahil untuk saat ini.

Kondisi Jasper sejak tiga tahun lalu hingga detik ini masih sama, stagnan tanpa ada kemajuan atau kemunduran.

Tapi Jeffrey benar-benar berharap bahwa suatu hari nanti Jasper akan kembali bangun dan bisa menikmati kembali hari-hari bahagianya. Ah, mungkin akan lebih baik bagi Jasper bila saat ia bangun nanti keadaan sudah menjadi lebih baik untuk Jeffrey.

Semoga saja Tuhan diatas sana mendengar dan menjawab doa Jeffrey.

Jujur saja, saat ini Jeffrey merasa sangat amat durhaka kepada ayahnya sendiri. Sudah berminggu-minggu tidak pernah menjenguk, lalu saat akhirnya punya waktu untuk menjenguk malah membawa berita yang kurang mengenakkan.

Tapi Jeffrey tidak tahu harus berkeluh kesah dan mencari solusi kepada siapa dan ia belum bisa menceritakan masalah ini kepada orang lain.

"Maafin, Jeff ya, Pi? Maafin Jeff malah nambahin beban Papi."

"Tapi Jeff bingung harus menyelesaikan masalah ini dari mana Pi. Jeff juga gak bisa cerita ke sembarang orang, makanya Jeff milih cerita ke Papi. Jeff harap Papi gak keberatan dengan masalah Jeff dan bersedia memberikan solusi lewat mimpi." Laki-laki itu menarik kursinya lebih dekat, membetulkan posisi duduknya.

Almost Shatter | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang