12 - ⌊ We're On The Edge Of Downfall ⌉

29 5 0
                                    

🎵| Author's playlist |🎵
Oceans & Engines — NIKI


Pagi ini Jeffrey terbangun dalam keadaan segar bugar.

Selain karena akhirnya kemarin istrinya telah kembali setelah seminggu kabur dari rumah, Jeffrey juga merasakan kalau semuanya akan membaik.

Jeffrey hanya perlu memberikan Joanna beberapa waktu lagi untuk mengobati luka di hatinya lalu mereka bisa segera membahas mengenai anak.

Laki-laki itu mengulas senyum lebar saat melihat Joanna keluar dari kamar sebelah sudah mengenakan se-set kemeja beserta rok span yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.

Ugh, rasanya Jeffrey ingin menghambur ke dalam pelukan istrinya saat ini juga.

Apakah Jeffrey pernah bilang kalau tubuh Joanna sangatlah seksi?

Sangatlah seksi hingga rasanya Jeffrey tidak rela istrinya itu keluar rumah dan memeriksa orang lain bila jiwa overprotective-nya sedang berkobar. Jeffrey saja jarang diperiksa oleh Joanna—yah memang Jeffrey juga jarang sakit sih.

"Morning." Sapa Jeffrey.

"E-Eh? Iya, pagi juga." Ucap Joanna tidak menyangka akan bertemu suaminya.

Joanna pikir Jeffrey masih belum bangun.

"Mau sarapan apa?" Tanya Jeffrey, memangku tangannya di dagu.

Joanna menggeleng pelan. "Aku hampir terlambat."

"Pergi tanpa sarapan? Kamu itu dokter loh, masa jaga kesehatan pasien nomor 1 tapi kesehatan sendiri gak dijaga?" Todong Jeffrey.

Perempuan keras kepala itu tetap menggelengkan kepalanya, melanjutkan langkahnya menuju pintu. "Aku bisa sarapan setelah sampai rumah sakit."

"Joanna." Panggil Jeffrey lagi, membuat langkah perempuan itu terhenti di depan daun pintu.

Joanna baru saja mau menoleh saat tubuh tinggi Jeffrey tiba-tiba sudah berada di hadapannya.

"Aku udah bikinin kamu bekal, jangan lupa dimakan ya?" Ucap Jeffrey sumringah, seraya memeluk istrinya erat.

Membuat Joanna berjengit kaget kemudian memilih diam membeku seperti patung yang tidak tahu harus melakukan apa.

Setelah puas memeluk tubuh istrinya, Jeffrey pun lanjut mengecup kening dan pipi Joanna, tidak lupa juga berakhir di bibirnya.

"A-Aku... harus berangkat." Ucap Joanna mendorong dada suaminya, menyadarkan Jeffrey dari kabut nafsunya.

"Iya," Dengan terpaksa Jeffrey melepaskan pelukannya.

Joanna langsung terbirit-birit masuk ke dalam mobilnya seolah-olah perempuan itu menghindari Jeffrey.

Jeffrey baru saja ingin memanggil istrinya kembali karena lupa berpamitan sebelum akhirnya ia sadar kalau Joanna benar-benar bisa terlambat jika ia tahan lebih lama lagi.

Laki-laki itu menghela nafas panjang, mata tajamnya mengawasi mobil Joanna yang sudah keluar dari carport.

Yah, mari kesampingkan dulu masalah mereka, sekarang Jeffrey juga harus bersiap-siap pergi ke kantor.

Mami: Jeff, kamu masih terus coba bujuk istri kamu untuk punya anak kan?

Jeffrey mendengus kesal sembari mengurut pangkal hidungnya guna menghilangkan kepenatan.

Laki-laki itu mengulas senyum ironi.

Almost Shatter | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang