🎵| Author's playlist |🎵
Turbulence — Jonah KagenJoanna meregangkan kedua tangannya kedepan, mengendurkan kembali otot-ototnya yang mengencang akibat terlalu banyak duduk di depan laptop.
"Haah... capeknya..." Gumam Joanna, menyandarkan punggungnya ke belakang.
Tapi setidaknya lebih baik ia kerja banting tulang seperti ini daripada harus berada di rumah dan berada dalam ruangan bersama suaminya, Jeffrey Fadhrizal Prakasa.
Ya, Joanna tentu saja lebih mencintai pekerjaannya daripada suaminya itu.
Untuk apa Joanna berada di rumah jika mereka hanya terus-terusan bertengkar hebat, lebih baik salah satu dari mereka mengalah dan hidup terpisah secara damai bukan?
Dan Joanna dengan senang hati mengambil peran sebagai pihak yang memilih mundur untuk menghindari konflik.
Kalau kata pepatah, menyerah bukan berarti kalah.
Joanna seringkali kepikiran, dibalik pertengkaran terus-menerus mereka yang tak jarang berujung pada pertengkaran hebat dan saling mendiamkan satu sama lain, kok mereka masih bisa menikah sampai sekarang ya?
Jika hal ini terjadi pada pasangan lain, pasti sudah sejak lama Joanna dan Jeffrey memutuskan untuk bercerai.
Joanna melirik jari manisnya yang bersih tanpa adanya cincin pernikahannya terselip disana. Ah, ternyata sudah cukup lama sejak ia memutuskan untuk melepaskan cincin itu jika tidak bersama dengan Jeffrey—dan Joanna sangat senang melakukannya, rasanya seperti kembali menjadi perempuan single di luar sana.
Kalau Joanna bisa melepaskan cincin ini dari jari manis untuk selamanya juga lebih baik lagi, ah Joanna akan pikirkan mengenai hal ini lagi nanti.
Joanna ingat betul pertengkarannya dengan Jeffrey seminggu yang lalu.
Kepalanya menjadi sakit jika mengingat-ingat hal itu lagi.
Joanna memasuki rumah dengan langkah gontai. "I'm home." Sapa Joanna tanpa minat.
Hidup Joanna hari ini terasa seperti dibantai.
Dalam waktu beberapa jam, Joanna harus melakukan dua operasi berat yang tentu saja menguras tenaganya, tidak hanya jasmani tetapi juga rohaninya.
Yang ingin Joanna lakukan sekarang hanyalah mandi dan kemudian tidur.
"Kamu dari mana?" Tanya Jeffrey tanpa basa-basi.
"Oh? Kamu udah pulang?" Tanya Joanna balik, ia bahkan tidak sadar kalau mobil Jeffrey ada di depan rumah.
"Kamu dari mana?" Tanya Jeffrey lagi.
Dahi Joanna berkerut dalam, untuk apa suaminya menanyakan hal yang sama dua kali.
"Dari rumah sakit?" Jawab Joanna tidak yakin karena sikap Jeffrey yang membingungkan.
Jeffrey berdecak pelan. "Hah, kamu pikir aku percaya kamu pulang dari rumah sakit?"
Joanna mengangkat bahunya, bersiap melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda. "Yaudah terserah kamu kalau gak percaya."
Belum sempat Joanna melangkah, Jeffrey sudah lebih dahulu menarik lengan Joanna kasar, memojokkan perempuan itu ke tembok.
"Apa mau kamu, Mas!?" Suara Joanna mengeras, karena kaget.
Demi Tuhan, ia benar-benar sangat amat letih hari ini dan Joanna tidak mau ada drama-drama tidak penting yang membuatnya kehilangan waktu.
"Jawab aku selama aku tanya baik-baik, kamu abis dari mana aja, Joanna!?" Tanya Jeffrey mencengkram lengan Joanna kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Shatter | COMPLETED
Romance⌊ Bagi pasangan suami istri, pembicaraan tentang anak seharusnya menjadi pembicaraan yang menyenangkan, bukan malah menyengsarakan. ⌉ Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Jeffrey dan Joanna; Ketiadaan anak dalam kehidupan pernikahan mereka membuat Jeff...