05 - ⌊ Routine (2) ⌉

30 7 0
                                    

🎵| Author's playlist |🎵
The Shade — Rex Orange County


Meskipun jam tangan Jeffrey sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, tapi tampaknya semesta belum mengijinkan laki-laki itu untuk sampai ke rumah dan beristirahat.

Jeffrey berdecak pelan, merutuki kondisi jalanan saat ini.

Memang benar ya julukan Jakarta: kota yang tidak pernah mati.

Buktinya sampai sekarang kawasan elit Sudirman masih ramai dengan kendaraan, lebih tepatnya macet.

Padahal sudah jauh melewati jam-jam pulang kantor.

Haah... salahkan Papi Jeffrey yang memilih lokasi headquarter di daerah ini.

Laki-laki itu menghela nafas panjang, harus berpuas diri terjebak dalam kemacetan malam kota Jakarta.

Untung saja tadi Jeffrey sudah makan malam terlebih dahulu.

Kalau tidak, bisa-bisa Jeffrey pingsan sesampainya ia di rumah!

Laki-laki itu menggonta-ganti channel radio tanpa minat.

Jam-jam segini, banyak acara radio yang sedang menyiarkan siaran malam lengkap dengan penyiar-nya, yang sudah pasti banyak berbicara.

Kalau sudah seperti itu, biasanya persentase lagu yang diputar dan obrolan pembicaraan pasti akan lebih banyak mengobrol, belum lagi iklan yang memakan waktu lama. Lebih baik ia mendengarkan lagu di aplikasi musik dari handphonenya.

Jeffrey kembali menghela nafas panjang, berdecak kesal.

Astaga... untuk mengantri masuk ke jalan tol saja macetnya 1 kilometer lebih.

Ia segera menginjak pedal gas lebih dalam begitu sudah terbebas dari kemacetan antrian pintu gerbang tol, sehingga bisa sampai rumah lebih cepat.

Jeffrey udah capek kerja seharian mau cepat-cepat tidur aja.

Akhirnya setelah satu jam lebih terjebak kemacetan malam ibukota, Jeffrey pun sampai rumah.

Matanya otomatis melirik lampu teras yang masih gelap, kemudian menyalakannya.

Istrinya belum pulang.

Tangannya merogoh saku jasnya, mencari kunci rumah yang ia taruh disana.

"I'm home." Sapa Jeffrey, entah ditujukan untuk siapa—padahal tidak ada orang di rumah.

Laki-laki itu langsung melemparkan dirinya di sofa ruang keluarga, membuka dasi yang mengikat lehernya sejak pagi serampangan sebelum melemparnya ke sembarang arah. Ia pun langsung mengecek notifikasi handphone yang ia airplane mode sembari menyetir.

Jeffrey menghembuskan nafas keras ketika menemukan tidak ada satupun chat masuk dari istrinya.

Sialan! Yang masuk malahan SMS penipuan.

Memangnya jaman sekarang masih ada orang yang percaya pada penipuan melalui SMS seperti ini? Hah... bikin kesal aja.

Dengan cepat Jeffrey menekan nomor telefon Joanna yang sudah ia hafal diluar kepala.

Nadanya sih tersambung.... tapi sepertinya Joanna tidak mengangkat.

Jeffrey mengerutkan kening kepalanya, merutuki diri sendiri seraya berdecak pelan—istrinya memang suka sekali silent handphone. Pantas aja ia tidak mendengar ada telefon masuk dari Jeffrey.

Almost Shatter | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang