🎵| Author's playlist |🎵
Fine Line — Harry StylesJeffrey melangkahkan kakinya gontai, memasuki pekarangan rumah.
Entah sudah berapa hari berlalu sejak Joanna memintanya untuk tinggal terpisah—Jeffrey sudah kehilangan hitungannya.
Entah sudah berapa lama Jeffrey tidak pulang ke rumah ini. Rumah yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.
Jujur saja, semenjak hari dimana Joanna mengajak Jeffrey untuk berpisah, ia jadi malas pulang ke rumah ini. Alhasil, ia memilih untuk bermalam di kamar hotel selama berminggu-minggu lebih. Dan baru memutuskan untuk pulang ke rumah saat dirinya merindukan istri tercintanya.
Jeffrey juga belum berani menemui perempuan itu karena belum menemukan cara untuk mengajak Joanna rujuk kembali. Jeffrey juga belum berani menghubungi Joanna karena ia tahu bahwa perempuan itu memang membutuhkan waktu untuk sendiri.
Rumah ini terlihat suram tanpa penghuni di dalamnya—seperti hidup Jeffrey tanpa Joanna.
Untungnya Jeffrey rutin memanggil petugas bersih-bersih seminggu sekali untuk membersihkan rumah ini, jadi bagian dalamnya tidak terlalu kotor dan cukup bersih untuk ditinggali satu dua malam.
Laki-laki itu melemparkan dirinya ke atas sofa, kemudian melonggarkan dasi yang mengikat lehernya.
Sisa-sisa kepenatan kerjaan di kantor membuat kepala Jeffrey berdenyut-denyut sakit.
Joanna....
Sedang apakah perempuan itu sekarang?
Apakah masih mengurusi pasien di rumah sakit? Apa dia sudah makan malam? Apa istirahatnya cukup?
Kening Jeffrey berkerut, mencemaskan Joanna.
"Kruyukkkk...." Bunyi perutnya membuat kerutan di dahinya menghilang.
Yah, pada saat ini Jeffrey harus mencemaskan kondisi perutnya dahulu.
Memang tadi ia melewatkan makan siang karena sibuk mengurus beberapa pekerjaan, karena itu rasa lapar yang ia rasakan sekarang menjadi dua kali lipat.
Laki-laki itu berpikir sejenak, memikirkan makanan yang ingin ia makan saat ini.
Jari-jari Jeffrey lincah menekan handphonenya, mencari restoran di mesin pencari.
Sepertinya malam-malam seperti ini sangat cocok makan soto ayam.
Setelah selesai memesan dan melakukan transaksi pembayaran via e-wallet, Jeffrey pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.
Ringtone handphonenya berbunyi kencang tepat setelah Jeffrey selesai mandi. Pasti dari abang ojek online.
"Halo, selamat malam." Sapa Jeffrey hangat.
"Selamat malam, Mas. Alamat pengantarannya sudah benar kan ya?"
"Sudah benar, Pak."
"Baik, ditunggu pesanannya, Mas."
Lima belas menit kemudian akhirnya soto ayamnya pun tiba.
"Atas nama Mas Jeffrey?" Tanya si tukang ojek di depan gerbang.
"Benar, Pak." Ucap Jeffrey menghampiri, menerima makanan sekaligus memberikan tip kepada si bapak tukang ojek.
"Terimakasih, Mas. Selamat menikmati hidangannya."
"Sama-sama, Bapak juga hati-hati ya." Ucapnya balik kanan, kembali masuk ke dalam rumah.
Jeffrey menyantap soto ayamnya dengan cepat karena sudah kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Shatter | COMPLETED
Roman d'amour⌊ Bagi pasangan suami istri, pembicaraan tentang anak seharusnya menjadi pembicaraan yang menyenangkan, bukan malah menyengsarakan. ⌉ Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Jeffrey dan Joanna; Ketiadaan anak dalam kehidupan pernikahan mereka membuat Jeff...