Almost Shatter | COMPLETED

09 - ⌊ Worried ⌉

🎵| Author's playlist |🎵
SOS — James Arthur

Jeffrey melangkah santai menuju rumahnya.

Langit cerah sore menuju malam menaungi laki-laki itu seraya ia mencari kunci dan membuka pintu.

Suasana sepi menyambut kedatangan Jeffrey.

"I'm home," Ucap Jeffrey, memberi salam,entah ditujukan kepada siapa, yang lebih pantas disebut kebiasaan. Ia segera menghela nafas lelah, membanting diri di sofa dan kemudian melonggarkan dasi yang menggantung di lehernya.

Jeffrey melirik jam di pergelangan lengan kirinya, menunjukkan pukul 17.47.

Lebih cepat daripada yang ia duga.

Jeffrey pikir ia akan terjebak kemacetan seperti biasa, tapi ternyata hari ini kondisi jalanan sedang baik kepadanya, membuat Jeffrey bisa sampai rumah lebih cepat.

Sejak ia kembali dari business trip ke Sydney beberapa bulan lalu, Jeffrey akhirnya bisa meluangkan waktu untuk pulang lebih cepat setiap harinya. Itu semua berkat kerja kerasnya selama tiga tahun kebelakang yang membuat Jeffrey berhasil mengakuisisi sepenuhnya perusahaan Jasper dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada hingga sekarang ia bisa lebih sedikit bersantai dengan pulang cepat setiap harinya.

Ya, meskipun tidak menutup kemungkinan kalau Jeffrey tetap akan lembur jika diperlukan.

Tapi untuk saat ini, intinya permasalahan di kantor telah ia selesaikan dan sekarang saatnya Jeffrey menyelesaikan permasalahannya disini, di rumah ini—permasalahan dengan istrinya.

Tentu saja Jeffrey sadar kalau hubungan dirinya dan Joanna memang sudah jauh dari kata dekat sejak tiga tahun lalu. Didepan semua orang mereka memang masih mesra seperti pengantin baru, tapi dibelakang, di rumah ini tepatnya, mereka menjadi asing, seperti dua orang yang tidak saling mengenal tinggal di bawah atap yang sama.

Tentu saja mereka masih tidur bersisian diatas ranjang yang sama, tapi apa artinya kalau mereka mempunyai hidup masing-masing? Jeffrey baru pulang setelah Joanna terlelap dan Joanna sudah pergi berangkat ke rumah sakit sebelum Jeffrey bangun dan membuka mata. Keduanya sama-sama tenggelam dalam kehidupan dunia pekerjaan mereka masing-masing.

Tentu saja Jeffrey masih mencintai Joanna—dan Jeffrey yakin juga sebaliknya—tapi apa artinya saling mencintai kalau ada yang lebih dicintai, yaitu pekerjaan. Tapi apa artinya saling mencintai bila mereka berdua lebih sering bertengkar daripada mengucapkan kata cinta, lebih sering beradu pendapat daripada mengungkapkan rasa sayang.

Jeffrey tahu, sisa-sisa penat dan stress selama bekerja membuat mereka berdua tidak bisa berpikir jernih saat berdiskusi ataupun sekedar berbincang-bincang santai. Bahkan silah pendapat dalam hal kecil pun bisa menyulut emosi kemarahan dirinya dan Joanna, menjadikan diam sebagai kunci penyelesai masalah.

Jeffrey sendiri pun bingung mengapa mereka masih bisa bertahan tiga tahun kebelakang ini dalam situasi seperti ini. Pasangan-pasangan lain di luar sana mungkin sudah saling menggugat cerai satu sama lain.

Jeffrey takut... Jeffrey jujur sangat amat takut jika suatu hari Joanna lebih memilih pekerjaan daripada dirinya. Jeffrey sadar betul saat dirinya melamar Joanna sembilan tahun yang lalu, menikah muda berarti membuang masa muda dan kebebasan. Meskipun ia telah memberi kebebasan full bagi Joanna untuk melanjutkan karir dan studinya setelah menikah, tapi Jeffrey tahu bahwa di dalam hati rebel Joanna yang paling dalam, ia menginginkan status kebebasan hakiki sebagai perempuan independen tanpa ada 'beban' menjadi seorang istri.

Kata orang, komunikasi merupakan elemen paling penting dalam hubungan. Oleh sebab itu, salah satu dari mereka harus mengalah. Karena itulah Jeffrey dengan sadar diri, mencoba meluangkan waktu lebih untuk memperbaiki hubungan mereka berdua yang sudah rusak ini, sebelum menjadi semakin buruk dan berujung pada akhir yang tidak berani ia bayangkan.