Hadiran

69 11 1
                                    

    Hari yang ditunggu tiba, hari ini aku dan kembaranku -zaid- akan pergi ke Bogor untuk menghadiri tabligh Akbar yang diadakan di puncak, Cisarua. Sebelum berangkat kami izin terlebih dahulu pada ibu.

   “Bu, Dede sama Kaka izin ya mau ke Bogor”

    Ibu yang saat itu sedang menyetrika pakaian segera menghentikan gerakan tangan “ngapain?” Tanya beliau sambil mengerutkan alis.

   “Mau majlisan,Bu”

    “Sama siapa aja? Ada orang Bogor nya? Ibu gak bakal ngizinin kalau kalian berdua doang”

   “Sama Aji dan Salman, rumah mereka di Bogor, nanti kami nginep di rumahnya Aji, tenang bu... Teman kami di Bogor banyak”

   “Yaudah hati-hati, pokoknya di Bogor aja, gk boleh kemana mana”

   Kami mengangguk.

   “Ini buat ongkos, Kaka jagain adenya, hati-hati ya” ibu memberikan beberapa lembar uang pada kami, kami menerima nya dengan senang hati.

   “Iya Bu, siap. Wassalamualaikum”

   “Waalaikumsalam”

   Kami mencium tangan beliau kemudian segera pergi menuju stasiun. Sebelumnya kami sudah izin pada ayah, ya... Ayah memang tak terlalu mengekang anaknya.

👻

    Setibanya di stasiun Bogor, kami bergegas menuju Indomart yang berada di dalam area stasiun Bogor, kami janjian di sana agar lebih mudah bertemu. Kami mendapati mereka tengah duduk menunggu di depan indomart sambil mengobrol.

   “Noh bocahnya” seru Salman yang menyadari kedatangan kami, Aji menengadahkan kepala, kami melambai pada mereka, menghampiri Lalu bersalaman.

   “Langsung aja yu” Aji berkata, ia bangkit dari duduknya, beranjak menuju tempat parkir, kami mengekornya di belakang.

   Aku naik di motor Aji sedangkan Zaid bersama Salman.

   “Depok dulu, mau gak?” Ajak Salman.

   “Ngapain?” Aku bertanya, sedikit kaget karena tak ada rencana sama sekali untuk kesana.

   “Maen ke rumah Fadil, bentaran doang, silaturahmi, abis itu ke rumah  Aji”

   “Tapi kami udah Janji maennya cuma di Bogor, nanti kalau ketahuan bisa kena marah” aku berusaha menolak.

   “Yaelah, ortu ente gak bakal tahu sih, mereka kan di Jakarta, yaudah diem diem aja” ucap Salman yang dijawab oleh  Aji dengan anggukan.

   Aku menatap Zaid, ia mengangkat bahu seolah berkata ‘apa salahnya, toh, ibu gak akan tahu’.

   “Yaudahlah, bagen, terserah kalian”. Aku menyerah dan ikut mereka, tiga lawan satu, aku kalah suara, tak mungkin juga aku menunggu mereka di stasiun sampai kembali.

   Akhirnya kami berangkat menuju Depok.

👻

   Pagi berganti siang, siang menjadi petang, kami pulang dari rumah Fadil saat maghrib menjelang.

   Awalnya Fadil ingin ikut kami hadiran tapi sayangnya tak diizinkan. Langit berwarna ungu kemerahan, Salman dan Aji memacu motor kencang-kencang berharap bisa sampai sebelum waktu isya datang. Kami berhenti di masjid Akbar untuk berbuka puasa dengan sekadar minum air putih dan melaksanakan sholat Maghrib berjama’ah kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

   Rumah Aji terletak di daerah Cipayung yang berada tak jauh dari puncak. Lingkungan rumahnya masih asri dan sepi, omong-omong Aji ini adalah anak pendiri pesantren salafi, anak kiai.

HANTU PENJARA SUCI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang