Jatuh itu kebawah, Ka

52 12 4
                                    

   Akhi Nazar menghampiriku sambil menjinjing plastik hitam berukuran cukup besar.

   "Dan, bantuin ana yuk" ujarnya. Akhi Nazar adalah Kaka kelas tingkat Aliyah, satu tahun diatasku, satu angkatan dengan ukhti Fitri dan akhi Syechan.

   "Bantuin apa,khi?" Tanyaku.

   "Masang banner buat penyambutan anak baru, di depan gang"

   "Ayo deh"

   Aku beranjak dari tempatku duduk, tadi aku sedang beristirahat, kami baru saja selesai latihan karate untuk penampilan. Aku dan akhi Nazar masih mengenakan pakaian karate.

   Akhi Nazar berjalan di depanku, aku mengekor di belakangnya sambil membawa plastik hitam berisi banner bertuliskan "Selamat datang, santri baru Al Barkah"  sedangkan ia membawa tangga. kami berjalan keluar gerbang, kami menyapa pak satpam terlebih dahulu untuk laporan, khawatir disangka kabur.

   Tak lama berjalan, sampailah kami di depan Gang, sebenarnya gang ini pun masih tanah milik pesantren, rumah-rumah yang ada di sepanjang jalan gang ini merupakan rumah milik guru-guru dan juga kerabat kyai.

   "Sini, dan"

   Akhi Nazar mengambil banner dari tanganku, dengan cekatan ia mulai menaiki tangga kayu lalu memanjat pohon yang biasanya dipakai untuk menyangkutkan tali banner, ia mulai mengikat tali dengan teliti.

   "Kaka!" Dari atas pohon, akhi Nazar berteriak memanggil seorang santriwati kelas akhir yang sedang jalan berdua dengan temannya keluar gang. Itu Kaka perempuan akhi Nazar, ukhti Dini namanya.

   Dua santriwati tersebut tampak mencari asal suara lalu mendapati akhi Nazar tengah duduk di salah satu dahan pohon. Ukhti Dini tertawa melihat tingkah adiknya kemudian melambai, akhi Nazar pun ikut membalas melambai.

   "Kamu ngapain manjat manjat, de" ukhti Dini berseru padanya.

   "Hehe, Masang banner ka, bantu pondok"

   "Hati-hati, nanti jatuh"

   "Ya, gak apa apa, santai aja, jatuh itu kebawah, kak"

   "Ih, kalau jatuhnya ke atas gimana?" Ukhti Dini melontarkan candaan pada adiknya.

   "Yaudah, kalau ke atas ber arti aku bakal terbang dan gak akan balik lagi" akhi Nazar membalas bercanda.

   "Kamu ini ada ada aja. Kaka mau ke pasar, mau nitip gak?"

   "Boleh deh ka, batagor kesukaan Ade ya"

   "Oke, nanti Kaka beliin, duluan ya de"

   "Iya kak"

   Dua santriwati tersebut melempar senyum padaku yang sedari tadi hanya duduk mendengarkan sepasang Kaka adik yang saling menyapa dan bercanda, aku pun membalas tersenyum kemudian mereka berjalan keluar gang, menuju pasar.

   Akhi Nazar melanjutkan mengikat tali pada dahan, keringat mulai membasahi tubuh, sesekali ia mengusap peluh. Cuaca Sukabumi saat itu cukup terik, siang menjelang, panas menerjang, sebentar lagi waktu Zuhur datang.

HANTU PENJARA SUCI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang