Barbie

54 12 0
                                    

   Namanya Ardhan, ia adalah teman seangkatanku yang menjabat sebagai bagian keamanan, wajahnya sangat tampan, orang-orang bilang ia titisan akhi Arya Davian, bagian keamanan sebelumnya yang kini tengah berkuliah di Yaman. Aku, Aji, Zaid dan Zayyan tak terlalu akrab dengannya, kami tak sefrekuensi, bahkan mengobrol pun jarang sekali namun petang itu, entah mengapa ia menghampiri kami yang tengah berdiskusi di masjid.

   “Ada apa?” Tanya Aji.

   “Ana mau minta tolong”

   “Minta tolong apa?”

   “Tapi sebelumnya ane mau cerita tentang awal mula permasalahan ini terjadi”

   Kami berempat menutup buku.

   “Yaudah sok, tentang ghoib ya” tebak Zaid.

   Ardhan mengangguk.

👻

   Pada Minggu malam, di kantor bagian keamanan, Ardhan dan Hilal tengah makan nasi Padang, mereka baru selesai membagikan tempat bulis. Maghrib tadi orang tua Hilal datang menjenguk dan membawakan makanan namun baru sempat dimakan sekarang.

   Setelah makan, mereka mencuci tangan di Hamam secara bergantian karena kantor tidak boleh dibiarkan kosong, khawatir ada yang mencari bagian keamanan untuk melapor. Hilal cuci tangan duluan, sesudah ia selesai, Ardhan beranjak menuju kamar mandi. Ardhan di kamar mandi cukup lama, ia buang air terlebih dahulu lalu kembali ke kantor. Di tengah perjalanan menuju kantor, ia mendengar suara wanita tertawa, seketika itu langkahnya terhenti.

   “Astaghfirullah...” Gumam Ardhan, ia menggelengkan kepala dan melanjutkan perjalanan, ia sendiri heran, mengapa ia bengong di tengah jalan.

   “Ana yang patroli ya” ujar Ardhan pada Hilal sesampainya di kantor.

   “Yaudah, ana jaga kantor”

👻

   Ardhan berjalan kaki mengelilingi pondok, menghampiri setiap tempat Bulis untuk memastikan apakah mereka tertidur ketika jaga ataupun meninggalkan tempat, jikalau ada ia tak segan-segan menghukum mereka karena sudah peraturannya seperti itu. Setelah memeriksa seluruh tempat bulis, ia mulai patroli ke dalam bangunan-bangunan.

   Ardhan naik ke lantai dua gedung yang belum selesai dibangun, rencananya gedung itu akan dijadikan kelas. Di lantai dua, ia bertemu dengan seorang anak kecil. Awalnya ia mengira kalau anak itu adalah salah satu cucu kiai akan tetapi, saat ia panggil tak menengok sama sekali, ia menghampiri anak berusia sekitar lima tahun tersebut, wajah anak itu sangat asing di matanya.

   “Kamu ngapain malem-malem disini? Nanti orang tuamu nyariin, ayo Kaka anter pulang” kata Ardhan dengan lembut.

   Anak itu hanya diam mematung, tak hiraukan ucapan Ardan, ia tak menjawab sama sekali. Ardan menyerah, ia berusaha positif thinking, mungkin anak ini berasal dari dunia lain, ia berlalu pergi meninggalkan anak itu sendirian. Penampakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Ardhan dan kawan-kawannya di bagian keamanan.

   Di tangga, ia bertemu dengan seorang bapak-bapak, bapak itu menyapanya, ia menyapa balik.

   “Makasih ya, dek”

   Ardhan tersenyum kikuk “i-iya pak, sama-sama” jawab Ardhan meskipun ia bingung terimakasih untuk apa.

   Bapak itu kembali turun ke bawah dan menghilang, Ardhan tahu bapak itu bukan manusia, ini sudah menjadi hal biasa. Ardhan sebenarnya tak bisa melihat mereka namun ia sering ditampakkan ketika patroli, baginya selama makhluk itu hanya menyapanya dan tidak mengganggunya ia tak masalah.

HANTU PENJARA SUCI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang