Darah Haid

57 10 0
                                    

   “ukhti Fitri... Anterin ana ke Hamam yu” ujar Dewi.

   Fitri mengerjapkan mata, ia melihat jam dinding di atas pintu, di sana menunjukkan pukul 1, sudah lewat tengah malam.

   “Bangunin ketua kamar aja, dew. Aku ngantuk banget” jawab Fitri.

   “Gak berani, takut”

   Fitri bangun lalu duduk “yaudah ayo” ia mengambil Kerudung dan rok lalu memakainya sedangkan Dewi sudah siap sedari tadi.

   Mereka berjalan menembus dinginnya malam menuju kamar mandi terdekat, berkali-kali Fitri menguap, ia benar-benar mengantuk. Sesampainya di sana, Dewi segera masuk hamam sementara Fitri menuju keran untuk berwudhu.

   Bismillahirrahmanirrahim, bisik Fitri.

   Setelah selesai, ia kembali ke komplek kamar mandi untuk menunggu Dewi. Ia berdiri di depan hamam yang tadi dimasuki Dewi, menunggu. Satu menit.... Dua menit.... Hingga lima menit berlalu, Dewi tak kunjung keluar dari kamar mandi, ia pun mencoba memanggilnya.

  “Dewi! Masih lama gak? Madza ta’maliin?”(b.arab: lagi ngapain?)

   Hening.... Tak ada jawaban, Fitri mengeryitkan kening. Aneh, bukannya tadi dia masuk kamar mandi ini, kok suara air pun gak ada, pikir Fitri.

   Ia maju selangkah lalu mengetuk pintu, ternyata tidak dikunci, pelan tapi pasti ia dorong pintu besi kamar mandi, khawatir ada yang terjadi pada Dewi, bisa jadi ia terpeleset dan tak sadarkan diri.

   “Dewi...” Panggilnya lagi “Dew....”

   Pintu sepenuhnya sudah terbuka, Fitri meloncat mundur, kaget, matanya yang sipit terbuka begitu lebar. Di hadapannya terpampang sesosok makhluk berlidah panjang yang tengah menjilati darah dari pembalut sambil berjongkok di kloset, tampak sangat mengerikan, mata makhluk itu menatap Fitri begitu tajam. Tanpa basa basi ia segera berlari menuju kamar.

   Setibanya di kamar, ia mendapati Dewi yang tengah menyampirkan kerudung di gantungan.

   “Huh... Anti kemana aja, kenapa ninggalin” ujar Fitri dengan nafas menderu.

   “Eh, kok ukhti Fitri baru sampe, ana kira tadi ukhti ninggalin soalnya ana panggil panggil gak ada yang jawab, jadi ana langsung ke kamar deh”

   “Tadi ana wudhu dulu, ente yang ninggalin ana”

   “Oh gitu, hehe, maaf ya ukhti, ana gak sengaja, ana kira ukhti yang ninggalin ternyata ana yang ninggalin,hehe. Syukron ya, ti”

   “Na’am, Afwan”

   Fitri pun ikut melepaskan kerudung dan kembali tidur di tempatnya masih dengan nafas menderu dan tubuh gemetar karena ketakutan.

👻



   Keesokan harinya...

   “Dew.... Kamu lagi haid?” Tanya Fitri.

   “Na’am, ukhti” jawab Dewi.

   “Semalem ke kamar mandi ngapain, dah?”

   “Ganti pembalut”

   “Kurang bersih ya nyucinya”

   Dewi nyengir “heueh, ukhti tau dari mana?”

   “Lain kali gak boleh kayak gitu, kalau disukai setan nanti gimana”

   “Lagian ukhti ana panggilin dari dalem hamam gak nyaut nyaut, yaudah ana sikatnya asal aja, buru buru”

   “Intinya jangan diulangi”

   “Iya, ana janji bakal lebih jaga kebersihan, insyaallah” ucap Dewi “emang semalem kenapa,ti?”

   “Ah, enggak. Cuma.... Sudahlah lupakan”

    Fitri berlalu meninggalkan Dewi yang masih berdiri penuh kebingungan.


👻


   Jadikan kisah ini pelajaran untuk tidak membuang pembalut sembarangan dan sebelum membuang harap menyikatnya hingga bersih, kisah ini mungkin tak nyata namun kisah ini sering dipakai untuk memperingatkan orang-orang agar tidak membuang pembalut sebelum bersih, siapa pula yang ingin darahnya dijilati setan, tapi tentu saja apapun kejadiannya, wallahualam.


   Jangan lupa jaga kebersihan!!!





HANTU PENJARA SUCI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang