Masa Lalu Mei

59 12 0
                                    

   Mei. namanya Mei, maksudku dulu ia pernah bernama Mei, lebih tepatnya sekarang ia mempunyai dua nama, nama Islam dan nama Tionghoa. Sebenarnya nama Tionghoa nya cukup panjang jika diartikan ke bahasa Indonesia tapi cukuplah orang-orang memanggilnya dengan sebutan Mei.

   Nama Islamnya adalah Fitri, nama cantik yang bisa diartikan suci, nama yang ia dapat 4 tahun lalu ketika ia berpindah keyakinan ke agama baru, meski begitu semua orang kecuali santri Al Barkah tetap memanggilnya Mei, karena Mei senang dipanggil Mei.

   Ketika kelas 6 SD, ia pindah dari agamanya yang dulu, keluarga besarnya gempar, berpindah agama tentu bukanlah hal yang bisa dianggap wajar apalagi saat itu dia masih kecil. Walau sedikit kaget, keluarganya masih mau menerima Mei dan menghargai keputusannya. Sebelum mengucap syahadat, ia dinasihati terlebih dahulu oleh papanya seperti ini: Agama bukan permainan, jika kamu sudah berpindah agama kamu harus mempertahankan keyakinanmu dan tak boleh berpindah kecuali sudah benar-benar yakin dan siap.

   Hidayah tersebut datang pada Mei sejak dini, ia termasuk gadis kecil yang dewasa sebelum waktunya. cara berpikirnya ketika sekolah dasar hampir serupa dengan kokoh dan cicinya yang sudah SMA, hal ini dikarenakan ia senang membaca buku-buku di perpustakaan milik ayahnya yang pastinya buku-buku itu bukan buku-buku yang cocok untuk anak seusianya. Namun itu bukanlah faktor utama yang membuatnya memilih pindah agama, penyebab utama ia memilih pindah agama adalah mamanya yang sedari lahir Islam. Ia senang mendengar mamahnya membaca Alquran setiap selesai salat subuh, suara mamanya yang sangat merdu terdengar seumpama qori profesional telah membuatnya terpana hingga ia tertarik untuk masuk Islam dan mempelajari agama Islam.

   Meski menikah dengan papanya yang berbeda keyakinan, mamah Mei tetap mempertahankan agamanya. Sebenarnya dalam Islam, orang muslim tidak boleh menikah dengan orang kafir, dalam Alquran dijelaskan pada surah Al Baqarah ayat 221;

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ .

  “ Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”

   Mamah Mei tahu itu dan ia pun hafal dalilnya Akan tetapi, cinta telah membutakan segala. Mamah Mei tak peduli hingga keluarganya menjauhi, orang tuanya membuangnya, karena di negeri ini agama di atas segala tak terkecuali cinta.

   Bagaimana kabar keluarga besar papahnya setelah menikah?

   Mereka pun sama-sama sulit untuk menerima pernikahan tersebut namun semakin lama pernikahan itu tak lagi dipermasalahkan, apalagi setelah kelahiran 3 anak mereka yang disambut bahagia oleh keluarga besar.

   Tahun pertama di agama baru, mamahnya mengajari tata cara beragama dalam Islam juga pengetahuan tentang aqidah dan sejarah. Mei dan keluarganya tinggal di komplek perumahan elit yang hampir semuanya dihuni orang-orang Tionghoa non muslim, membuatnya masih rabun akan agama barunya karena lingkungan yang kurang mendukung.

HANTU PENJARA SUCI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang