bab 6

4 1 0
                                    

"MARYA Christina bilik mana ?" Soal Lucien dengan suara yang tercungap - cungap.

" Bilik 5061 . Encik ni siapa ? " soal jururawat yang bertugas di kaunter. Berkerut dahinya apabila melihat figura di hadapan mencari bilik mangsa yang baru dihantar tadi .Soalan dibiarkan sepi . Kakinya segera mengorak langkah dengan laju . Bilik 5061 segera dituju . Setibanya dia di hadapan bilik yang menempatkan kakaknya , kelihatan seorang wanita separuh umur sedang menangis teresak-esak. Wajah risau yang setia di wajah itu sedari tadi mulai berubah dingin apabila matanya dapat menangkap wajah wanita tersebut.

" Apa jadi dengan kakak ? " Soal Lucien dingin . Wanita separuh umur tersebut menoleh memandang anak lelakinya bertemankan air mata yang tidak henti mengalir apabila gegendang telinganya menangkap suara Lucien sebelum dia bangkit dari tempat duduknya. Langkah yang diatur kelihatan lemah di mata sesiapa sahaja yang melihat namun tidak untuk Lucien.

" Kai , ni semua salah mama .. "

" Jawab soalan Kai,ma . Kakak kenapa ?! " Suara lantang milik Lucien sedikit sebanyak mengejutkan para pesakit yang berada di hospital. Tidak beralih sedikit pun mereka dari terus memandang  Lucien. Semua mata-mata melihat ke arah suara Lucien.Namun , Lucien hanya mengendahkannya . Dia hanya memikirkan tentang kakaknya .

" Rya... "

" Siapa keluarga pesakit Marya Chris ? " baru sahaja Puan Aylee ingin menjelaskan keadaan sebenar , suara doktor yang berada di bilik rawatan kedengaran .

" Saya adik dia . Apa jadi dengan kakak saya , doktor ? " Soal Lucien dingin . Matanya menatap kosong wajah doktor tersebut .

" Oleh kerana otaknya dihentak dengan kuat , Cik Marya disahkan koma . Disebabkan hentakkan yang kuat , kelihatan beberapa darah beku . Tapi  jangan risau ,kami jalankan pembedahan untuk membuang darah beku . Walau bagaimanapun , kesedaran pesakit masih belum dapat dijangka . Kesedaran Cik Marya bergantung dengan kekuatan beliau . Saya berharap keluarga pesakit bertabah dan sentiasa berikan dorongan kepada dia " ujar Doktor tersebut sebelum wajah keluarga Marya dilihat satu persatu .

" Boleh saya masuk , Doktor ? " soal Lucien .

" Boleh . Hanya seorang dibenarkan masuk ."

Tanpa membuang masa , Lucien segera melangkah masuk . Kelihatan sekujur tubuh berselirat dengan wayar . Tanpa disedari , butir - butir jernih turun membasahi wajahnya . Otaknya seakan - akan berhenti berfungsi sepenuhnya tetapi dia mengagahi jua kakinya  untuk melangkah .  Katil yang menempatkan kakaknya dituju .

" Kakak , kenapa jadi macam ni . Kakak tak sayang Kai ke ?" Adu Lucien dengan esakkannya .

Tettttt.......

KAKAK!!

Deringan telefon miliknya mengejutkan Lucien Kai  dari lamunannya. Gambar yang dipegang diletakkan kembali ke tempat asal . Air mata diseka perlahan sebelum dia segera mengangkat panggilan itu .

"Hello ?"

Daniel melihat jam tangan yang terletak elok di pergelangan tangannya . Jam menunjukkan sudah hampir pukul 8 malam . Namun , kelibat yang ditunggu - tunggu masih belum dilihat batang hidungnya . Sejak setengah jam yang lalu , dia terpacak di hadapan pintu keluar .

Selepas beberapa minit kemudian , satu kereta berhenti dihadapannya menyebabkan Daniel terkejut . Akibat tidak mengenali kenderaan tersebut , dia hanya menghiraukan pemilik kenderaan itu .

" Mana perempuan ni ? Lambat la . Kata pukul 7 datang balik . Bayang - bayang pun aku tak nampak . Hisy ! " omel dirinya .

"Niel ! " jeritan tersebut mengejutkan Daniel yang sibuk melayan perasaan amarah . Wajah ditoleh sebelum dijeling tajam .

" Asal lambat ? Kau tahu tak , aku dari tadi jadi orang - orang tak berbayar dekat sini ? Aku jadi orang - orang dekat syarikat aku tau tak ?! . Dah la nak maghrib dah , kalau hant..." Bebelannya berhenti sejurus sahaja anak mata hitam pekat miliknya bertemu dengan satu anak mata yang tidak asing lagi .

" Ha kenapa diam ? Tadi membebel mengalahkan tok wan . Asal tak sambung , alang - alang tazkirah free ." Arwa hanya menjeling Daniel yang terkejut melihat Alisya .

" Isya ?"

" Suprise ! " sorak Alisya sebelum dia ketawa lucu melihat wajah terkejut Daniel . Namun , seketika kemudian kepalanya diketuk perlahan dengan sesuatu .

" Otak dia suprise . Aku dekat sini dah jenuh menunggu perempuan ni alih - alih kau pula ada dekat sini . Asal tak bagitahu aku kau balik Malaysia ni ? Berapa lama kau dekat sini ?"

"Aku baru je sampai dah disoal siasat dengan kau . Makin tua makin banyak bebel eh kau ? Baru beberapa tahun aku tinggal . "  Daniel hanya mengaru kepalanya yang tidak gatal . Arwa yang melihat hanya mengukirkan senyuman lucu melihat Daniel yang dibebel oleh Alisya .

" Dah - dah . Nanti kita jejak kasih . Jom makan . Aku lapar ." Ujar Arwa dengan sengihan tidak bersalah . Namun , apa yang dikatakan olehnya benar. Dia sungguh lapar sekarang .

" Kau kenapa ? Tadi lapar sangat . Bila makanan dah depan mata tak nak makan pula " Tanya Alisya kepada Arwa yang sejak dari tadi hanya merenung makanan yang berada dihadapannya . Daniel yang berada di sebelah turut disiku sebelum Daniel mengangkat bahunya .

"Arwa ? Kau kenapa ? " soal Daniel apabila melihat Arwa yang langsumg tidak memberi reaksi terhadap soalan Alisya .

" Entah  " jawab Arwa sepatah . " Lisya , Niel . Kau pernah tak rasa perkara yang kau tak pernah terfikir pun tapi kau rasa nyata ? "

Alisya dan Daniel yang mendengar pertanyaan tersebut mengeleng perlahan sebelum mereka memandang Arwa meminta perjelasannnya selanjutnya .

" Dua tiga minggu ni , aku asyik mimpi perkara sama . "

"Wait ! Wait !  Kau masih mimpi lagi ke ? " soal Alisya tidak tahu - menahu tentang itu .

Arwa sekadar mengangguk . Daniel yang turut berada disitu hanya mendiamkan diri .

" Aku ingat lagi , aku selalu mimpi lelaki tu tapi dalam mimpi tu , bunyi tembakan jelas dengar ." Terang Arwa sebelum wajah milik Daniel dan Alisya dipandang silih berganti . Daniel dan Alisya yang mendengar berpandangan sesama sendiri .

" Maksud kau ? Kau nak kata mimpi tu cuba bagi hint  ke ?" Tanya Daniel .

Arwa hanya mengangkat bahu . Dia juga turut bingung dengan mimpi yang selalu dihadapinya .

" Aku rasa , tak ada apa kau patut risau . Mungkin tu cuma mainan tidur . " ujar Alisya . Arwa hanya mengangguk mengiyakan pernyataan tersebut .

"Maybe ? " Arwa hanya mengangkat bahu sebelum makanan dihadapannya dijamah.

Beautiful Mistake Where stories live. Discover now