#2.𖠌 Salah?

32 8 0
                                    

𝑹𝒆𝒏𝒋𝒂𝒏𝒂 𝑨𝒎𝒆𝒓𝒕𝒂

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ

ꕥꕥ

2

Pagi dikediaman Bapak Teuku Andras Hestamma, seperti biasanya. Dipenuhi suara-suara yang begitu bising. Shifa membulatkan matanya saat melihat si kembar belepotan dengan coklat.

"Biya, Biyan wajah Lo berdua kenapa kocak banget pagi-pagi. Sini-sini foto dulu sama tante." ajak Shifa dengan kurang ajarnya. Lagian kenapa nih anak kakaknya jadi kocak gini.

Cekrek, Cekrek. Dua foto sudah dia ambil. Lihat saja, Ia akan mengirimkan ke kakaknya yang sedang bekerja bersama sang suami. Enak aja suka reproduksi anak malah anaknya ditinggal.

"Bun, ini wajah si kembar kenapa sih? pagi-pagi udah kaya gini" kata Shifa, Ia menggendong tasnya ke arah meja makan. Shifa mengambil nasi dan lauk lalu segera menyantapnya.

Sementara Ia menatap sang Bunda yang tengah mengambilkan nasi untuk sang Ayah. Ayah sibuk membaca koran paginya.

"Tadi tuh bunda tinggal masak, Eh tiba-tiba dua anak itu ambil Nutella di meja. Nutellanya dibuat mainan sama dimakan, Bunda capek kalo marah pagi-pagi gini. Yaudah Bunda biarin aja asal nggak nangis." Bunda menjelaskan sembari mengambil lauk.

"Lagian Mbak Vira kenapa ke Surakarta nggak ngajak anaknya sih. Nyusahin aja!" Shifa menatap penuh permusuhan si kembar yang tengah mengacak-acak mainan didepan televisi.

"Heh, nggak boleh gitu. Seharusnya kamu tuh bantu Bunda buat jaga si kembar, itung-itung latihan kalau ntar jadi Ibu" tutur Ayah menatap Shifa yang cemberut, Ia terkekeh pelan.

"Bener tuh kata Ayah.."

"Tau ah Ifa berangkat sekolah dulu." Shifa menyalami kedua orangtuanya.

"Bawa motor sendiri nih ceritanya." ucap sang Ayah menggoda, pasalnya ini kali pertama putrinya membawa motornya sendiri. Semoga saja motornya baik-baik dan tidak lecet.

"Iya dong masak dianterin terus, malu dong sama umur." jawabnya sombong. Padahal dulu juga sering dianter.

Shifa berjalan kearah si kembar, umur mereka masih tiga tahunan. Tapi nakalnya. Biasa, anak umur segitu emang lagi tantrum-tantrumnya.

Tangan Syifa menggendong Biya, si gadis manis yang konon katanya plek ketiplek sama Mbaknya.

"Awas aja Lo caper sama orangtua gue" bisiknya mengancam.

Si Biya hanya tertawa. Tak lama kemudian Shifa melotot saat benda hangat mengalir dari Biya.

"Biya, Lo ompolin gue??" teriaknya marah.

***

"Oke anak-anak, sebelumnya terimakasih, saya Bu Anja. Pembina OSIS yang akan membina kalian, berhubung Kakak kalian yang bertugas sebagai sekretaris telah pindah ke sekolah lain. Kami selaku pembina dan ketua telah berdiskusi untuk mengambil sekretaris baru guna menggantikannya."  perempuan yang cantik itu berkata panjang lebar, walaupun usianya sudah menginjak kepala empat.

"Raisa silahkan pilih kandidat yang menurut kamu tepat." kata Bu Anja menyuruh Kak Raisa yang dahulu menjabat sebagai sekretaris untuk memilih sesuai hasil kerja mereka saat tes komputer.

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang