#10.☼︎Real rain

13 6 0
                                    

ℝ𝔼ℕ𝕁𝔸ℕ𝔸 𝔸𝕄𝔼ℝ𝕋𝔸
ʞᴉlɐqᴉp
𝚂𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊

Ifa melambaikan tangannya, Andra tersenyum kecil. Ia menghampiri sang pacar yang terlihat sangat cantik dengan cardingan berwana hitam. Serta bibir Semerah buah plum yang di beri sedikit perwarna. Pipi yang sudah merah semakin merah karena terkena udara malam. Rasanya ingin Ia bungkus saja agar tidak menarik perhatian orang lain.

”Mijn toekomstige vrouw is zo mooi,” ujar Andra begitu Shifa sudah berada di dalam jangkauannya. Mengelus rambut yang digerai indah dengan telapak tangannya. Udara malam ini sangat dingin, buru-buru pria itu mengajak sang pacar masuk ke dalam Caffe yang sudah dipesan.

”Nggak ngerti!” seru Ifa cemberut.Pipi itu semakin mengembang seperti bakpao.

”Di anter siapa tadi?" tanya Andra sembari mengengam tangan Ifa yang dingin.

”Mbak Vira sama suaminya, kebetulan mereka lagi mau keluar. Sekalian aja Aku nebeng” jawab Ifa, Andra hanya mengangguk. Mereka berjalan beriringan dengan Andra yang berada di sebelah kanan.

Memasuki ruangan yang sudah dipesan, terlihat beberapa anak-anak juga sudah sampai. Salah satuya ada ketiga sahabat Ifa yang Ia tambahkan ke daftar.

Kini pesta kecil-kecilan untuk pelepasan Andra d𝚊𝚛𝚒 SMA Binus Satya resmi dibuka. Para pramusaji menghidangkan makanan lengkap, ada Nila bakar. Bahkan mereka boleh membakar sendiri. Ifa benar-benar pintar memilih tempat. Karena ruangan yang mereka tempati langsung terhubung dengan balkon. Minim bajet tapi memuaskan.

Acara itu hanya dihadiri beberapa orang, ada pembina OSIS mereka. Dan anak-anak OSIS tahun Andra. Beberapa pengurus inti juga datang.

”Bagus nggak tempatnya” tanya Ifa berbisik disamping telinga Andra, diruangan itu sangat berisik.

”Lumayan” jawab Andra sambil melirik Ifa.

”Idih apaan? Jawaban apa kayak gitu, nggak menghargai yang pilih tempat”S
sindir Ifa menatap tajam Andra.Ia mengangkat garpu lalu menusuk dengan keras ke nila yang sudah dipotong-potong oleh Mas pacar.

”Bagus Ifa.Udah puas?” ulang Andra lagi dengan suara yang berat.

”Belum!”

”Aku ada sesuatu buat kamu, tapi nanti aja. Biar anak-anak pada pulang dulu” lirih Ifa, tidak sadar saja kalau mereka sekarang menjadi pusat perhatian. Andra sudah menyadari sejak lama, Ia membiarkan saja toh dengan begini. Pria yang terang-terangan mendekati gadisnya akan kepanasan.

”Ehem” deheman seseorang membuat Ifa menoleh.

”Loh Dirga datang? Bukannya nggak bisa katanya?” Ifa hanya berniat berbasa-basi, namun pria yang dipanggil Dirga itu malah semakin mengajaknya berbicara.

”Udah selesai urusannya Fa. Kamu Sendiri aja? nggak ngajak siapa gitu?” tanya Dirga.

”Shifa sama Saya” bukan Shifa yang menjawab tetapi pria kulkas disampingnya. Ifa pun mengangguk, tersenyum kecil ke arah Dirga. Jujur demi apapun Ia tidak ingin memberikan harapan palsu untuk Dirga. Apalagi sekarang Andra sudah tidak berada didalam jangkauannya.

”Hallo semuanya” tiba-tiba laki-laki yang Ifa temui kemarin di kantin muncul dari balik pintu.

”Eh eh ada Neng cantik disini?” tanya pria itu, Dipa datang dengan jaket coklat yang melekat indah ditubuhnya. Nertanya menatap Andra yang duduk didekat Ifa.

”Ada hubungan apa Bang sama Shifa?” tanya Dipa, pembicaraan keduanya berhasil mencuri perhatian Okta.

”Eh Lo kok kenal sama Kak Andra Dip?Ada jangung dibalik bakwan nih roman-romannya? Jangan-jangan kalian!”

”Jangan-jangan apa sih?Nih ya! Bang Khansa itu Abang Gue.” jawab Dipa membuat Shifa menoleh ke Andra.

Pantes mirip! Batin Shifa, saat bertemu dengan Dipa pertama kali. Ia merasa familiar.

"Dia anak Bibi yang sekolah diBandung Fa" jelas Andra saat Ifa menatap matanya seolah meminta penjelasan.

"Ooo"

"Pantes aja mukanya kaya nggak asing, ternyata anak Bibi Riana" kata Ifa mengingat Bibi Riana, wanita yang mengasuh Andra sedari kecil. Bibi kandung Andra.

"Kalian bosen kan pasti?Tenang,Gue bawa mainan dari rumah. Tara.." Dipa memgeluarkan mainan yang Ia bawa, sebuah ular tangga. Orang-orang disana membelalakan matanya, kemudian tertawa bersama.

"Hahha mainan bocil Lo bawa"

"Mainan legend nih? Masih punya aja Lo?"

"Dipa emang lain daripada yang lain!"

"Yuklah gas main!"

Ditengah keramaian yang terjadi diantara mereka. Hp Andra berdering, pria itu menyingkir sebentar untuk mengangkat teleponnya.

𝐏𝐚𝐩𝐚 𝐈𝐬 𝐜𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠..

"𝐴𝑠𝑠𝑎𝑙𝑎𝑚𝑚𝑢𝑎𝑙𝑎𝑖𝑘𝑢𝑚 𝑃𝑎?"

"𝐾𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎?"

"𝐻𝑚.."

"Ada apa Kak?" tanya Shifa mendekati Andra. Memegang pundak pria itu, laki-laki itu tampak terkejut. Apalagi  suhu tubuh Shifa yang dingin, berhasil membuat otaknya terdiam. Raut wajah pria itu berubah merah, tersirat kemarahan didalamnya.

”Kamu mau pulang bareng Kakak atau sama temen-temen Kamu dulu? Kakak harus pulang sekarang, ada hal yang perlu Kakak urus” ucap Andra, seperti bukan sebuah pertanyaan melainkan perintah kalau gadis itu wajib pulang dengannya.

Sungguh Ia tidak rela dan tidak mungkin dirinya membiarkan Shifa berada satu atap dengan cowok yang jelas-jelas menyatakan minat pada gadis itu.

”Bareng Kakak!” jawabnya yakin.

”Yaudah, ambil tas Kamu. Saya tunggu diparkiran” Andra berjalan menuju parkiran, sedangkan Shifa berjalan masuk ke dalam Caffe.

”Kakak kenapa?” tanya Shifa setelah mereka masuk kedalam mobil. Tadi dia sudah pamit, Okta adalah orang yang paling heboh saat dirinya pulang. Untung saja Ia memberikan alasan yang logis, jika tidak maka gadis itu mana mungkin membiarkan dirinya pulang.

”Kamu belum ketemu Papa kan? Besok mau nggak ketemu sama Papa?” jemari Andra mengusap rambut Ifa yang menutupi mata.

”Boleh!”

”Tapi Papa nggak baik-baik aja Fa” kata Andra lagi dengan nada yang amat menyedihkan, sungguh Shifa baru kali ini melihat sisi terpuruk seorang Andra.

”Kami sudah hancur..”

⚠︎⚠︎
sᴇᴇ ʏᴏᴜ ɴᴇxᴛ ᴛɪᴍᴇ
𝑣𝑜𝑡𝑒 𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑘𝑎𝑘

..𝑏𝑎𝑦..

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang