#19.Welcome to Yogyakarta

21 6 0
                                    

𝓡𝓮𝓷𝓳𝓪𝓷𝓪 𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪


Ifa membereskan pakaian sang suami, Ia mengambil beberapa baju dan perlengkapan Andra dari dalam koper dan menatanya di almari. Kini mereka sudah tiba di rumah yang sudah Andra siapkan jauh-jauh hari, mereka telah tiba di Yogyakarta. Kota yang di juluki dengan kota perjuangan itu.

"Buku-bukunya mau di tata di mana kak?" tanya Ifa, sambil memindahkan buku Andra dari dalam kardus ke meja.

"Biar disitu saja, paling sebentar lagi akan ada orang yang mengantarkan almari buku." jawab Andra, kini pria itu tengah fokus mengganti seprai tempat tidur dengan yang baru.

"Ifa taruh sini kalau gitu" Ifa berjalan menuju teras.

Udara di sini cukup asri dan dekat dengan universitas yang akan Andra tuju setelah mendapatkan surat kelulusan dari sekolahnya yang baru. Sebenarnya pria itu mendapat kesempatan untuk mengikuti beasiswa di universitas ternama. Namun Andra lebih suka dengan universitas di Yogyakarta ini.

"Mau makan apa?" tanya Andra yang melihat Shifa tengah bermain dengan kucing tetangga.

Shifa menoleh, menatap Andra yang berjalan kearahnya. Shifa heran, kenapa pria itu lebih memilih membeli rumah daripada tinggal di apartemen. Apalagi rumah di sini tergolong lumayan mahal.

Rumah Andra itu minimalis tapi terdapat unsur modern dan Shifa begitu terkejut saat tahu kalau suaminya sendiri yang merancang desain rumah.

Hal apa saja yang belum Ia ketahui tentang suaminya itu?

"Apa aja deh" jawab Shifa, pria itu mengangguk. Andra berjalan kembali ke dalam rumah.

Shifa terkejut saat mendengar pintu garasi dibuka dari dalam. Ia mengelus dadanya, gadis itu menatap Andra yang membuka pintu. Pria itu menggunakan kaos hitam yang menambah kadar ketampanannya berkali-kali lipat.

Tak lama Andra mengeluarkan mobil lalu memanasinya sebentar"Ayo" ajak Andra yang membuat Shifa mengangguk.

”Kak” panggil Ifa, Andra menoleh.Mobil membelah jalanan kota perjuangan itu. Banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi.

"Kalau kesini lagi Saya ajak kulineran” ucap Andra sambil menghiraukan ucapan Andra.

”Kenapa nggak sekarang aja!” ajak Shifa dengan semangat. Ia ingin makan kuliner khas kota ini, besok dirinya akan pulang ke Ibu Kota tercinta untuk melanjutkan sekolahnya.

”Baik.” tangan pria itu menyentuh surai Ifa lalu kembali menatap jalan yang penuh keramaian.

Sekarang Ifa tengah berada di parkiran sekolah yang akan Andra tempati selanjutnya. Pertukaran pelajar ini jelas menjadi hal yang sangat Andra nantikan, padahal sebentar lagi sebenarnya dia akan lulus.

”Gadis mana nih?" Ifa terkejut saat gerombolan siswa berhenti di depan tubuhnya.

”Orang Jakarta koyoke”' pria dengan logat jawa kental itu menerka-nerka.

"Kiw, boleh kenalan nggak?Bagi nomor teleponnya dong. Siapa tahu kita bisa lebih deket lagi,” kata pria yang lebih mendominasi di antara ketiga pria yang berdiri di depan Shifa.

Malas berdebat, Shifa membuka pintu mobilnya. Lebih baik berada di dalam mobil daripada mendengarkan segerombolan pria yang tidak dikenalnya itu. Andra sendiri kini tengah mengurus kepindahannya dan segala yang tidak Ifa ketahui.

”Loh-loh malah masuk tu gimana?” walau tampangnya hampir sama seperti anak kota.

Namun Shifa risi juga jika diperlakukan seperti itu, padahal Ia hanya berniat untuk menghirup udara segar diluar.

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang