𝓡𝓮𝓷𝓳𝓪𝓷𝓪 𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪
Selamat membaca..
15
Langit lelah, rintik hujan satu persatu turun menapaki tanah. Padahal suasana masih pagi, sepertinya lagit dan alam tahu kondisi seorang pria berbadan kekar dengan usia yang masih muda itu. Kini hanya mereka berdua diatas gundukan tanah kuburan yang masih basah. Pria dan seorang gadis.
"Sudah satu jam Kakak disini, nanti Kakak sakit." gadis itu lama terdiam kini bicara, udara dingin menerobos tulangnya. Kerudung yang Ia sampirkan juga ikut tertiup angin, bau tanah yang bercampur berbagai macam bunga tercium pekat di hidung mereka.
Pria itu enggan menjawab, telinganya tertutup benda tak kasat mata. Enggan bicara, kemeja hitamnya sudah terkena rintihan air hujan. Lama kelamaan hujan kian deras. Membuat gadis bernama Shifa itu mendekatkan payung hitam yang Ia gunakan untuk menutupi tubuh sang laki-laki.
Hanya mereka disana, para kerabat sudah pulang sedari tadi. Andra menatap gundukan tanah yang bertuliskan nama sang Papa. Ia lengah dan salah, harapannya untuk membuat sang Papa sembuh tidak terwujud. Akahkan Ia tidak berguna?
"Pulang Kak, hujannya semakin deras" ucap Ifa lembut, tangan kecilnya memegang pundak Andra. Ia takut kalau Andra akan sakit.
Pria itu terlihat tidak peduli bahkan saat Shifa membujuknya sekalipun. Ifa mencoba sabar, perannya sekarang harus menguatkan Andra.
"Kamu kehujanan?" Shifa tersenyum, apakah pria itu tidak sadar kalau bajunya juga sudah setengah basah?
"Kakak juga"
"Ayo pulang, papa nggak bakal bahagia kalau lihat Kakak sakit" ucap Shifa. Andra berbalik, menatap mata kelereng Shifa, tangannya langsung merangkul tubuh Shifa, mendempetkan tubuhnya agar gadis itu tidak kebasahan karena payungnya hanya muat satu orang.
"Ifa.." panggil Andra.
Sekarang mereka berada di mobil. Dipa, laki-laki itu terdiam. Posisi Andra dan Shifa kini di belakang dengan Dipa menjadi supir dadakan.
"Iya."
"Kamu kedinginan. Ada jaket Kakak di belakang, sebentar Saya ambilkan"
Andra merapatkan jaketnya di tubuh Shifa, gadis itu menggeleng. Ia menubruk tubuh Andra. Memeluknya sangat erat, tidak mau melepaskan barang sedetikpun.
"Kakak kuat dan hebat. Aku yakin Kakak bisa lewatin semua cobaan ini"
Andra memejamkan matanya, menikmati pelukan yang Shifa berikan. Gadis ini, entah kenapa membuat dirinya merasa takut. Takut kehilangan, Andra sudah ketergantungan. Ia tidak bisa melepaskan gadisnya. Mendadak keputusannya untuk menerima pertukaran pelajar menjadi penyesalan. Ia tidak bisa bertemu lebih leluasa dengannya lagi.
"Mau bersama Kakak?"
"Iya."
"Ikut Kakak Ke Yogyakarta mau?" Andra egois, benar Ia adalah pria keras kepala.
"Shifa sekolah Kak.Tapi setiap libur pasti Ifa usahain datang ke Yogyakarta" Shifa tersenyum, menyembunyikan ketakutan diwajahnya. Gadis itu sama saja, tidak mau berpisah dengan sang pacar.
Hari ini detik ini, perkataan Andra membuat dirinya terdiam seribu bahasa.
"Ifa.."
"Iya..."
"Mau nggak nikah sama Kakak?"
Hening. Wajah Andra sudah mendung disaat tidak kunjung mendapat jawaban dari Ifa, hatinya kalut. Bayangan orang-orang terkasih yang meninggalkan menyisakan rasa sesak didada.
"Shifa mau" terdiam sebentar"Tapi kita masih sekolah"Gadis itu menunduk.
Pria yang merupakan adik dari sang pemilik mobil hanya mampu mengigit bibirnya susah payah. Sekarang yang dibelakang itu adalah abangnya, WTF.
"Ijin Ayah sama Bunda dahulu Kak, niat Kakak baik. Shifa juga nggak mau terus-menerus pacaran"Ia menjelaskan, Andra mengangguk. Pasti dan secepatnya.
Menikah?
Yang benar saja! Sungguh Dipa tidak habis pikir. Lain dihatinya, pria itu tersenyum penuh arti. Abangnya berhak bahagia, yang Ia bisa lakukan adalah mendoakan saja.
***
Andra menjadi sosok yang semakin dingin, Ia gampang marah dan emosional. Satu-satunya wanita yang membuat dirinya merasa tenang adalah Shifa.vGadis itu obatnya.
Kini malam telah tiba, Andra di undang Ayah gadisnya untuk makan malam. Shifa sebelumnya sudah memberitahu niat baik Andra, Ayah Shifa terkejut bukan main. Sama halnya dengan sang Bunda, apalagi respon mbaknya yang langsung tertawa.
"Sekolah lancar Ndra?"
"Alhamdullilah lancar Om, tinggal mempersiapkan kepindahan ke Yogyakarta" jawab Andra, dia mendongak menatap pria berkumis tipis itu dengan sedikit senyum.
"Bagus kalau begitu!Tinggal mempersiapkan acaranya saja. Andra mau acaranya besar atau hanya dihadiri keluarga?"
"Uhuk uhukk.."bShifa langsung terbatuk-batuk, respon pria itu lain. Terdiam dan menyimak perkataan dari Ayah Shifa, di benaknya bertanya-tanya.
"Acara apa Yah?" mbaknya bertanya,Ia melirik sang suami sebentar. Setahunya, keluarga Hestamma tidak ingin membuat acara.
"Pernikahan Andra dan Shifa" jawab sang Bunda, mata Ifa nyaris keluar dari tempatnya. Bukan hanya terkejut. Jantung Shifa nyaris lompat. Menikah?dengan Kak Andra?
"Om setuju?Bahkan Saya belum menyampaikan niat Saya, malam ini rencananya Saya ingin melamar putri Om" kata Andra menjelaskan niatnya.
"Om setuju sudah jauh-jauh hari. Sebelum Papa kamu meninggal, Kami memang merencanakan perjodohan antara kalian. Namun betapa terkejutnya Om disaat mendengar cerita Ifa kalau kamu melamarnya" jelas pria itu, kembali mengingat momen-momen dan pembicaraan serius tentang kedua anak mereka. Berjanji kalau akan menyambung tali silaturahmi dengan menjodohkan kedua anaknya.
Andra terdiam, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman. Menatap sang gadis sebentar lalu mengucapkan bismillah.
"Jika boleh, acara pernikahannya tidak perlu terlalu ramai Om. Mengingat kita masih sekolah, hanya dihadiri keluarga saja. Saya juga meminta ijin ingin membawa anak Om ke Yogyakarta setelah Shifa lulus nanti. Saya ingin tinggal disana" gadis itu terdiam, mencoba mencerna semua yang ada. Hingga kemudian air matanya jatuh tanpa bisa di cegah.
Gadis itu langsung berlari menaiki tangga satu persatu, hati Andra gelisah sekaligus marah. Ia marah dengan dirinya sendiri, apa Ia keterlaluan?
****
Sudahlah...
Jangan lupa votenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Amerta
Teen Fiction💐sebuah novel romansa✨ ... Ifa tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 90° ketika mengenal sosok Ketos ngeselin yang selalu mengusik ketenangannya. Hingga mengenal dan membuat dirinya jatuh ke dalam dasar-dasar rawa. Pria itu menuntunnya unt...