ᖇᗴᑎᒍᗩᑎᗩ ᗩᗰᗴᖇTᗩ
Ⓢ︎Ⓔ︎Ⓛ︎Ⓐ︎Ⓜ︎Ⓐ︎Ⓣ︎ Ⓜ︎Ⓔ︎Ⓜ︎Ⓑ︎Ⓐ︎Ⓒ︎Ⓐ︎
4
Matahari muncul dari ufuk timur, sinarnya menyinari semesta membawa kehidupan makhluk di bumi. Bahkan makhluk jadi-jadian yang berkedok manusia tengah berjalan santai menuju kelas dengan menenteng tas punggung berwarna biru, tidak lain dan tidak bukan adalah Shifa. Gadis ceriwis yang ternyata banyak temannya.
"Hari ini ulangan harian Bu Inka, mana gue belum sempet belajar lagi!Bri nanti Lo pindah depan ya, gue butuh bantuan Lo nih" berkata dengan bujuk rayu ala Shifa, setelah meletakkan tas punggungnya di kursi. Ia menghadap kebelakang, terlihat Briana sedang menatap dirinya dengan wajah malas.
"Kebiasaan, streaming Drakor jadi lupa kan kalau harus ulangan. Bu Inka itu kalau marah nyeremin Fa, mending kamu yang ke belakang aja ya. Takut Aku sama Bu inka, kamu taulah kalau beliau ngamuk kaya gimana. Sampai kuku-kuku nya aja panjang gitu"jelas Briana yang aslinya memang takut dengan Bu inka.
"Eh apaan, nggak ya!Enak aja. Pokoknya Bria sama gue, ayolah Fa. Otak Lo masih aman-aman aja sedangkan gue. Itung-itung aja belibet apalagi suruh ngerjain rumus. Dahlah mending jaga toko buk Endah daripada ikut ulangan Bu Inka" Si Okta yang mendengar ucapan Shifa sontak tidak terima, Bria itu penyelamat nilainya. Enak aja mau diambil ke depan. He won't let it go!
"Bu Endah yang rumahnya samping kamu itu Ta?" Bria, gadis yang otaknya secemerlang masa depan Okta itu bertanya.
"Hum.."
"Yang anaknya Hafizh Qur'an itu kan?Untung Ta, sekalian cuci mata. Kapan lagi lihat yang bening-bening yakan?" Shifa meraih ikat rambut yang Ia buat gelang lalu menguncir kuda rambut panjangnya.
"Boro-boro. Tiap papasan aja dia natap aspal sama istighfar mulu. Kayaknya lebih indah aspal daripada muka gue yang bening, kinclong kaya air surga ini.." curhat gadis itu membuat Shifa dan Bria tertawa terpingkal-pingkal. Lagian udah tau anak ustadz masih aja di godain.
"Selamat pagi anak-anak!Hari ini Ulangan sesuai yang Ibu beritahukan Minggu lalu, tutup semua buku dan bawa ke depan.." Si Ibu yang dibicarakan pun tiba menjadikan kelas yang tadinya seperti kapal pecah langsung sunyi tak bersuara.
"Okta pindah ke depan..!"
"Sial.."
Sementara Shifa berteriak girang dalam hati. Tau aja emang Bu Inka kalau dirinya belum belajar, Shifa menjulurkan lidah ke Okta yang menatap dirinya sengit. Muka-muka remidi nih,kusut!
Setelah berada di kelas yang begitu sesak , akhirnya ulangan selesai juga. Shifa lega, Ia dan bestai-bestainya berjalan menuju kantin setelah otaknya terkuras oleh banyaknya rumus-rumus. Butuh Pop mie sama es teh.
"Bu Inka emang totalitas banget kalau buat soal. Itu rumus matematika apa jembatan deh!" sedari tadi Okta mencak-mencak tidak jelas. Gadis itu sudah menebak berapa nilainya. Aish nasib remidi.
"Sabar Ta, besok-besok lanjutin scroll tik-tok lagi ya. Semangat!" Bria memberikan semangat empat lima untuk Okta dan dibalas cubitan di lengan gadis itu.
"Ada tukang caper lewat nih.." Renata bersama geng-geng perusuhnya lewat didepan Shifa dengan tatapan mengejek.
Shifa geram rasanya,di mana-mana pasti ada nih belalang. Mabur sini mabur sana, Shifa tidak habis pikir. Tidak lelahnya Renata dan the gang mengusik hidupnya.
"Daripada beban sekolah yang lewat..". jawab Shifa kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
"Udah Fa, anggap aja daun yang bergoyang.." Okta menarik tangan Shifa, malas berdebat dia lantaran nilainya tadi. Jika Ia dalam keadaan bahagia, wah si Renata udah di buat nasi uduk oleh Okta.
"Ayo Fa.." lanjut Bria.
"Apa maksud Lo ha? Mentang-mentang Lo anggota OSIS, Lo bisa bilang kayak gitu sama Gue!Cuma jadi anggota aja bangga" tangan Renata menarik rambut Shifa dari belakang hingga nyaris membuat kunciran rambut Syifa copot sangking kuatnya tarikan itu.
"Ifa.." teriak sahabatnya bersamaan mencoba melepaskan jambakan Renata.
"Rin, foto Rin!Biar jadi hot news digrub SMA" Melda yang merupakan teman Renata menyerahkan hpnya kepada Ririn untuk memotret momen jambak-jambakan ini. Ririn mah manut aja.
Shifa bukan gadis yang ditindas lalu diam saja. Bukan!Ia sekuat tenaga memojokkan Renata Kedinding dan menekan leher perempuan itu dengan sekuat tenaga.
"Shifa Lo gila!gue nggak bisa nafas sialan.."
Brukk.
Renata menendang perut Shifa dengan kakinya. Shifa meringis merasakan perutnya yang sangat sakit. Dia lagi datang bulan lagi, tangan mougeilnya meremas baju yang Ia kenakan. Perutnya terasa seperti dijotos beribu-ribu tangan. Sangat sakit!
"Fa Lo nggak papa?"
"Ayo ke UKS!" heboh Okta.
"Ada apa ini?" suara bariton mengalihkan perhatian Shifa, seketika perutnya tambah sakit saat netranya tidak sengaja bertatapan dengan mata segelap malam itu.
"Kamu kenapa Shifa?Apa yang kamu lakukan dilantai seperti tikus begitu" rasanya Shifa ingin menangis sekarang karena disamakan tikus. Nggak ada yang lebih bagus lagi daripada tikus apa, misalnya marmut.
"Jangan bocor Rin!"
"Nggak kok kak nggak ada apa-apa. Tadi tuh Renata cuma Jambak sama tendang perut'Shifa aja kok. Shifa aja yang lebay!Ya kan Re." nahkan.
Entah kenapa perkataan gadis itu membuat Andra kesal dibuatnya. Membayangkan Shifa di Jambak dan ditendang. Jika bisa, Andra ingin membalaskan itu. Eh ada apa dengan dirinya hingga membuatnya begitu kawatir dengan gadis dihadapannya ini. Tangannya tekepal erat mengeluarkan otot-otot biru dibalik baju OSIS nya.
"Mulai sekarang kalian jangan menganggu Shifa lagi. Jika kalian menganggu Shifa, kalian semua berhadapan dengan Saya!"
"KALIAN SEMUA DENGAR!!"
Semua terkejut mendengar bentakan Andra, pasalnya pria itu tidak akan marah jika tidak kelewat batas. Dan baru pertama kalinya Andra membentak. Mengkagetkan seantero SMA Binus Satya.
"Emang Shifa itu siapanya kakak sih! Sampai-sampai ngebela segitunya" celetuk salah satu murid laki-laki yang tentu saja menarik perhatian semua siswa siswi yang tengah mengerumuni Andra. Dan pertanyaan itu mewakilkan tanda tanya semua orang.
"Dia pacar saya."
Deg.
𝓢𝓮𝓮 𝔂𝓸𝓾 𝓷𝓮𝔁𝓽 𝓽𝓲𝓶𝓮
ʲᵃᵍᵃⁿ ˡᵘᵖᵃ ᵛᵒᵗᵉ ʰᵘʰᵘᵘ
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Amerta
Ficțiune adolescenți💐sebuah novel romansa✨ ... Ifa tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 90° ketika mengenal sosok Ketos ngeselin yang selalu mengusik ketenangannya. Hingga mengenal dan membuat dirinya jatuh ke dalam dasar-dasar rawa. Pria itu menuntunnya unt...