ℛℯ𝓃𝒿𝒶𝓃𝒶 𝒜𝓂ℯ𝓇𝓉𝒶
ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ ɪᴛᴜ ᴜᴛᴀᴍᴀsᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
6
Hujan gerimis turun berjatuhan dibumi tercinta, angin pagi melambai-lambai begitu sejuknya. Menyapa semua insan yang mungkin belum bangun dari tidurnya, seolah mendengar bisikan'teruskan tidurmu karena hari ini hari Minggu'itu bisikan setan. Jangan didengar! Disebuah rumah sudah ramai dengan aktifitas manusia. Kediaman Hestamma tepatnya, gubuk megah penuh kehidupan asmaraloka.
"If bangun!Anak perawan jam segini masih tidur, nanti rezeki kamu kejepit sol sepatu. Ayo bangun!" nyonya Hestamma dengan sekali tarikan berhasil membuat selimut berwarna biru laut merosot sempurna dari tubuh indah Shifa.
"Hmm..dua menit lagi" gumam putri bapak Hestamma itu seraya menguap. Dua menit lama-lama jadi dua jam.
"Heran Bunda tuh, kamu ini sebenarnya anak siapa sih" perempuan paruh baya tersebut menghela nafas, merasa jengkel dengan putri kecilnya. Ibu Nova berjalan menuju tirai yang masih tertutup dengan rapat. Membuka dengan sekali tarikan, membuat kamar tidur bernuansa biru laut itu tampak lebih menyala.
"Bun.." rengek gadis itu mengerutu disaat cahaya matahari masuk ke indra penglihatannya.
Yang dipanggil hanya melengos pergi meninggalkan kamar anak perempuannya. Terlihat tidak peduli dengan rengekan sang putri, orang Surakarta masih percaya kalau anak gadis bangun kesiangan itu pamali. Itulah yang diajarkan leluhur Nova Prameswari, wanita keturunan nigrat, berdarah biru.
Bunyi dering rumah berkumandang dengan nyaring. Ibu rumah tangga sekaligus nyonya Hestamma melepaskan celemek yang Ia kenakan. Bejalan menuju pintu utama untuk menbuka siapa gerangan yang bertamu pagi-pagi seperti ini.
"Assalammualaikum tante"
perempuam itu mengeryit merasa tidak mengenal sosok laki-laki remaja tampan di depannya."Waalaikumsalam, dengan siapa ya?"
"Saya Andra Tan, kakak kelas Shifa. Shifanya ada Tan. Maaf pagi-pagi bertamu?"
"Oh Ifa, dia masih di atas itu. Silakan masuk terlebih dahulu nak Andra, kalau boleh tau ada kepentingan apa ya nak?" perempuan itu berjalan menuju ruang tamu diikuti Andra di belakangnya.
Laki-laki dengan jaket berwarna biru tua itu meletakkan sesuatu yang dia bawa di meja, duduk disana sambil menunggu seseorang yang Ia cari.
"Maaf tante bertamu pagi-pagi" kata Andra sesopan mungkin.
"Wealah ndak papa Nak Andra, seharunya kalau kesini jangan bawa apa-apa. Shifa itu masih tidur, anak perempuan jam segini belum bangun. Heran Tante!" oceh wanita itu hanya dibalas senyuman oleh Andra.
Sebenarnya pria itu terlihat sangat kaku namun begitu berani, sehari saja setiap kata yang laki-laki itu keluarkan bisa di hitung jumlahnya.
"Bun, kelapa mudanya udah dipecah belum sama Pak Dono?" dengan santainya perempuan itu turun dengan baju tidur bermotif pokemon berwarna kuning cerah. Menuruni tangga tanpa melihat ada seseorang yang sedari tadi mengawasi dan menatapnya tajam.
"Astaga Ifa!rambut kamu itu mbok ya disisir dahulu. Iler masih dimana-mana, rambut berantakan. Nggak malu sama kakak kelas kamu" perkataan Bundanya membuat Shifa heran, kakak kelas?siapa yang Nyonya Hestamma katakan sebenarnya.
"Apa sih Bun, kenapa harus malu sama kakak kelas Ifa coba"
"Tuh lihat kebelakang" perintah sang bunda.
"Astgfirullah demit!"
"Kak Andra ngapain kesini. Mau ngapelin bunda gue?Apa gimana nih,rapi banget lagi pakaiannya"
gumamnya merasa tidak beres.Ketos itu hanya menatap Shifa tanpa ekspresi, Shifa balik menatap laki-laki itu. Ia mau lihat seberapa betah laki-laki akan menatap wajahnya. Di kira Ia akan salting jika bertatap-tatapan mata seperti ini. Salah besar!paling melyot dikit..
"Fa..." panggil Andra lirih.
"Tuhkan siketos baper" batinnya.
"Apa kak?" jawab Shifa sehalus mungkin, biar saja laki-laki itu tambah salah tingkah. Suaranya persis seperti tante-tante girang.
"Kamu ngeces?Bekas liur mu masih ada"
Duarr, bukan disambar petir lagi. Melainkan sudah tersambar listrik bertegangan tinggi. Gadis itu berlari menaiki tangga, mencoba menghilangkan rasa malu dihadapan Andra.
Bunda Nova yang sedari tadi nyimak tertawa renyah mendengar perkataan anak muda dihadapannya. Memang kebiasaan sang putri yang bangun tidur langsung menunju dapur sulit dihilangkan, akhirnya setelah sekian lama ada yang membuat putrinya jera.
"Siapa yang bertamu Bun?" pria yang masih terlihat tampan, walau usianya telah senja berjalan dari arah taman. Sudah menjadi rutinitas Tuan Teuku Andras Hestamma jikalau pagi bersantai di gazebo, ditemani secangkir kopi luwak sambil memberi makan ikan-ikan kesayangannya.
"Kakak kelasnya Ifa Yah." suara Bunda terdengar dari dapur.
Pria itu mendekati sang tamu, melihat dari atas hingga bawah. Rupanya ada yang begitu berani mendekati putri kecilnya. Ia akui laki-laki ini cukup berani. Hanya pria dihadapannya inilah yang datang menemui keluarga. Lebih tepatnya, putrinya tidak ada yang mendekati!
"Ada keperluan Apa kamu kemari?" bedanya dengan sang Bunda, pria paruh baya itu tidak suka berbasa-basi.
"Ingin berjumpa dengan pacar saya sekaligus bertemu dengan keluarganya Om" jawab Andra lugas, emang nggak ada takut-takutnya nih anak.
"Siapa pacar kamu?"
Si Om pura-pura nggak tahu, masa pacarnya Bunda. Jelas-jelas satu-satunya wanita yang belum menikah di keluarganya hanya Shifa.
"Isvina Shifa Khairunisa.." singkat, lengkap dan padat jawaban dari Andra.
"Berani kamu memacari anak Saya!" hardik pria itu.
"Saya akan menjaga Shifa Om, ini juga pengalaman pertama saya dalam perpacaran. Saya tidak bisa berjanji tapi saya pasti akan bertanggung jawab dengan Shifa, kita juga harus saling mengenal. Jujur Saya kesini juga untuk mendekatkan diri dengan keluarga Hestamma" Andra berbicara seperti berpidato sebagai Ketua OSIS. Panjang dan penuh makna, Shifa yang mendengar hanya melotot.
"Pacar Saya..."
"Pacar Saya.."
"Pacar Saya......"
Kata itu tergiang-ngiang ditelinga Shifa, dia punya pacar? Jadi perkataan pria itu di UKS benar adanya? Shifa meremas rambutnya frustasi.
"Nggak!"
"Ehem, ciee yang udah punya pacar" bunda dengan tengilnya menggoda gadis itu.
𝓑𝓪𝔂
ᵛᵒᵗᵉⁿʸᵃ ʲᵃⁿᵍᵃⁿ ˡᵘᵖᵃ
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Amerta
Teen Fiction💐sebuah novel romansa✨ ... Ifa tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah 90° ketika mengenal sosok Ketos ngeselin yang selalu mengusik ketenangannya. Hingga mengenal dan membuat dirinya jatuh ke dalam dasar-dasar rawa. Pria itu menuntunnya unt...