#17.Have you

16 6 0
                                    

17

𝓡𝓮𝓷𝓳𝓪𝓷𝓪 𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪

”Saya terima kawin dan nikahnya” semua orang menahan tawanya saat mendengar ijab kabul yang Andra ucapkan.

Tidak ada yang lebih malu daripada saat ini, padahal mati-matian pria itu menghafalnya semalam. Tapi gegara rasa nervousnya yang begitu besar,kata yang coba Ia ucapkan juga meleset dari tempatnya.

”Heh, nikah dulu baru kawin!” sahut  Mas Abi, mengomentari cara Andra menyampaikan ijab kabul. Para anggota keluarga disana tampak tertawa menyaksikan betapa geroginya Andra.

”Baik sekali lagi ya? Rileks aja Masnya, tarik nafas hembusan.” Andra mengikuti petunjuk dari bapak penghulu. Dia benar-benar nervous, padahal tadi malam saat latihan lancar-lancar saja. Tapi giliran hari-H, semua yang Ia ucapkan tadi malam mendadak hilang dari pikirannya.

”Saya terima nikah dan kawinnya  Isvina Shifa Khairunisa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” dalam satu tarikan nafas Andra mengucapkan dengan lantang dan penuh wibawa.

”Sah?”

”Sah!”

”Alhamdullilah..”

Shifa berjalan diapit kedua orangtuanya. Mama Ataiya dan Bunda Nova tentunya, jantungnya sedang tidak aman. Shifa tersenyum kaku melihat Andra dengan kemeja putih senada dengan kebaya sederhana yang melekat ditubuh rampingnya. Justru
kebaya itu kini terlihat mewah saat melekat di tubuh kecilnya. Walau sederhana, tapi harganya tentu saja fantastis.

Acara pernikahan berjalan dengan lancar dan hikmat. Andra tampak semakin tampan, rahangnya yang tegas menampilkan kalau pria itu sudah dewasa. Bukan lagi seorang remaja yang baru puber.

Terkadang kita harus dewasa tanpa harus didewasakan oleh umur. Terdesak untuk dewasa, semakin tau arti kehidupan yang sebenarnya.

Acara berlanjut dengan wejangan pernikahan dari ustadz kenamaan. Azof Al-Fajri, selaku dari Abi Andra sendiri, keluarga Ifa juga terkejut. Pasalnya Ayah Ifa tidak mengetahui kalau Mama Andra menikah lagi dengan seorang pria yang disegani di negeri ini.

”Haus nggak?” tanya Andra melirik Ifa, gadisnya?Oh tidak, sekarang gadis di sampingnya ini adalah seorang istri.

”Banget!” jawab Ifa memelas, bisa-bisa Ia dehidrasi jika tidak segera minum.

”Sebentar Saya ambilkan.” Andra berniat beranjak dari tempat duduknya, namun urung ketika tangan kecil Shifa mengengam pergelangan tangannya.

”Jangan pergi, nanti aja. Ifa bisa nahan kok” ucap Ifa, Ia tidak mau di tinggal. Apalagi banyak anggota keluarga yang minta foto-foto.

Andra tersenyum kemudian mengangguk. Setelah sesi foto selesai, Andra mendudukkan dirinya di sofa khusus pengantin. Begitu lelah rasanya, apalagi Shifa, gadis yang kini menjadi seorang istri tengah duduk disebelahnya.

Gadis itu tampak sedikit berkeringat, membuat Andra berinisiatif untuk menyeka keringat Shifa menggunakan punggung tangan.

”Udah deh sekali aja kaya gini, ternyata capek juga rasanya” gumam Ifa yang masih terdengar ditelinga tajam Andra.

”Memang mau nikah lagi?” tanya Andra disertai tatapan tajam.

”Enak aja, ya nggak lah. Pokoknya Ifa nikah cuma sekali seumur hidup. Sama pria bernama Khansa Putra Danendra, nggak mau lebih!”

”Iya-iya, kenapa malah ngegas sih Sayang?”

”Kakak bahagia nggak?”

”Bahagia”

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang