#14.❀Sad news

8 6 0
                                    

𝑹𝒆𝒏𝒋𝒂𝒏𝒂 𝑨𝒎𝒆𝒓𝒕𝒂

-sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ-

&

14

Sepekan sudah berlalu, cuaca cerah seperti sebelumnya. Sang Surya menampakkan cahaya sedikit demi sedikit. Bulan terlihat masih ada, terlihat transparan karena tertimpa cahaya. Andra keluar dari sebuah ruangan bernuasa putih bersih, setelah mendapatkan pencerahan dari Dokter yang menangani penyakit sang Papa. Sekarang bukan waktunya bersedih, Andra menyakinkan dirinya sendiri. Papanya harus sembuh bagaimana pun caranya.

Dering ponsel mengalihkan perhatian pria itu. Mengusap rambutnya sebentar, melirik nama yang tertera disana. Nomor kepolisian, segeralah pria itu angkat.

"Iya Pak bagaimana?"

"Ndra ini Tante Risma, bagaimana keadaan Papa disana? Suami Tante baik-baik saja bukan?" tanya wanita itu, Ia masih diamankan kepolisian. Andra sampai heran, benaknya bertanya-tanya.

"Papa baik Tan, hanya penyakit jantungnya sudah sangat parah. Mengenai kasus-" belum sempat Andra bicara, kata-kata yang keluar dari mulutnya sudah terpotong.

"Syukurlah..Ndra, Tante minta tolong banget sama Kamu, bantu Tante ya Ndra" pria itu terdiam sebentar sebelum menjawab. Walau dilubuk hatinya Ia tidak terlalu menyukai sosok Ibu tirinya, namun mau bagaimanapun Ia masih mempunyai hati nurani.

"Minta tolong Apa Tan?"

"Jual aset Papa kamu yang tersisa untuk menebus Tante."

***

Andra memarkirkan mobilnya, rutinitas hari ini berhasil menguras tenaga. Tapi Andra tetaplah Andra, seberapa lelah dirinya, Mulutnya tertutup rapat.

𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎𝑖𝑛 𝑎𝑗𝑎?

Setelah mengirim pesan kepada Ibu negara, Andra bersih-bersih sebentar di rumah sang Bibi.

"Lelah Bang?" wanita berambut pendek tersebut berjalan menghampiri Andra yang sedang mengambil piring berniat untuk mengisi perut.

"Bibi masak semua makanan yang Abang suka saat tau Abang mau berkunjung ke sini. Udah berapa bulan nggak ke rumah Bibi, tau-tau aja Abang telepon kalau mau pindah Ke Yogyakarta." Andra terdiam, mengamati sang Bibi yang telatan mengambilkannya lauk.

"Dipa dimana Bi?" tanya Andra saat tidak melihat batang hidung adiknya.

"Nggak tau Bang, anak itu memang suka keluyuran. Pusing sendiri kadang Bibi." tidak lama Bibinya terdiam, mengamati seseorang yang Ia panggil Abang itu. Laki-laki yang sudah dirinya anggap sebagai putranya sendiri.

Ingin rasanya menanyakan kabar seseorang yang begitu Ia benci. Namun mau bagaimana lagi, bibirnya terkunci. Apalagi mengingat masa lalu dari pria yang merupakan mantan suami dari Kakaknya.

"Jangan capek-capek Bang, Abang harus jaga kesehatan. Kini semua tanggung jawab ada dipundak Abang. Masa depan Abang masih panjang. Sebisa mungkin Abang harus selalu jaga Iman, hati dan diri sendiri. Hal itulah yang menguatkan Abang." kebiasaan dari sang Bibi. Pasti memberikan nasehat untuk dirinya. Panjang sekali, laki-laki itu mengangguk dan bersyukur memiliki keluarga sebaik Bibinya.

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang