#20.Aku Kamu dan Jogja

18 5 0
                                    

«I can't choose to love, because the heart knows for sure »

Pernahkah kamu berpikir untuk menghabiskan begitu banyak waktu yang berharga dengan orang terkasih tanpa gangguan satu pun manusia, dimana banyak kenangan yang akan terukir indah di dalamnya.

Disana, tempat seorang gadis mengukir kembali kisahnya, menjadi sebuah hidup yang baru. Tidak ada yang Ia sesali, menikah di usia muda. Mengenal seorang yang mengajarkan dirinya arti sebuah kedewasaan. Kadang gadis itu heran sendiri melihat Andra begitu dewasa. Mampu membimbing dirinya menjadi sosok yang begitu baik, mengerti arti sebuah kedewasaan yang sebenarnya.

Dia, Isvina Shifa Khairunisa. Akan mencatat setiap mimpi dan momen terindah dalam hidupnya. Disebuah kota Jogja, Ia membuat cinta, di kota pendidikan ini dirinya mengukir sejarah awal mula kehidupan pernikahannya. Di kota penuh sejarah ini, Ia belajar menjadi sosok istri dan di kota budaya ini, dirinya akan menitipkan sosok laki-laki nya, sampai tiba saatnya tubuh ini kembali menginjak tanah ini.

"Kakak sudah bangun??” gadis dengan rambut di jepol asal itu menoleh, melihat sang suami yang masih mengenakan sarung. Tadi pagi sehabis melaksanakan sholat subuh, Andra ketiduran. Pria itu kelelahan karena sibuk dengan jendela dunianya. Bahkan sampai jam satu malam, laki-laki itu masih berkutik dengan leptopnya.

"Hm..Kamu ngapain?” suara serak Andra terdengar, pria itu duduk di meja makan sambil menatap ke arahnya. Walau Shifa yakin jiwa Andra belum terkumpul sepenuhnya. Pria itu terlihat sangat mengantuk.

"Buat sarapan kak, kak Andra duduk di situ aja. Nyawa belum terkumpul sepenuhnya kok udah ke dapur sih," cerocos Ifa, Ia memotong sayur hijau yang akan Ia masak.

Andra menatap sang istri yang fokus dengan masakannya, mungkin Ia akan merindukan perempuan itu. Ada ketenangan di lubuk hatinya saat melepaskan Ifa pulang ke ibukota melanjutkan sekolahnya. Dia juga akan mengukir impian di setiap sisi kota Jogja. Dimana setiap kenangan akan terasa indah di kenang dalam memori kepala.

”Eh- eh kok nempel-nempel." Ifa terkejut ketika suaminya melingkarkan tangannya di pinggangnya. Bahkan Andra harus menunduk agar bisa memeluk sang istri.

"Kak.." panggil Ifa geram.

"Sebentar Fa, setelah ini kita akan jarang bertemu. Kamu harus belajar yang rajin, jangan lupa dengan impian yang kamu susun. Saya selalu mengawasi kamu dari sini, kita ukir impian kita bersama-sama di tempat yang berbeda." tutur Pria itu.

”Kan kalau libur Ifa bakal rajin ke Jogja kak, tenang aja. Ifa nggak mungkin ilang, kakak juga gitu. Nggak boleh kepincut sama cewek di sini. Kalau sampai...” Ifa berbalik, menatap mata sang suami.

"Siap-siap aja!!" Ia mengangkat pisau yang Ia gunakan untuk memotong sayur.

"Hahahaha!!"

"Punya satu aja cerewetnya minta ampun, gimana mau nambah Fa”Pria itu terkekeh, pergi dari dapur dengan meninggalkan seberkas kecupan di pipi gadis itu.

"Kakak!!"

***

Disinilah Andra berada, di tengah hiruk piruk keramaian kota Jogja. Banyak becak berlalu lalang, bahkan sepanjang jalan pria itu melihat banyak sekali penjual tradisional. Ifa di ajak ke salah satu cafe yang Andra kelola.

"Pak Andra datang.."

"Saya bukan bapak bapak Yas."

"Nggak papa kali Pak, kan sampean bos ten mriki " ucap pria berkacamata bulat tersebut, memakai pakaian pegawai dan berambut gondrong.

”Bosomu itu lho Yas, ini gadis saya sampai nggak paham.” jawab Andra melirik Ifa yang tersenyum kecil.

”Lha wong ayu Iki siapane sampean Pak??" tanya Ilyas mengusapkan telapak tangannya di celana setelah itu mengajak Ifa untuk berjabat tangan.

"Ilyas Mbak, wong Jogja asli.. Pegawai di cafe Pak Andra!" katanya, Ifa mengangguk. Ia menjabat tangan dari salah satu pegawai yang Ifa rasa sangat akrab dengan sang suami.

"Ifa, emm.." gadis itu ragu-ragu dalam mengenalkan statusnya. Dia melirik Andra meminta persetujuan.

"Iki bojoku, neng rahasia.." bisik Andra membuat Ilyas terbelalak.

”ASTAGFIRULLAH!!SAMPEAN KEBOBOLAN Pak!!” pekik pria itu berteriak.

"Cangkemmu Yas, wes koyo toa jebol!Jane weki ngopo!!" sahut kawannya yang sedang membersihkan meja. Untung lumayan sepi pelanggan mengingat ini waktu sholat Dhuhur.

Memang di sini yang cukup akrab dengan Andra adalah Ilyas, lainnya belum tahu siapa yang mempunyai cafe di sini. Andra sendiri jarang berkunjung di Jogjakarta. Ini adalah Cafe yang tertinggal setelah banyaknya aset sang Ayah.

"Jangan panggil Pak, Yas, Saya itu masih muda. Panggil Mas aja. Gimana perkembangan Cafe selama seminggu ini Yas?" Andra menuntun istrinya ke dalam ruangan yang tersedia di dalam Cafe.

"Sopo iku Yas," tanya Temannya melirik.

"Bos kita." jawab Ilsyas seraya mengangkat telunjuknya agar diam.

Ifa menatap ruangan minimalis dengan kursi kerja dan satu sofa panjang. Dia duduk di sofa tersebut. Sambil menelisik seluruh ruangan.

"Jadi ini Mbak Ifa, istrinya Pak, eh Mas Andra. Kok bisa—”

”Jangan berpikir kotor kamu.”

”Benar Pak Ilyas," jawab Ifa tersenyum kecil, Andra sendiri menahan tawanya.

"Badala!Aku Iki udu bapack-bapack!!"

"Jadi kalian ini mau pindah ke Jogja dan melanjutkan pendidikan di sini?Atau gimana, kok Mbak ifa mau  balik ke Jakarta segala. Kamu di sini sendiri dong Mas?" tanya Ilyas setelah mendengar cerita dari Andra dan istrinya.

"Bener Mas Ilyas, nanti Ifa titip Kak Andra ya. Pokoknya jangan sampai kegatelan sama cewek, harus di jaga. Kalau sampai deket-deket Mas Ilyas hubungi Aku!!”

"Saya nggak begitu Fa." jawab Andra mengelus tangan sang istri.

”Siapa tahu aja yakan, Ifa cuma jaga-jaga kali Kak!"

"Siap deh kalau gitu, ntar tak kirim pesan Mbak kalau memang Mas Andra genit. Tapi ada ini nya lah—” Ilyas mengerakkan jempol dan telunjuknya secara bersamaan.

”Dasar kamu Yas, mata duitan!”

"Realistis Mas, bukan mata duitan.Oh iya, Mbak Ifa laper pastikan. Bantar-bantar, kita sudah siapkan makanan istimewa dari Cafe ini khusus untuk istri Bos!!" Ilyas keluar dari ruangan berniat mengambil makanan yang tadi sebelum ke sini Andra menyuruh untuk menyiapkan.

"Cafenya bagus kak, yakin kan Kak nggak ketinggalan pesawat. Ini berangkatnya satu jam lagi loh.." Ifa mengecek jam tangannya.

"Nggak Fa, jarak dari sini dan bandara juga dekat. Kamu harus makan siang dahulu. Di jaga kesehatannya, nanti saya akan sering telepon saat jam-jam longgar."

"Iya kak, itu juga berlaku untuk kak Andra loh. Awas aja nanti kalau aku denger kak Andra sakit!" mata Shifa memincing tajam.

"Mau kamu apain memangnya?” tanya Andra tersenyum jail.

"Nanti Ifa bungkus bawa ke Jakarta" canda Ifa mencubit tangan sang suami.

"Kamu berani hm?”

Andra mendekatkan wajahnya hingga kini hidungnya dan Ifa bersentuhan, hingga suara pintu di buka mengagetkan Ifa.

"Astaghfirullah, dasar anak muda!" Ilyas dan beberapa pelayan wanita geleng-geleng kepala.

Bagaimana Ifa?Jangan di tanya, gadis itu rasanya ingin melarikan diri dari sini. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Andra karena malu.

"Nasib jomblo gini amat ya.." lirih pelayan wanita itu geleng-geleng kepala.

"Terimakasih, lain kali jangan lupa ketuk pintu terlebih dahulu. Oh iya kalian boleh pergi" kata Andra termasuk kepada Ilyas .

"Ini mah ngusir secara halus!"

***

Haloha!

Gimana dengan Ifa dan Andra nih??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjana AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang