16

856 88 21
                                        

Tidak ada yang membuka mulut mengeluarkan sepatah katapun, bahkan sampai mereka tiba di rumah. Gakushuu keluar lebih dulu. Karma baru turun dari mobil setelah Gakushuu masuk ke rumah.

Langkahnya dia seret dengan setengah hati sambil terus menatap ke bawah.

Dia berjalan dengan lambat sampai ke kamarnya. Dia bahkan tidak repot-repot meletakkan tasnya dan langsung menjatuhkan diri ke atas tempat tidur, berbaring dengan posisi miring. Matanya menatap kosong ke depan.

Karma berpikir, kenapa dirinya selalu salah? Sekarang dia merenungkan bagaimana dia selalu dianggap sebagai masalah bagi sekolahnya, diperalat oleh mantan gurunya, dijauhi teman-teman sekelasnya, bahkan sekarang orang yang disebut saudaranya sendiri muak padanya. Karma merasa dia masih sangat sangat beruntung kelas E masih menerimanya dan memandangnya sebagai teman sekelas dan murid yang normal. Seandainya dia juga tidak dipedulikan di sana, Karma mungkin akan keluar dari Kunugigaoka dan pergi sejauh mungkin dari kota itu.

Karma tidak ingin sepenuhnya menyalahkan mereka tapi dia juga tidak ingin disalahkan. Karakternya saat ini adalah karakter yang tumbuh karena kehidupan yang dijalaninya selama ini. Karma ingin menjadi lebih baik, tentu saja. Tapi nyatanya tidak ada yang semudah itu. Makanya, mungkin dengan membunuh Koro-sensei dalam upaya menghentikan kehancuran dunia akan membuat pandangan orang lain terhadapnya berubah.

Karma menyentuh pergelangan tangannya yang merah.
"Tidak ada gunanya berusaha. Memang tidak ada yang menginginkanku. Aku hanya menjadi masalah …kan?"

"Ini memuakkan …"

______________________________________


Jam menunjukkan pukul 6:38 malam, kediaman Asano sangat sunyi seperti biasanya, sang kepala keluarga pun masih belum kembali ke rumah.

Gakushuu keluar dari kamarnya dan baru saja duduk di sofa ruang tengah ketika seorang pelayan menghampirinya hampir dengan tergesa-gesa.

"Mohon maaf, tuan muda." Pelayanan itu membungkukkan badannya."Tuan muda Karma belum lama ini keluar rumah."

Gakushuu mengerutkan keningnya. "Apa? Ke mana? Malam-malam begini?"

"Maaf, tuan muda, saya tidak tahu apa-apa mengenai tempat yang dituju. Beliau tidak mengatakan apa-apa saat saya menanyainya." Jelasnya.

"Aku akan pergi mencarinya, jika ayah pulang dan bertanya, ceritakan saja."

"Baik, tuan."

Gakushuu mengambil jaket yang tergantung lalu menyuruh pelayan yang lain untuk menyiapkan mobil.

______________________________________

Gakuhou duduk tegak di kursinya, sembari memasukkan lembaran-lembaran kertas ke dalam map sebelum menyimpannya. Rencananya untuk pulang awal hari ini gagal. Dia bertanya-tanya apa yang sedang di lakukan anak-anaknya saat ini.

Pintu ruang kepala sekolah diketuk beberapa kali, hampir seperti terburu-buru.

Gakuhou menahan helaan napas kesalnya lalu memanggil siapapun yang di balik pintu untuk masuk.

"Pak Kepala Sekolah." Tiga orang yang masuk mengangguk sopan padanya.

Gakuhou mengerutkan keningnya melihat tiga pria berpakaian rapi di depannya. Gakuhou tidak asing dengan wajah-wajah itu. Mereka dari pemerintahan.

"Ada yang ingin kau sampaikan?" Gakuhou mengangkat wajahnya dan menatap lurus pada mereka dengan ekspresi datarnya.

"Ada masalah terkait rencana pembunuhan makhluk itu."

Gakuhou berusaha menjaga sikapnya tetap tenang meskipun sebenarnya dia cukup gelisah.

"Apa itu?"

______________________________________

Tidak terlalu sulit untuk menemukan Karma. Dia sudah cukup jauh dari rumah, tapi masih di jalanan umum. Yang sebenarnya sudah sangat sepi di sekitar sana.

Gakushuu segera turun dari mobil setelah Karma mengabaikan panggilannya.

"Ke mana kau pergi?" Gakushuu berlari kecil untuk menyamai langkah Karma yang sebenarnya agak lambat.

"Ke mana pun itu bukan urusanmu." Karma menjawab dengan ketus tanpa mengalihkan pandangannya dari beton di bawahnya.

Gakushuu menghela napas kasar. "Oke, berhenti sekarang." Gakushuu menangkap tangannya agar dia berhenti melangkah.

"Lepaskan tanganku." Karma menarik tangannya dari genggamannya dengan mudah.

Gakushuu hampir memutar matanya. Dia mencoba menyingkirkan perasaan déjà vu situasi satu ini. "Aku juga yang akan terkena masalah jika kau—"

"Kalau kau melakukan ini karena terpaksa, lebih baik hentikan saja."

Gakushuu terdiam di tempatnya.

"Kau sama sekali tidak bertanggung jawab atas diriku. Jika ayah yang menyuruhmu untuk melakukannya, aku sendiri yang akan bilang padanya agar tidak memaksamu." Karma masih menundukkan kepalanya. Tangannya terkepal saat dia merasakan panas di matanya dan bibirnya mulai bergetar.

"Jika aku hanya menjadi beban, aku akan menyudahinya sekarang. Aku bisa tinggal di tempat Akabane-san lagi. Aku juga sudah lama ingin tinggal di sana lagi." Intonasinya terdengar seperti dia berusaha percaya diri seperti biasa namun di akhir suaranya mulai pecah.

"Aku lebih suka menjadi Akabane."

Gakushuu yang tercengang hanya diam di tempatnya, tak mampu mengucapkan satu kata pun.

Karma yang masih menundukkan kepalanya tiba-tiba saja bergerak untuk lari namun Gakushuu menangkap pergelangan tangannya lebih cepat.

"Karma—"

"Jangan bicara! Jangan katakan apa-apa padaku!" Seru Karma yang kini menunjukkan wajahnya dan air mata yang sudah menggenang di matanya.

Gakushuu tidak pernah melihat ekspresi itu sebelumnya. Marah, sedih, kecewa, putus asa, seolah semua emosi negatif terpampang di wajahnya.

"Pergi dari hadapanku!" Karma berteriak sambil menarik-narik tangannya dengan setengah hati.

Gakushuu memeluknya.

"Berhenti menyentuhku! Kau menyebalkan! Semua orang menyebalkan!"

Dia mengabaikan dorongan Karma yang lemah dan hanya memeluknya semakin erat dengan memejamkan matanya. "Maaf. Maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi kakak yang baik."

Karma menghentikan perlawanannya dan kini sepenuhnya tidak dapat menahan air matanya untuk tumpah.

"Aku membencimu ...." Karma menangis tanpa suara di pelukannya sembari Gakushuu mengusap punggungnya.

"Aku minta maaf."

Gakushuu tidak percaya dia melihat Karma menangis, dan alasannya adalah karena dirinya. Sekarang dia merasa telah menjadi orang yang sangat jahat setelah mendengar pencurahan sang adik.

Kenapa dia tidak menyadarinya? Kenapa dia tidak pernah melihat tanda-tandanya? Kenapa dia tidak pernah membuka matanya dan melihat fakta bahwa Karma hanyalah seorang anak kecil? Adiknya, dari ibu yang sama yang telah melahirkannya juga.

Seharusnya Gakushuu tahu sikapnya yang nakal itu bukan tanpa alasan.

___________________________________________________________________________

| Eyyoo, what's up? Ketika diriku rewatch Assassination Classroom, saat itulah ide-ide yang terkubur jadi meluap-luap.

Ga yakin juga masih ada yang nunggu sejak up chapter 15 terakhir (⁠┛⁠❍⁠ᴥ⁠❍⁠)⁠┛maaf.

Dikit lagi mau selesai, nih. Babayy |

5 Maret 2023

Brothers! [Karma & Gakushuu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang