9

683 72 18
                                    

Para murid kelas E tengah beristirahat di bawah sinar matahari setelah melakukan percobaan pembunuhan pada Koro-sensei.

"Ya ampun... Kita gagal lagi." Okano mengeluh sambil membersihkan roknya yang kotor.

"Haah... Padahal kupikir itu sudah sempurna." Sugino mengacak-acak rambutnya.

"Kita harus menemukan lebih banyak kelemahannya lagi." Kata Kayano.

"Yah, paling tidak kita ada kemajuan. Jangan terlalu bersedih, kita pasti bisa membunuhnya sebelum hari kelulusan." Ucap Isogai berusaha menyemangati.

"Un, Isogai-kun benar." Nagisa menepuk-nepuk pundak Sugino sambil tersenyum tipis.

"Kita benar-benar membuat kemajuan yang bagus. Bahkan Terasaka dapat mengikuti rencananya dengan mudah tanpa kesulitan." Kata Karma sambil menyeringai untuk meringankan suasana.

"Oi!" Terasaka yang mudah terpancing tentu saja tidak terima dan yang menertawakan reaksinya.

Dari kejauhan...

"Mereka bekerjasama dengan sangat baik." Mata Koro-sensei berkaca-kaca "Aku sangat bangga dan terharu." Koro-sensei mengeluarkan tisu yang entah dari mana asalnya dan menyeka ingusnya.

.

.

.

.

"Kalau begitu, sampai jumpa!" Kayano melambaikan tangannya pada Nagisa, Karma, dan Sugino saat berjalan pergi. Mereka bertiga membalas lambaiannya.

"Ah, kalian bisa pergi duluan. Aku ingin ke perpustakaan untuk beberapa buku." Karma tersenyum dan mengambil arah lain.

"Baiklah. Hati-hatilah." Nagisa dan Sugino berjalan pergi.

______________________________________

Restoran cepat saji

"Kenapa bahkan kita di sini." Gakushuu bergumam dengan wajah yang kurang senang.

"Yah, kita perlu bersantai sedikit setelah pekerjaan yang melelahkan." Kata Sakakibara yang sedang memesan beberapa makanan dan minuman.

"Iya, sekali-kali tidak masalah kan?" Araki setuju. Gakushuu hanya menatap jendela di sampingnya dengan bosan.

"Oh iya, ku dengar beberapa siswa dari kelas kita berkelahi dengan siswa kelas E? Kau yang melerai mereka bukan?" Kata Seo pada Gakushuu.

"Hm. Mereka tidak sempat berkelahi, hanya beradu mulut." Kata Gakushuu yang tidak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela.

"Akabane Karma, iya kan?" Ucap Sakakibara memastikan.

"Oh, si brengsek itu. Aku benar-benar membencinya. Kuharap ada kesempatan untuk menghancurkannya." Koyama menyeringai lebarnya sambil mematahkan buku-buku jarinya.

Gakushuu melirik dari sudut matanya dan sedikit mengerutkan aslinya. Yah, siapa yang tidak akan merasa tidak nyaman saat seseorang mengatakan hal buruk tentang adiknya di depannya sendiri. Walaupun itu adalah Gakushuu.

"Cih, kenapa harus membicarakan kelas sampah itu." Gakushuu menyilangkan tangannya seolah sangat terganggu.

Sakakibara terkekeh pelan. "Baiklah. Tidak usah membicarakan hal-hal yang menjijikkan seperti 'sampah' sekarang."

Mereka segera melupakan topik tersebut dan beralih pada bahasan lain.

.

.

.

.

Setelah teman-teman Gakushuu pergi, dan Gakushuu juga akan pulang, dia melihat Karma baru saja keluar dari sebuah perpustakaan. Tidak dekat, tapi tidak terlalu jauh dari tempat Gakushuu berdiri sekarang.

Gakushuu hendak menyusulnya untuk pulang bersama. Tapi dia ingat apa yang pernah dikatakan Karma, Karma sama sekali tidak ingin jika ada yang tidak sengaja melihat mereka berdua bersama, apalagi di tempat umum seperti ini semakin tinggi resikonya.

Gakushuu menhela napas sebelum berbalik dan berjalan pergi.

Dia menoleh ke belakang hanya ingin memastikan bahwa dia tidak salah lihat bahwa itu adalah Karma. Namun yang dilihatnya adalah Karma yang sedang menyeberang sambil memegangi bukunya hingga sepertinya tidak menyadari ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya persis.

Gakushuu membelalakkan matanya panik sekaligus takut. "KARMA!!" Gakushuu berteriak histeris.

Dia melemparkan tasnya begitu saja dan berlari secepat mungkin menuju adiknya, yang ternyata tidak cukup cepat untuk mencegah Karma dari tertabrak mobil itu.

Peristiwa itu terjadi sangat cepat, terlalu cepat untuk dapat diproses oleh Gakushuu yang sekarang menatap ngeri atas pemandangan di depannya dan merasa seakan jantungnya berhenti berdetak pada saat itu juga. Gakushuu tidak berhenti  dan terus berlari hingga akhirnya mencapai adiknya

Gakushuu meraih Karma yang tak sadarkan diri ke pangkuannya. Tubuhnya berlumuran darah dan Gakushuu bisa merasakan kulitnya yang mulai dingin. Wajahnya pucat dan sebagian tertutupi dengan darah. Ada luka besar di kepalanya, Gakushuu sadar akan itu. Dan mungkin ada beberapa tulang yang patah.

Gakushuu sendiri terengah-engah karena panik dan takut. Orang-orang di sekitar memanggil ambulans dan memperhatikan dengan sedih saat Gakushuu memanggil-manggil namanya dengan putus asa. "Karma, Karma, hei!" "Karma, jawab aku!" "Karma!"

Gakushuu tidak mengerti kenapa dia merasa sangat marah dan sedih. "Ada apa denganku?" Gakushuu semakin terengah-engah saat merasakan air matanya akan tumpah. "Karma!" Suaranya pecah bersamaan dengan air matanya yang akhirnya jatuh. "Kenapa aku menangis? Kenapa aku menangis untuknya?" Gakushuu gemetar dan terus berusaha membangunkan Karma.

"Apakah dia akan membuka matanya lagi?"

____________________________________________________________________________



| Eyyo, chapter kali ini super pendek ygy. Mwehe. Bukan karena apa-apa si, cuma ya, biar... Biar seru buat saya:D

Chapter 10 bakal up hari Senin ya, paling cepet hari minggu

Makasii~|

1 Oktober 2022

Brothers! [Karma & Gakushuu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang