Vindra dan Lingga sudah sampai disekolah, diikuti Rafey yang dari tadi mengejar mereka.
"Gila lu Vin, main bawa temen gw aja" kesal Rafey.
Vindra memutar bola mata nya malas.
"Lingga juga temen gw kalau lu mau tau" ujar Vindra membuat Rafey kepanasan sendiri.
"Yaudah lah, yok Ling" Rafey menarik tangan Lingga meninggalkan Vindra sendiri.
"Eh curut, lu mau bawa Lingga ke mana" teriak Vindra yang kaget karena tiba tiba Lingga ditarik begitu saja.
"Ya ke kelas lah, kan gw ama dia sekelas, lu beda kelas jauh jauh sana" balas Rafey namun tidak memberhentikan langkah nya.
Vindra menatap Rafey yang menarik Lingga jengah, mau marah tapi benar kalau dirinya tidak sekelas dengan Lingga, apa dia minta buat pindah kelas aja ya? Nanti lah dipikirin.
Rafey dan Lingga sudah sampai dikelas, mereka duduk dikursi yang memang tempat mereka.
Tidak lama guru juga sudah masuk untuk memulai pembelajaran.
Lingga merasa sangat pusing entah kenapa, akhirnya Lingga memutuskan untuk tidur, mengabaikan guru yang sedang mengajar didepan.
Rafey yang melihat Lingga tertidur, berusaha menutupi Lingga agar tidak kepergok oleh guru, kasihan nanti teman nya dihukum.
Namun usaha Rafey sia sia, atau guru nya yang terlalu jeli, entahlah, tapi yang pasti guru berhasil memergoki Lingga yang tertidur.
"Bagus ya kamu"
Lingga yang mendengar suara guru menoleh ke arah guru tersebut.
"Hah Bagus? Nama saya Lingga pak bukan Bagus" ujar Lingga santai.
Seisi kelas menahan tawa mereka setelah mendengar ucapan Lingga, tidak mungkin mereka tertawa dengan keras, bisa bisa dihukum nanti.
"Saya tidak mau tahu itu, kamu sudah berani tidur dijam pelajaran saya, kamu saya hukum untuk berdiri dan hormat didepan tiang bendera sampai bel istirahat" suruh guru tersebut yang langsung dilaksanakan oleh Lingga, lagipula ini salah nya juga kan.
Lingga sekarang sedang hormat didepan tiang bendera, guru kejam itu melarangnya untuk mengunakan topi.
Entah kenapa hari ini terasa sangat panas, se akan mendukung Lingga yang sedang masa hukuman, kemarin saja mendung, lagi pula kan ini musim hujan.
Kepala Lingga mendadak kembali pusing, perut nya terasa sakit dan perih, ia baru ingat kalau dari kemarin dirinya belum makan nasi, palingan hanya ngemil bersama Vindra dan Rafey.
Secara perlahan kesadaran Lingga mulai menurun, tubuh nya oleng ke belakang.
Dari kejauhan nampak Darel yang melihat Lingga mulai oleng dan jatuh ke belakang.
Darel berniat ingin menolong Lingga, namun ia urung kan karena kehadiran sosok lain yang membantu Lingga lebih dulu.
Orang tersebut adalah Arbi yang sedari tadi memperhatikan Lingga sejak awal dia dihukum, Arbi yang melihat wajah Lingga lumayan pucat terus memperhatikan anak itu takut takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Arbi segera menggendong Lingga dan berlari menuju uks, raut wajah nya datar namun tidak bisa dipungkiri, sorot mata nya menunjukkan rasa khawatir.
Sesampainya diuks, Arbi meletakkan Lingga diatas kasur dengan hati hati dan menyuruh dokter uks untuk segera memeriksa Lingga.
Dokter tersebut memeriksa keadaan Lingga.
"Bagaimana?" Tanya Arbi.
"Saya rasa dia belum makan dari kemarin sehingga maag nya kambuh, untuk obat nya akan saya berikan dan itu diminum sebelum makan dan sesudah makan ya, juga jauhkan dia dari makanan pedas dan minuman dingin" ujar dokter tersebut dan diangguki oleh Arbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prontagonis Or Antagonis? {REVISI}
Teen FictionBagaimana jadinya bila seorang penulis novel masuk ke dalam cerita yang dia buat sendiri, bahkan menjadi karakter yang tidak pernah ia ciptakan dalam cerita tersebut. • • • • • WARNING ⚠️ ×MENGANDUNG KEKERASAN DAN KATA KATA KASAR ×TYPO BERTEBARAN ×P...