Waktu sudah menunjukkan pulang sekolah, para murid berhamburan keluar kelas untuk kembali ke tempat tinggal mereka masing masing.
Sedangkan Lingga sedang duduk duduk santai diparkiran bersama Vindra, Rafey nya? Dia sedang ada piket kelas.
"Niat amat lu nungguin Rafey" ujar Vindra.
"Gw kan ada janji sama dia" balas Lingga.
Vindra menghembuskan nafas pelan.
"Gw boleh ikut gak?" Tanya Vindra.
Lingga menunduk untuk berfikir sejenak.
"Gak tau, lu tanya aja sama Rafey, yang ngajak kan dia" jawab Lingga.
Vindra tersenyum tipis, ia sangat hafal dengan sifat Rafey, kalau dirinya bertanya pada Rafey, sudah pasti jawaban nya tidak.
"Yaudah Ling, gw pulang duluan ya" pamit Vindra dan diangguki oleh Lingga.
Setelah kepergian Vindra tidak lama Rafey terlihat sedang berjalan mendekat ke arah Lingga.
"Sorry Ling, nunggu lama ya" ujar Rafey merasa bersalah.
"Gak papa, lagian tadi ada Vindra yang nemenin gw" balas Lingga santai.
"Yaudah yuk berangkat" seru Rafey sembari menyalakan motor nya begitu pula dengan Lingga.
Motor mereka melaju meninggalkan area sekolah.
Hampir setengah jam mereka berkendara dan akhirnya sampai juga ditempat tujuan.
Mereka berdua berjalan ke kursi terdekat dan duduk disana.
Terlihat ada beberapa orang yang sedang memancing dan beberapa dari mereka juga bersiap untuk pulang karena sudah mendapat banyak ikan.
"Kita diem diem an aja?" Tanya Lingga membuka obrolan.
Rafey menatap sungai didepan nya dengan pandangan yang sulit diartikan, entah kenapa membuat Lingga khawatir.
Bukan khawatir pada Rafey namun khawatir pada dirinya sendiri, tiba tiba perasaan nya menjadi tidak enak, seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi.
"Rafey, sorry" entah dorongan dari mana tiba tiba Lingga berucap seperti itu.
Rafey terkejut begitu juga dengan Lingga yang entah secara tidak sadar berucap maaf pada remaja disamping nya.
"Maaf buat apa?" Tanya Rafey penasaran.
Lingga menggigit bibir bawah nya, toh sudah terlanjur keceplosan, kenapa gak lanjut aja.
"Sorry udah boongin lu tentang ibu gw, sebenarnya ibu gw udah lama meninggal, gw minta uang sama lu juga gw lagi butuh, harus nya gw tau diri dan gak ngelakuin itu semua, tapi keadaan yang maksa gw buat berbuat hal kayak gitu" jelas Lingga dengan perasaan yang campur aduk.
Sekarang ia pasrah kalau harus mati ditempat.
"Gw udah tau" ujar Rafey tiba tiba.
Lingga menatap Rafey tidak percaya.
"Iya gw udah tau, bahkan gw tau kalau lu itu bungsu dari keluarga Alister" jelas Rafey dengan nada santai.
"Tau dari mana?" Tanya Lingga, ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Saat gw pertama kali ketemu sama lu, gw selidiki semua latar belakang yang lu punya, sebenarnya gw kaget saat lu boongin gw saat itu, tapi gw nyoba buat ngerti in keadaan lu, dan santai aja gw gak marah kok" jawab Rafey disertai senyuman.
"Beneran gak marah?" Tanya Lingga untuk memastikan kembali.
"Ummm kayak nya dikit" jawab Rafey.
Lingga menghela nafas pelan, kenapa remaja disamping nya ini baik banget sih, perasaan dinovel nya tidak begitu, apa ada kesalahan, tapi Lingga harus tetap waspada karena dinovel Rafey adalah karakter yang licik dan penuh akan rencana juga strategi diotak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prontagonis Or Antagonis? {REVISI}
Teen FictionBagaimana jadinya bila seorang penulis novel masuk ke dalam cerita yang dia buat sendiri, bahkan menjadi karakter yang tidak pernah ia ciptakan dalam cerita tersebut. • • • • • WARNING ⚠️ ×MENGANDUNG KEKERASAN DAN KATA KATA KASAR ×TYPO BERTEBARAN ×P...