21 ; Aneh

13K 1.5K 28
                                    

Lingga masih menunggu Rafey sedangkan jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, lah ini mah dia dikunciin sama Rafey.

Mau pecahin kaca tapi inget kalau kaca nya tidak bisa dipecahin, dobrak pintu tapi pintu nya kuat banget, kalau seperti ini sih Lingga hanya bisa pasrah dan berdoa.

Namun tidak lama pintu kamar terbuka, terlihat Rafey yang tersenyum kikuk.

"Emmm Ling hehe, sorry tadi mendadak ada urusan, jadi gw ninggalin rumah bentar" ujar Rafey dengan nada bersalah.

Lingga menatap Rafey tidak percaya.

"Yaampun Raf, gw hampir berburuk sangka ama lu tau gak, kalau gw sengaja dikunciin disini sama lu saking lama nya" kesal Lingga, untung saja dikamar ini banyak cemilan jadi ia tidak akan mati kelaparan.

Rafey menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Maaf banget deh Ling, beneran deh gw lupa, ini aja gw baru pulang terus keingetan kalau lu masih disini" Rafey terus meminta maaf pada Lingga dengan rasa bersalah.

"Yaudah tapi jangan kek gitu lagi, gw panik tau" ujar Lingga.

Sebenarnya Lingga agak curiga dengan Rafey, tapi ia memilih untuk berfikiran positif, toh sekarang dia baik baik saja.

Rafey mengangguk "lu mau pulang atau nginep aja, udah jam sembilan gini, lagian besok sekolah, walau gak upacara sih soalnya ada halangan"

Lingga nampak berfikir sejenak.

"Yaudah gw nginep boleh kan?" Tanya Lingga memastikan.

"Boleh dong, lagian kan ini nanti jadi rumah lu juga" jawab Rafey santai.

"Hah?" Lingga bingung dengan ucapan dari Rafey.

"Maksud nya kan lu temen gw, jadi otomatis nih rumah punya lu juga, kan kita bestie an banget gitu" jelas Rafey dan diangguki oleh Lingga.

"Yaudah lah kita tidur, ngantuk banget, gw tadi gak tidur cuma gara gara nungguin lu" ujar Lingga yang sudah berbaring ditempat tidur.

"Namanya juga lupa, btw gw kebawah dulu ya, mau ngambil barang yang tadi gw beli, tenang pintu nya gak gw tutup kok" ucap Rafey sembari keluar dari kamar.

Lingga menghela nafas pelan, hari minggu nya hampir diisi dengan berdiam diri dikamar Rafey.

Di sisi lain Rafey sedang mengambil sebuah kotak berisi buku buku yang ia punya, ia berbohong pada Lingga soal mengambil barang bawaan yang dirinya beli, padahal ia ingin mengambil buku buku bekas dari gudang untuk disimpan dikamar nya.

Seorang pria mengunakan jas berjalan menghampiri Rafey.

"Tuan muda sedang apa, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria tersebut.

"Om Ian, tidak perlu saya bisa sendiri kok" jawab Rafey kepada pelayan pribadi nya yang bernama Ian.

"Tumben tuan muda hari ini tidak pergi keluar, biasanya bertemu dengan teman teman tuan muda"

Rafey tersenyum tipis "gak papa sih, lagian disini ada teman ku kok"

Ian mengerutkan dahi nya "dimana? Saya dari tadi tidak melihat siapapun"

"Ada kok dikamar" jawab Rafey.

"Di kamar tuan? Bukan nya tadi tuan bilang kalau pintu nya rusak jadi tidak bisa masuk kedalam" ujar Ian penasaran.

"Ohh itu aku hanya sedikit bercanda, bercanda sebelum serius bukan kah itu perlu" balas Rafey yang kemudian berjalan untuk kembali ke kamar seraya membawa kotak berisikan buku.

Ian menatap kepergian tuan muda nya dengan pandangan jengah.

"Tuan muda Rafey memang tidak pernah berubah, kasihan sekali teman nya itu" gumam Ian pelan, kalau keras keras nanti didengar oleh Rafey bisa dalam bahaya nyawa nya.

Prontagonis Or Antagonis? {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang