**) cerita ini tersedia dalam versi AU di twitter @aquarianskyy
Tentang Aldrivano yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada seseorang yang begitu sulit ia dapatkan hatinya. Jika ia dikatakan menyerah, mungkin semua akan berakhir seperti itu jika l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
"Woy!" Seorang gadis menepuk pundak kanan Liona dari belakang. "Udah lama deket sama Aldri?" Tanyanya berbisik penasaran tampak menuntut jawaban dari Liona yang hanya diam saja.
"Eh, jawab dong!" Tuntut seorang gadis lainnya sambil menyenggol pundak Liona yang saat itu tengah menulis laporan tentang praktikum di laboratorium kimia.
"Engga. Gue ga terlalu deket sama dia," jawab Liona sesingkat mungkin dan apa adanya.
"Oh, masa? Yang gue lihat kayaknya lo berdua ada something nih. Aldrivano ga pernah loh seperhatian itu sama cewek, apalagi cewek cupu kayak lo," tekan gadis itu menggebu-gebu seolah tak terima.
"Iya bener, makanya aneh banget lihat tingkah dia yang begitu. Lo udah lama ya ngincer Aldrivano sewaktu masih pacaran sama Fey. Iya kan? Atau lo pake jampi-jampi?" Timpal gadis lainnya menatap penuh selidik pada Liona.
"Yessha, Viola, Ressa, gue udah jujur bilang yang sebenarnya. Gue sama Aldrivano ga ada hubungan apapun, terserah kalian mau percaya atau engga. Bukan urusan gue!" Balas Liona lalu berniat untuk pergi namun Viola dengan cepat mencekal tangannya begitu kuat.
"Wah, berani banget." Viola menatap takjub dengan seringainya. "Res," panggilnya pada Ressa dan memerintahkan sesuatu dengan lirikan matanya.
Ressa menjetikkan jarinya lalu melangkah mengambil sisa penelitian yang dipakai praktikum kelompok lain dan memberikannya pada Yessha. Tanpa diduga, Yessha menumpahkannya ke seragam Liona.
"Jangan mentang-mentang lo deket sama Aldrivano terus lo bisa seberani ini, sialan!" Sentak Viola kemudian mendorong tubuh Liona hingga tersungkur dan kepalanya terantuk meja hingga meninggalkan lecet di dahinya.
Mendengar keributan itu, lantas seluruh perhatian tertuju pada mereka. Hingga seorang KM berjalan menghampiri Liona dengan raut tak mengenakkan. "Bisa sekali aja lo ga bikin keributan, Liona?"
"Urusin temen sekelas lo yang rese ini!" Ucap Viola seraya menendang barang yang sempat ikut terjatuh saat ia mendorong Liona. "Guys, cabs ke kantin!" Ajak Liona pada kedua temannya dan memimpin jalan meninggalkan laboratorium tersebut.
Kini tinggal Liona yang diam meringis memegang luka lecet di dahinya yang terasa perih. "Farid, gue minta maaf kalau udah bikin keributan di lab," ucapnya begitu merasa bersalah padahal jelas-jelas kejadian itu bukan kesalahannya.
"Bacot, ga guna kata maaf dari lo. Nanti juga lo ngulang lagi. Masih untung guru Kimia lagi ada rapat dadakan, gue harap lo prakteknya yang anteng. Tolong kerjasamanya, tugas gue bukan cuma ngurusin murid bermasalah kayak lo. Jangan bikin malu kelas 11 Ips 1!" Tegur lelaki itu yang menjabat sebagai KM, tampak sudah muak dengan tingkah Liona yang menjadi sumber masalah.
"Iya, Farid. Maaf." Liona hanya bisa mengucap maaf berkali-kali.
"Beresin!" Titah lelaki itu pada Liona untuk membersihkan sisa kekacauan yang terjadi sebelumnya. Ia kembali melangkah menuju kelompoknya.