11: What's Plan?

90 39 32
                                    

Lelaki itu sama sekali tak berniat untuk merubah posisi duduknya di sofa panjang sebab ia tak tega mengusik seorang gadis yang kini terlelap dengan menjadikan pahanya sebagai bantalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu sama sekali tak berniat untuk merubah posisi duduknya di sofa panjang sebab ia tak tega mengusik seorang gadis yang kini terlelap dengan menjadikan pahanya sebagai bantalan. Selimut bergambar Shin Chan ia tarik sedikit supaya gadis itu benar-benar tak kedinginan. Televisi juga dibiarkan menyala menayangkan sebuah film kesukaan gadis itu yang entah sudah berapa kali ditonton.

Ia mengusap lembut surai panjang gadis itu bahkan senyumnya tercetak samar, sebenarnya ia sangat ingin memindahkannya ke kamar pribadi gadis itu namun sekali lagi ia tak ingin tidurnya terganggu. Tetapi ia yakin tidur di sofa terlalu lama dalam gerak yang terbatas akan menyebabkan badan merasa tidak enak saat bangun nanti. Lelaki itu berdecak seraya mengacak rambutnya, entah sepertinya ia terlalu sering merasa serba salah belakangan ini.

"Gue tau kebiasaan nih anak kalau tidurnya udah terusik pasti bakalan bangun, kasian mana nyenyak banget tidurnya tapi gue juga ga tega kelamaan biarin dia tidur dalam posisi terbatas gini," cerocosnya bermonolog tetapi ia juga pada akhirnya terkekeh pelan, suara helaan nafasnya terdengar bersamaan dengan punggungnya yang kembali menyandar pada sandaran sofa.

"Ah, kenapa perasaan gue sama persis kayak waktu pertama ada rasa ke Liona? Gue ga peduli sama status saudara antara gue dan Liona. Kita bukan terlahir dari rahim yang sama. Kita cuma dua manusia yang dipertemukan di pernikahan orang tua kita beberapa taun lalu," ucapnya dengan pikiran yang mengawang jauh pada kejadian di masa lalu.

flashback on...

"Sayang, kenalin ini anaknya Om David namanya Edzrian Genandra. Dia kelas 2 SMA sekarang." Ujar seorang wanita penuh kelembutan pada putrinya yang sedari tadi hanya menunduk tampak ragu-ragu untuk menatap remaja lelaki di hadapannya.

"Edzrian, kenalin ini anaknya Tante Hana namanya Liona Ophelia. Dia masih kelas 3 SMP. Papa harap kalian bisa akrab selayaknya adik dan kakak oke? Liona juga bakalan jadi adik kamu. Kalian juga sudah setuju, kan tentang pernikahan Papa sama Tante Hana?" Timpal seorang pria bernama David yang tak lain adalah ayah dari remaja lelaki bernama Edzrian itu.

Edzrian sedari tadi hanya diam memandangi gadis di hadapannya yang setia menunduk seolah ia benar-benar menghiraukan setiap kalimat yang terucap dari Papanya dan juga wanita yang akan menjadi ibunya itu.

"Edzrian?" David menepuk sebelah pundak putranya sebab ia memperhatikan tak ada reaksi apapun darinya.

"Oh, iya. Halo, Liona. Seneng ketemu sama kamu," ucap Edzrian seolah baru tersadar, ia tak biasa untuk sekedar berbasa-basi apalagi di saat suasana hatinya berdesir hangat sejak bertemu dengan gadis itu.

"Hai, Bang Edzrian." Begitu juga Liona yang merespon singkat sapaan Edzrian disusul senyuman manisnya, susah payah ia berusaha untuk berani bersitatap dengan remaja lelaki itu.

"Pah, kayaknya aku seneng punya adik kayak Liona. Dia keliatannya baik, lugu, gemesin juga, udah lama aku pengen punya adik tapi sayang Mama lebih memilih pulang ke surga," ungkap Edzrian seraya tersenyum getir, masih tersimpan luka yang begitu dalam dari sorot matanya meskipun ia sudah merelakan kepergian ibu kandungnya. "Aku bersyukur bisa ketemu Liona apalagi kita bakalan jadi saudara selayaknya adik dan kakak," tandasnya lagi-lagi memperlihatkan senyuman hangat pada Liona.

ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang