26: Let it be

28 4 0
                                    

Aldrivano menghentikan motornya tepat setelah sampai di rumah Kezra, ia tidak langsung pulang sebab gadis itu menyuruhnya untuk menunggu sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldrivano menghentikan motornya tepat setelah sampai di rumah Kezra, ia tidak langsung pulang sebab gadis itu menyuruhnya untuk menunggu sebentar. Ketika ia tengah menunggu Kezra kembali, pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang berhenti di salah satu rumah. Ia mengernyit penasaran siapa yang berkunjung ke rumah Liona, rasa penasarannya pun terjawab saat salah satunya keluar dari mobil disusul dengan kemunculan seseorang yang jelas ia kenali.

Lagi-lagi ia menyaksikan pemandangan yang kembali menyesakkan hatinya. Ya, itu Liona bersama seorang lelaki yang ia lihat saat di taman area gedung Bina Bakti. Aldrivano belum mengetahui di mana Liona bisa mengenalnya, lagi pula lelaki yang bersama Liona tak terlalu asing di matanya dalam artian ia pernah beberapa kali bertemu sebelumnya.

Ia sendiri masih belum menemukan jawaban mengapa gadis itu memperlihatkan perubahan sikapnya seperti kebetulan sejak kehadiran lelaki itu yang membuat Liona seperti ini padanya. Ia yakin ada sesuatu yang salah dan belum ia ketahui.

"What's wrong with you, Liona? This is too fast, isn't it?"

Aldrivano memejamkan kedua matanya dengan gerakan menunduk setelah melihat mereka mulai memasuki rumah. Ia begitu fokus meredakan luapan emosi dalam dirinya hingga ia tak menyadari kehadiran seseorang di dekatnya yang lagi-lagi ikut serta menyaksikan apa yang dilihatnya.

"Hmm, mereka kelihatan cocok ya, Aldrivano." Ujarnya seolah meminta validasi seraya menampakkan senyum dengan pandangan menatap dua orang yang begitu akrab di depan sana.

Aldrivano spontan membuka kedua matanya dan mendengus setelah mendengar ucapan Kezra yang entah baginya terdengar seperti meledeknya. "Sialan."

Kezra terbahak mendengar umpatan lelaki itu yang kini kembali murung. "Kasian korban friendzone. Lagian lo kalau suka sama dia ya coba perjuangin, bukannya diem planga-plongo ga jelas tanpa bertindak apa-apa. Tau rasa lo nanti kalau dia berhasil didapatin cowok itu!" Sarkasnya tak tanggung-tanggung berhasil menyentil hatinya.

Lelaki itu berdecak. "Iya, gue bisa aja sekarang bertindak. Tapi gue ga mau lihat senyuman bahagia itu hancur gara-gara keegoisan gue. Gue udah pernah janji sama dia, apapun situasinya her happiness is my happiness too. Itu termasuk salah satunya."

"Dan berakhir lo berkorban sendirian ngeredain rasa nyesek itu," sambar Kezra dengan cepat yang diangguki samar oleh lelaki itu.

"Jadi lo ga mau rusak pertemanan lo sama Liona gara-gara perasaan lo ke dia?" Terka Kezra yang selalu tepat sasaran membuat Aldrivano sedikit takjub dengan kepekaan dan cepat tanggapnya. Padahal ia sendiri dikenal sebagai orang yang paling sulit ditebak, tetapi Kezra bisa dengan mudahnya menerka lewat raut wajah dan gesturnya.

"Hmm." Aldrivano mengangguk. "Kalau gue nekat nurutin ego dan bilang tentang perasaan gue ke dia yang ada malah makin runyam. Dia sendiri yang negasin kalau hubungan gue sama dia sebatas temen, dia udah terlanjur sayang sama gue sebagai sahabatnya dan—"

ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang