**) cerita ini tersedia dalam versi AU di twitter @aquarianskyy
Tentang Aldrivano yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada seseorang yang begitu sulit ia dapatkan hatinya. Jika ia dikatakan menyerah, mungkin semua akan berakhir seperti itu jika l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari di mana acara lomba olahraga itu tiba, banyak murid dari berbagai sekolah memenuhi area gedung Bina Bakti yang digunakan sebagai tempat acara. Seluruh peserta lomba tentu saja sudah menyiapkan diri masing-masing untuk perlombaan yang hanya diadakan dua kali dalam setahun.
Beberapa peserta lomba perwakilan SMA Atmajaya berkumpul menyempatkan untuk memanjatkan doa sebelum acara lomba dimulai sekitar tiga puluh menit lagi yang akan diawali dengan pembukaan serta berbagai penyambutan dari pihak penyelenggara.
"Cukup banyak perwakilan dari sekolah kita untuk berpartisipasi di perlombaan kali ini, Bapak ga menuntut kalian untuk menang tapi Bapak harap kalian tetap lakukan yang terbaik," ujar seorang guru olahraga menatap tegas satu per satu muridnya.
"Setelah pembukaan dan penyambutan akan dimulai dari lomba futsal, lalu basket, dilanjut volly, kemudian renang, dan terakhir taekwondo. Peserta masing-masing udah siap?"
"Siap, Pak!" Sahut murid-muridnya dengan kompak dan semangat.
"Oke, sekarang kita kumpul dulu di aula utama. Jangan dulu berpencar!" Perintahnya dengan tegas menggiring murid-muridnya menuju aula utama gedung Bina Bakti.
Acara pembukaan serta berbagai penyambutan berlangsung sekitar 45 menit. Setelah itu seluruh peserta dari setiap tim mulai memasuki arena masing-masing setelah kembali mengalunkan sorakan penyemangat.
"Aldrivano!"
Lelaki itu menoleh pada guru olahraga sekaligus pembimbingnya yang sering menemaninya dalam setiap perlombaan olahraga seperti sekarang. "Ya, Pak?"
"Jaga kesehatan kamu baik-baik, perbanyak minum vitamin. Untuk tiga hari ini kamu terus-terusan berpartisipasi," ujar guru tersebut sedikit mengingatkan muridnya untuk tetap dalam kondisi fit.
Aldrivano mengangguk dan tersenyum tipis. "Siap, Pak. Saya cukup minta doa aja dari Bapak biar bisa lolos ke babak final."
Guru tersebut menepuk pundak Aldrivano menyalurkan semangat yang besar diiringi tawa mereka yang begitu akrab dan hangat. "Kamu kebanggaan sekolah kita, Aldrivano. Ayo lakukan yang terbaik!"
Setelah mendapat semangat dari gurunya, ia berlari memasuki arena taekwondo yang berlangsung di arena indoor. Di sana sudah begitu banyak penonton serta peserta yang menunggu pertandingan segera berlangsung. Aldrivano membenarkan penampilannya sekali lagi, selama langkahnya memasuki arena pertandingan banyak pasang mata serta sorakan meneriaki namanya yang menyambutnya dengan antusias.
Netra tajamnya menyipit ke arah tribun penonton mencari satu sosok yang sangat ia harapkan bisa datang menonton pertandingannya untuk pertama kali, namun tak satupun seseorang itu ada di antara ratusan penonton yang duduk di bagian tribun selain satu orang yang ia kenali baru-baru ini tengah heboh penuh semangat memandu para penonton lain untuk meneriaki namanya.
flashback...
"Na, besok lombanya mulai."
"Iya, besok gue pasti datang kok. Tapi agak telat."