Gadis itu terdiam di kamar yang beberapa hari ini ia tempati. Selalu seperti itu, tak melakukan kegiatan apapun selama ia berada di Singapore sejak Edzrian membawanya paksa. Sejak terakhir di mana ia berdebat dengan Edzrian, lelaki itu benar-benar mulai menjaga jarak dengannya. Ia rasa itu jauh lebih baik.
Perkataan yang ia lontarkan pada Edzrian lebih tepatnya yang membuat lelaki itu mulai tak terlalu mengganggu dirinya. Setelah ia mengatakan bahwa ia memberi isyarat jika ia dan Aldrivano memang memiliki perasaan yang masih terlihat semu namun begitu kuat terasa, dan Edzrian memutuskan untuk pergi setelahnya. Hingga saat ini ia bahkan tak melihatnya, entah di mana keberadaannya ia tak peduli.
Ia seolah tersadar dari lamunannya saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang dan memanggil namanya.
"Liona, berkemaslah!" Ujar wanita itu seraya menghampirinya dan duduk di sampingnya.Liona menatap bingung pada wanita yang tak lain adalah ibunya. Wanita itu mengerti raut bingung yang terpatri di wajah cantik putrinya dan bukan keahliannya untuk berbicara bertele-tele, ia selalu berbicara pada intinya. "Mama tau ini mendadak, tapi Edzrian semalam bilang kalau dia udah beli tiket pesawat buat keberangkatan pulang," jelasnya seraya mengusap rambut panjang Liona.
Jika berpikir ibunya tau tentang masalah antara dirinya dan Edzrian, jelas jawabannya 'tidak'. Masih dengan alasan yang sama, satu pun tak akan ada yang percaya kelakuan brengsek lelaki itu sebab di keluarga ini dia dikenal anak baik. Meskipun ia nekat berterus terang, justru akan dianggap omong kosong.
Liona menghela nafas jika satupun di keluarganya tak ada yang memihak dirinya sekedar untuk percaya atas apa yang telah Edzrian lakukan padanya, it's totally fine cukup ia memiliki jarak dengan lelaki itu maka ia akan tetap aman.
"Mama akan bantu berkemas, kakakmu udah nunggu di bawah." Wanita itu beranjak mengambil koper milik putrinya lalu mulai menata satu per satu barang putrinya ke dalam koper.
"Ma, apa dia akan ikut pulang ke Indonesia juga?" Tanya Liona penuh hati-hati, ia sangat berharap jika lelaki itu tak ikut pulang bersamanya.
Jawaban yang diberikan ibunya jelas membuat senyum kecilnya muncul. Akhirnya ia bisa bernafas lega sekarang, tentang alasan mengapa lelaki itu tak ikut dengannya tentu ia tak akan peduli dan berniat tak mau tau. "Edzrian hanya mengantar sampai bandara. Tapi, Liona..."
Wanita itu menjeda ucapannya bersamaan dengan koper yang selesai ia persiapkan untuk putrinya. Namun, kalimat selanjutnya yang ia dengar berhasil membuatnya terdiam. "Pulanglah ke tempat tinggal Mama yang dulu."
Benar, Liona sedikitpun tak berpikir ibunya akan berbicara hal itu. Entah ia belum mengetahui alasannya namun satu yang ia dapati dari raut wajah ibunya adalah kekhawatiran.
"Kenapa, Ma?"
"Mama hanya ingin kamu menjalani hidup dengan tenang dan bahagia. Itu saja, sayang," jawabnya seraya menyematkan kecupan hangat penuh kasih sayang di puncak kepala putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)
Teen Fiction**) cerita ini tersedia dalam versi AU di twitter @aquarianskyy Tentang Aldrivano yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada seseorang yang begitu sulit ia dapatkan hatinya. Jika ia dikatakan menyerah, mungkin semua akan berakhir seperti itu jika l...