10: A Chance

94 44 58
                                    

"Al!"

"Na!"

Keduanya kembali terdiam saat mereka bersuara bersamaan. Aldrivano berdehem seraya menyebarkan pandangannya asal tidak bertemu dengan sorot mata teduh milik gadis itu.

"Lo duluan!" Ujar Aldrivano mengalah.

"Oke, thanks." Liona tersenyum tipis. "Al, kok lo kenal Kak Monica?" Tanyanya terdengar ragu-ragu takut jika lelaki itu akan tersinggung... Mungkin?

Ketika Aldrivano kembali menoleh ke arahnya saat itu juga ia terdiam dengan sedikit menurunkan pandangannya. Liona sudah bersiap mengeluarkan kalimat ‘maaf’ jika saja lelaki itu benar-benar tersinggung karena pertanyaannya, namun faktanya lelaki itu malah terkekeh geli membuat ia kembali mendongak dengan sorot bingung.

"Ngadi-ngadi ya pertanyaan lo." Aldrivano mengacak rambut Liona sesaat, tampak gemas. Ia masih saja terkekeh geli hingga matanya menyipit seperti bulan sabit. "Na, gue ga bakalan bahas apapun yang sensitif buat lo termasuk jawab pertanyaan lo tentang Monica tadi. Gue ga mau lihat lo nangis lagi kalau ingat nama dia," terangnya terdengar begitu tulus membuat Liona berkedip pelan. Sedetail itu Aldrivano mengingat apa yang sensitif baginya, ia jadi malu sendiri merasa pertanyaannya terkesan bodoh.

"Tapi, gue mau tau. Gue perlu tau." Liona begitu keukeuh dengan keingintahuannya.

Aldrivano meredakan kekehannya kini hanya ada senyuman tipis di bibirnya. "Sorry, gue ga bisa kasih tau."

Liona menyilangkan tangannya di depan dada dengan bibir mencebik kesal mendengar ucapan lelaki itu. Aldrivano yang melihat reaksi gadis itu kembali menahan rasa gemasnya.
"Sekarang gue yang mau nanya. Boleh ga?"

"Hmm," sahut Liona ogah-ogahan, ingat dia masih kesal tak mendapat jawaban yang memuaskan dari lelaki itu.

"Pulang agak larut, gapapa?"

"Hah? Ga mau. Nanti Bang Ed—"

"Ssst! Dia percayain lo aman sama gue," jelasnya cepat berhasil membungkam Liona yang memang sekhawatir itu. Rupanya dia masih saja ketakutan akan diberi sanksi oleh kakak tirinya, Edzrian.

"Masa sih? Kok bisa? Ih, serius? Becanda, kan?" Liona mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tak percayanya, jujur saja ia terkejut mendengar perkataan Aldrivano yang segampang itu mendapat izin dari Edzrian.

"Iya, Na."

Liona menutup mulutnya yang sedikit menganga dengan telapak tangannya, kedua bola matanya bahkan nyaris membulat sempurna. Ia masih belum bisa percaya bahkan segala macam pikiran tak berdasar memutari isi kepalanya. "Woah? Segampang itu Bang Edzrian percayain lo? Udah baikan ya kalian? Ngaku! Yeaaa—"

"Najis baikan sama setan," celetuk Aldrivano menghentikan sorak gembira gadis itu. "Lo bisa-bisanya mikir gue sama si Edzrian baikan, ga bakal! Sesat!"

Liona melemparkan tatapan penuh selidik pada lelaki itu, begitu intens dan dalam membuat Aldrivano salah tingkah meskipun raut wajahnya begitu datar. "Jangan-jangan..."

"Apaan?" Kedua alis tebal lelaki itu menukik samar.

"Gara-gara ciuman di apart tadi ya kalian jadi akur gitu? Tapi kalian malah gengsi." Terka Liona sembarangan seketika Aldrivano langsung melotot tak habis pikir.

"Oon! Gue cowo normal, mulut lo bener-bener ya, Na!" Ketus Aldrivano masih tak menyangka Liona bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu.

"Masa? Tadi waktu sebelum pergi dari apart, lo ngakunya gitu!"

ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang