3: Seriously

218 88 311
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Aldrivano berbaring gelisah di tempat tidurnya. Banyak sekali nyamuk yang mengepung dirinya hingga ia tak bisa tidur dan malah berperang dengan para nyamuk di kamarnya.

"Aih, raket nyamuk mana sih? Dendam banget gue sama nyamuk di sini," gerutunya sembari mencari sesuatu yang sangat ia perlukan untuk berperang dengan nyamuk.

Tak juga ia menemukan benda yang dicarinya, ia berjalan keluar kamar dan mencarinya di segala sudut ruangan. Lalu ia mencoba naik ke lantai atas, hanya ada satu ruangan yang belum ia datangi untuk menemukan benda tersebut. Begitu sampai di lantai atas tepat di depan pintu kamar, ia menghentikan langkahnya.

"Duh anjir lupa gue, kan ada orang di dalem. Ini gue gimana mau ngambil raket nyamuk. Ga sopan kalau gue maen nyelonong aja. Gimana ya? Apa gue ketuk aja pintunya? Tapi nanti ngeganggu," gumamnya berperang dengan pikirannya sendiri sambil mengacak rambutnya kebingungan.

Beberapa saat berperang dengan isi kepalanya, akhirnya ia nekat mengetuk pintu kamar tersebut beberapa kali namun tak ada sahutan.
"Liona! Lu udah tidur?"

"Na! Woy! Buka bentar, gue mau ngambil raket nyamuk!

"Liona! Kebo banget anjir!" rutuknya sambil mengguncang knop pintu hingga tak ia duga ternyata pintu tak dikunci dan kini terbuka sedikit akibat ulahnya.

"Lah, ga dikunci?" Gumamnya sambil ragu sedikit membuka pintu itu agak lebar dari sebelumnya, kini matanya bisa menyisir beberapa titik ruangan itu yang ternyata lampu masih menyala.

"Nih orang kebiasaannya kalau tidur ga pernah dikunci sama dimatiin lampunya kah?" Batinnya terheran. Ia melihat ke arah cermin yang memantulkan sosok gadis tengah tertidur pulas menyamping membelakangi pintu tepat di mana ia berdiri.

"Ini gue masuk aja gapapa kali, ya? Masalahnya gue perlu banget balas dendam ke nyamuk-nyamuk sialan itu. Kalau gue ga butuh nih raket, gue juga ga bakalan mau nekat segininya," celotehnya sambil mengendap melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu.

Matanya berbinar saat menemukan raket nyamuk terpajang di atas lemari. Ia mendekat ke arah lemari yang jaraknya berdekatan dengan posisi tidur gadis itu. Namun saat itu juga ia baru menyadari sesuatu saat ia memastikan gadis itu tak terganggu dengan kehadirannya. Ia tak lagi terfokus dengan raket nyamuk yang ia cari, tetapi fokusnya tertuju pada punggung gadis itu yang terekspos sebab hanya memakai tanktop yang tak tertutupi oleh selimut.

Bukan, Aldrivano bukan ada maksud lain. Netranya memancarkan kekhawatiran saat lebih teliti melihat beberapa memar di punggung hingga pundak gadis itu. Memar yang cukup membuatnya merinding terpampang di kulit seorang gadis.

"Sial, apa yang selama ini lo lewati sampai banyak memar gini di punggung lo?" gumamnya masih dengan keterkejutan sekaligus khawatir melihat memar tersebut.

Tak perlu banyak bicara lagi ia memutuskan pergi mengambil kotak obat yang masih tergeletak di ruang tamu tadi. Ia juga tak lupa mengambil sebaskom air hangat dan sapu tangan. Aldrivano kembali membawa barang yang ia perlukan ke lantai atas.

ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang