9: So sensitive

119 46 48
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

"Gue aneh banget deh sama tingkah Bang Edzrian," ucap Liona mengutarakan perasaan anehnya yang sejak kemarin ia pendam sendiri.

Aldrivano menengok ke arahnya seraya menyerahkan helm menyuruh Liona memakainya. "Jangankan lo adeknya, gue aja heran. Tapi lo jangan sampe kemakan omongan dan perhatian dia yang berubah. Dia manipulatif, lo harus tetep hati-hati!" Balasnya menatap Liona penuh peringatan. Lalu ia menyalakan mesin motornya bersamaan dengan Liona yang sudah duduk di jok belakangnya.

Mereka pergi meninggalkan gedung apartmen menuju tempat tinggal Aldrivano sebelum mereka benar-benar pergi ke tempat tujuan yang sebenarnya.

"Oh, lo mau ajak gue ke rumah lo lagi?" Terka Liona begitu Aldrivano melajukan motornya menuju arah yang pernah ia lalui beberapa hari yang lalu.

"Ya, ga juga sih. Gue cuma mau bersih-bersih dulu abis itu kita pergi lagi," jawab Aldrivano mulai menurunkan kecepatan motornya.

Begitu keduanya sampai di rumah besar Aldrivano, lelaki itu mengajak Liona untuk ikut masuk. Seperti biasa kedatangan mereka disambut dengan kericuhan yang bersumber dari ruang tengah, ada Ervian dan Javi di sana yang saling berdebat sambil memegang stick play station.

Aldrivano menghela nafas dalam untuk menyikapi tingkah kedua adiknya. Ia berdehem cukup keras dan berhasil menyadarkan kedua lelaki itu hingga menoleh ke arahnya.

"Eh? Bang Vano."

"Macam Tom and Jerry aja lo berdua, dideketin ribut dijauhin pada kangen-kangenan, najis," cibir Aldrivano seraya menghampiri mereka diikuti Liona, mereka berempat mulai mengambil posisi duduk yang nyaman. Terutama Ervian dan Javi yang bisa dibilang tak berani jika berhadapan dengan Aldrivano.

"Lo duduk sini dulu! Gue tinggal bentar," ucap Aldrivano pada Liona yang dibalas cepat dengan anggukan, lalu matanya beralih menatap kedua adiknya. "Jangan lo gangguin! Awas aja!" Tegasnya penuh peringatan, kemudian ia berlalu menuju kamar pribadinya di lantai dua.

"Na, lo pacarnya Bang Vano?" Tanya Javi penuh penasaran, begitu juga dengan Ervian yang mencuri dengar meskipun ia kini sudah kembali fokus dengan gamenya.

"Hah? Bukan, gue temennya doang," jawab Liona dengan cepat, namun Javi tetaplah Javi yang tidak mudah percaya malah kini ia menatap Liona penuh selidik seolah gadis itu tengah menyimpan rahasia besar.

"Jujur aja udah, Na! Kita nih butuh penjelasan yang sejelas-jelasnya," balas Javi dramatis dengan raut penuh keseriusan.

"Kita siapa?" Timbrung Ervian masih memfokuskan pandangannya pada layar di depannya.

"Ya lo sama gue, emang lo ga kepo gitu?"

"Kaga ya anjir, lo yang kepo sendiri." Ervian membela diri, ia menatap sinis pada adik bontotnya.

ALDRIVANO (END! Tersedia versi AU di Twitter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang