Part 22 I "Unthoughtful Sadness"

107 14 3
                                    

 Hai, Apakabar? Kali ini kembali dengan cerita pairing #LeeSeyoung & #LeeJunho yang baru. Sebelumnya ingin berterimakasih karena masih mau baca cerita sederhana ini. Maaf kalau masih banyak kekurangan baik dari segi plot, penulisan dan lain-lain. Happy Reading Yall~

---

               Robert mendekat kearah Rachel sambil berkacak pinggang, sementara Rachel melanjutkan aktivitasnya kembali.

"Apa tidak apa-apa? Membiarkan Mommy Kala tidak tahu apa-apa?" Tanya Robert dengan hati-hati.

"Memangnya ada yang salah? Masalah Kami tidak ada hubungannya dengan yayasan." Balas Rachel dengan santai.

"Kau tidak apa-apa?" Kali ini Irene sedikit khawatir. Rachel menghentikan gerakannya kemudian menoleh dengan rasa penasaran kepada Irene.

"Kau? Kau tahu semuanya?" Tampaknya Rachel mulai curiga.

"Hmm—sepertinya ini terdengar naif. Aku hanya memiliki insting tidak baik pada wanita itu."

"Jadi Kau sudah mengetahuinya?"

"Apa yang tidak diketahui oleh Irene? Semua menyangkut masalah keluarganya untuk mencari kelemahan." Ucap Robert. Irene tidak setuju dengan pernyataan Robert. "Aku pun yakin bahwa Papamu yang tegas itu sudah mengetahui semuanya." Rachel dan Irene sama-sama terdiam.

"Irene—" Panggil William, Irene terbelalak karena tidak menyangka bahwa suaminya bisa datang kesini. Dibelakang ada sosok Kenneth yang terdiam sambil melipat kedua tangannya.

"Rupanya Kenneth yang membawanya kesini." Gumam Rachel diam seribu bahasa. Robert merangkul pundak Rachel sambil menatap Kenneth dengan wajah menantang. Kenneth tidak berkedip, sorot matanya tepat pada tangan lelaki yang melekat dipundak istrinya.

              Sedangkan Ranata mendekat kearah Kenneth dan merangkul lengan lelaki itu disertai senyuman tulus. Ia menjinjitkan sedikit mendekat untuk berbisik pada sosok tegap kekasihnya.

"Kau memang penuh kejutan. Datang kesini tanpa memberitahuku sama sekali." Kenneth membalas senyumannya, tetapi lengannya menepis rangkulan Ranata dengan pelan. Kemudian pergi kedalam rumah.

"Kau sengaja ya?" Tanya Rachel sedikit melirik.

"Aku hanya ingin lihat dari sorot matanya."

"Percuma saja, Dia tidak akan peduli."

"Aku pun berharap begitu. Sayangnya—Aku menemukan hal baru yang tidak pernah Kau sadari akhir-akhir ini." Robert membalas dengan senyuman tersirat.

11.45 AM

            William dan Irene memisahkan diri, membutuhkan ruang khusus untuk berbicara. Berkali-kali lelaki itu mengusap punggung tangannya, menggenggam tangannya dengan erat. Irene seakan kehilangan rasa kasihan ataupun tidak tega kepada William.

"Sayang—bisakah Kau memaafkanku?" Ucap William dengan nada memohon.

"Kau kesini karena Kak Kenneth?" Pertanyaan pertama yang Irene ucapkan adalah persoalan Kakaknya.

"Aku benar-benar khawatir, Irene."

"Kau hanya takut Aku tidak bisa menjadi tamengmu lagi, kan?" William seakan terkunci oleh tebakan Irene. "Kau hanya takut menghadapi bengisnya Papa begitu tahu anak kesayangannya terluka karena lelaki sepertimu. Benar, bukan?" Mata Irene mulai memerah, menahan genangan air mata didalam pelupuk matanya.

"Tidak, Irene. Semua yang Kau katakan itu tidak benar."

"Mengapa Kau tidak mengejarku waktu itu?"

"A-aku cukup malu, Irene." William menjawabnya dengan ragu. "Aku benar-benar hancur tanpamu."

Abandoned Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang